Energi angin telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, baik di darat maupun lepas pantai. Meskipun sistem angin darat masih mendominasi pasar, sistem angin lepas pantai (offshore) kini tumbuh lebih cepat. Turbin lepas pantai (offshore) memiliki keunggulan karena dapat memanfaatkan angin yang lebih kuat dan konsisten di laut. Namun, pemasangannya lebih rumit, membutuhkan biaya lebih tinggi, dan lebih padat karya dibandingkan turbin darat.
Seiring dengan turunnya biaya teknologi, energi angin lepas pantai (offshore) semakin menarik bagi pengembang. Baik sistem darat (onshore) maupun lepas pantai (offshore) semakin kompetitif dibandingkan sumber energi tradisional seperti bahan bakar fosil. Selain itu, para pengembang mulai menyadari bahwa kedua sistem ini dapat saling melengkapi. Misalnya, angin darat cocok untuk daerah dengan lahan terbatas, sementara angin lepas pantai ideal untuk daerah pesisir dengan angin kencang.
Para ahli memperkirakan bahwa kemajuan teknologi di kedua sistem ini akan menentukan masa depan industri energi angin global. Dengan terus berkembangnya inovasi, energi angin diharapkan menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang paling andal di masa depan.
1) Pengertian
a) Onshore
Onshore adalah Pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun di daratan. Pembangkit listrik tenaga angin di darat biasanya terletak di daerah pedesaan yang terpencil seperti perbukitan, padang rumput atau area pertanian. Onshore terdiri dari berbagai macam ukuran, dari turbin kecil untuk penggunaan pribadi hingga turbin yang berukuran besar untuk pembangkit listrik tenaga angin komersial. Untuk jenis turbin onshore rata-rata dapat menghasilkan energi listrik dengan kapasitas sekitar 1 Megawatt (MW), meskipun beberapa model dapat menghasilkan lebih banyak. Untuk biaya dan pemeliharaan umumnya lebih murah untuk dipasang dan dipelihara jika dibandingkan dengan turbin offshore, tetapi yang menjadi kekurangannya adalah keterbataan kapasitas listrik yang dapat dihasilkan. Salah satu contohnya yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Indonesia adalah salah satu contoh turbin angin onshore yang beroperasi dengan kapasitas 75 MW.
b) Offshore
Pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun di perairan, biasanya di lautan. Energi angin yang dihasilkan dari perairan ini kemudian disalurkan ke jaringan listrik di darat. Pada umumnya ukurannya lebih besar dari turbin onshore sehingga dapat menangkap energi angin yang lebih besar. Offshore dapat menangkap energi angin lebih besar, sehingga kapasitas energi listrik yang dihasilkan juga akan menjadi jauh lebih besar karena angin laut cenderung lebih konsisten dan kuat dibandingkan dengan angin darat. Biaya pemasangan dan perawatannya sendiri terbilang mahal, akan tetapi potensi energi listrik yang dihasilkannya juga lebih banyak sehingga masih dapat diperhitungkan untuk meninjau kehidupan di masa depan. Turbin offshore dapat mengurangi dampak visual dan kebisingan bagi populasi daratan. Turbin angin offshore sering digunakan di negara-negara dengan pantai panjang seperti Denmark dan Jerman, yang memiliki banyak proyek pembangkit listrik tenaga angin di laut.
2) Kelebihan dan Kekurangan
a) Onshore
Kelebihan :
Menawarkan biaya pemasangan yang lebih rendah.
Kompensasi investasi dapat tercapai dalam waktu kurang dari dua tahun.
Energi yang dihasilkan dapat disalurkan ke sistem grid dengan upaya minimal.
Profesional besar akan mengkhususkan diri dalam instalasi energi angin darat.
Pengurangan biaya pemeliharaan yang luar biasa, dan pengurangan kompleksitas proses instalasi dibandingkan dengan instalasi angin lepas pantai.
Kekurangan :
memerlukan prediksi yang lebih ketat mengenai kondisi angin dan kecepatan angin dibandingkan dengan industri tenaga angin lepas pantai, untuk memanen energi dengan efisiensi dan stabilitas maksimum.
Keterbatasan dalam penggunaan lokasi potensial karena biaya lahan yang tinggi dan kemungkinan perluasan kawasan perkotaan.
Keluhan dari penduduk akibat dampak visual dan kebisingan yang ditimbulkan oleh industri energi angin darat di sekitar area pemukiman.
b) Offshore
Kelebihan :
Aksesibilitas ke lokasi luas, yang dipilih untuk pembangkit tenaga angin skala mega multi.
Ancaman akibat dampak visual dan kebisingan tidak lagi menjadi masalah.
Kecepatan angin yang kuat, yang biasanya semakin meningkat seiring dengan jarak antara badan air dan pantai.
Turbulensi yang berkurang, yang memastikan sistem konversi energi angin dapat menangkap energi lebih andal dan meminimalkan beban kelelahan pada sistem.
Geseran angin yang lemah, sehingga memudahkan penggunaan menara yang lebih pendek.
Kekurangan :
Biaya pembuatan di dasar laut yang lebih tinggi.
Penambahan biaya tinggi untuk mengintegrasikan ke dalam sistem jaringan akibat jarak yang semakin jauh antara ladang angin lepas pantai dan pusat pemuatan daya darat.
Biaya dan waktu yang substansial diperlukan selama pemasangan infrastruktur ladang angin karena proses pemasangan dapat terhenti akibat kondisi cuaca lepas pantai yang keras.
Akses terbatas untuk pengawasan dan pemeliharaan selama operasi.
Referensi
[18] https://pttensor.com/2024/02/15/jenis-jenis-turbin-angin/
[19] Prasetyo, Y., & Multazam, T. (2019). Analisa Perbedaan Kinerja Turbin Angin Tipe Savonius dengan Savonius Helius. Jurnal Geuthèë: Penelitian Multidisiplin, 2(2), 259-266.