Ada satu momen dalam hidup manusia
yang tidak diumumkan,
tidak diberi tanda,
dan tidak pernah muncul sebagai peristiwa besar.
Ia datang sebagai rasa kosong yang samar.
Sebagai lelah yang tidak hilang meski tidur cukup.
Sebagai perasaan “ada yang salah”, tapi kau tak tahu apa.
Dan biasanya…
orang mengabaikannya.
Mereka bekerja lebih keras.
Berbicara lebih banyak.
Mengisi hidup dengan lebih banyak suara.
Padahal momen itu bukan masalah.
Ia adalah undangan.
Undangan untuk menekan satu tombol yang jarang sekali berani disentuh manusia modern:
RESET.
Jika kau jujur pada dirimu sendiri…
kau tahu hidupmu tidak benar-benar kosong.
Kau punya rutinitas.
Kau punya peran.
Kau punya cerita.
Namun ada bagian di dalam dada
yang terasa seperti rumah lama yang lampunya mati.
Kau masih masuk ke sana…
tapi kau tak lagi tinggal di dalamnya.
Kau menjalani hari,
namun jiwa seolah berjalan beberapa langkah di belakang tubuhmu.
Dan ketika malam tiba,
saat dunia sedikit lebih sunyi,
kau merasakan sesuatu yang sulit diberi nama.
Bukan sedih.
Bukan marah.
Bukan takut.
Hanya…
lelah yang tidak bisa dijelaskan.
Itu bukan kelemahanmu.
Itu tanda kesadaranmu mulai mengetuk dari dalam.
Manusia tidak diciptakan untuk hidup dalam kebisingan tanpa jeda.
Namun lihatlah hidupmu sekarang.
Sebelum matamu benar-benar terbuka di pagi hari,
kau sudah menerima puluhan pesan energi dari luar.
Berita.
Notifikasi.
Masalah orang lain.
Pencapaian orang lain.
Pendapat orang lain.
Tanpa sadar,
kau mengizinkan ribuan pikiran yang bukan milikmu
masuk ke ruang batinmu.
Dan sedikit demi sedikit,
kau kehilangan sentuhan dengan iramamu sendiri.
Bukan karena kau lemah.
Tapi karena kau tidak pernah benar-benar berhenti.
Tubuhmu berhenti bekerja.
Pikiranmu berhenti berbicara.
Namun kesadaranmu jarang sekali pulang.
Manusia mengira solusi dari kelelahan adalah istirahat fisik.
Padahal yang lelah bukan tubuh.
Yang lelah adalah kesadaran yang terus dipaksa keluar dari dirinya sendiri.
Tidur tidak cukup.
Liburan tidak cukup.
Motivasi tidak cukup.
Karena yang kau butuhkan bukan hiburan,
melainkan keheningan sadar.
Bukan diam karena tidak ada suara,
melainkan diam karena kau kembali hadir sepenuhnya.
Dan di situlah makna RESET yang sebenarnya.
RESET bukan tentang berhenti dari hidup.
Bukan tentang meninggalkan dunia.
Bukan tentang menjadi orang lain.
RESET adalah berhenti menjadi asing bagi dirimu sendiri.
Bayangkan sebuah alat musik yang selalu dimainkan keras,
tanpa pernah disetel ulang.
Lama-kelamaan nadanya fals.
Bukan karena rusak.
Tapi karena tak pernah dikembalikan ke frekuensi asalnya.
Manusia pun sama.
RESET adalah proses menyetel ulang frekuensi jiwa
ke keadaan alaminya:
tenang, jernih, hidup.
Karena di dalam keheningan…
kau tidak bisa lari.
Tidak ada distraksi.
Tidak ada topeng.
Tidak ada peran.
Hanya kau dan dirimu sendiri.
Dan bagi banyak orang,
itulah pertemuan yang paling dihindari.
Namun justru di sanalah penyembuhan sejati dimulai.
Keheningan bukan kehampaan.
Ia adalah rahim kesadaran.
Segala sesuatu yang benar-benar hidup
lahir dari keheningan.
Inspirasi.
Keputusan penting.
Pencerahan.
Ketenangan.
Bahkan napasmu
selalu beristirahat sejenak
di antara dua tarikan.
Dan di situlah hidup benar-benar hadir.
Kau tidak perlu menyelamatkan dunia.
Kau tidak perlu memperbaiki siapa pun.
Dunia hanyalah cermin.
Ketika jiwamu kusut,
hidup pun terasa berat.
Ketika jiwamu jernih,
hidup mulai terasa sederhana.
RESET bukan tentang mengubah dunia luar.
Ia tentang mengembalikan pusat kesadaranmu ke tempatnya semula.
Dan ketika itu terjadi…
hidup mulai mengalir dengan cara yang tak bisa dijelaskan.
Buku ini tidak akan:
memotivasimu untuk mengejar mimpi
menyuruhmu menjadi versi terbaik
menambahkan target, ambisi, atau beban baru
Sebaliknya…
Buku ini akan:
membantumu berhenti dikejar oleh hidup
melepaskan tekanan yang bukan milikmu
menghapus kebisingan yang menumpuk bertahun-tahun
mengembalikanmu ke napasmu sendiri
Setiap halaman ditulis bukan untuk pikiranmu,
tetapi untuk kesadaranmu.
Kau tidak perlu mengerti semuanya.
Cukup hadir saat membacanya.
Karena yang bekerja di sini bukan logika,
melainkan resonansi.
Banyak pembaca akan berkata hal yang sama:
“Aku tidak tahu kenapa…
tapi setelah membaca beberapa halaman,
napasku berubah.”
Itu bukan sugesti.
Itu ingatanku yang kembali aktif.
RESET bukan teknik.
Ia adalah keadaan batin.
Dan keadaan itu menular.
Ketika kau membaca dengan perlahan,
tubuhmu akan mulai mengikuti ritmenya sendiri.
Pikiran akan melambat.
Napas akan dalam.
Dada akan terasa lebih lapang.
Dan di situlah transformasi sejati terjadi.
Buku ini tidak dimaksudkan untuk dibaca cepat.
Ia ingin dirasakan.
Seperti duduk di tepi danau
saat angin sore menyentuh kulitmu.
Tidak ada yang harus dilakukan.
Tidak ada yang harus dicapai.
Hanya hadir.
Dan dari kehadiran itulah,
hidup mulai berubah dengan sendirinya.
Berhenti membaca sejenak.
Tarik napas perlahan melalui hidung.
Rasakan udara memasuki dadamu.
Tahan sebentar.
Lalu hembuskan dengan lembut.
Sekali lagi.
Sekarang tanyakan pada dirimu,
bukan dengan pikiran,
tetapi dengan rasa:
“Apakah aku lelah menjadi jauh dari diriku sendiri?”
Jika ada bagian kecil di dalam dadamu
yang menjawab “ya”…
Maka buku ini bukan kebetulan muncul di hadapanmu.
Namun Mengubah Segalanya
Hidupmu mungkin tidak langsung berubah di luar.
Pekerjaanmu sama.
Lingkunganmu sama.
Rutinitasmu sama.
Namun cara kau berada di dalam hidupmu akan berbeda.
Dan dari sanalah,
semua perubahan nyata selalu dimulai.
Buku ini tidak memanggil semua orang.
Ia hanya memanggil mereka yang sudah siap
untuk berhenti sejenak…
dan pulang.
Jika kau merasa dipanggil,
jangan berpikir terlalu lama.
Karena keputusan ini
tidak dibuat oleh pikiranmu.
Ia dibuat oleh bagian terdalam dirimu
yang sudah terlalu lama menunggu.
📖 RESET
Bukan tentang berhenti hidup.
Tapi tentang akhirnya benar-benar hidup.
Selamat datang kembali.
Ke rumah kesadaranmu sendiri.
— Romo Dewa
www.romodewa.com
KALAU MAU BELI HUB WA 085321016555