Karakteristik
Penyakit malnutrisi umumnya jarang menunjukkan gejala yang spesifik. Defisiensi unsur tertentu dalam diet pakan akan berakibat kelainan morfologis dan fungsi fisiologis.
Kekurangan nutrisi dapat terjadi karena masing-masing jenis ikan mempunyai kebutuhan dasar nutrisi yang berbeda (dietary requirement). Berdasarkan kebiasaan makan ikan dikelompokkan ke dalam 3 kelompok; yaitu: (1) pemakan hijauan (herbivora), (2). pemakan daging (karnivora), dan (3). pemakan keduanya (omnivora).Â
Vitamin memiliki sifat yang labil dan mudah rusak serta tidak dapat disintesa oleh tubuh, sehingga ikan rentan terhadap defisiensi vitamin. Jenis defisiensi vitamin adalah sebagai berikut :
Defisiensi asam pantotenik menunjukkan gejala klinis insang menjadi lunak dan kesulitan bernafas yang diikuti dengan kematian.
Defisiensi vitamin A menunjukkan gejala klinis pertumbuhan lamban, kornea mata lunak, mata menonjol/buta dan terjadi pendarahan pada kulit dan ginjal.
Defisiensi vitamin B-komplek (thiamin, biotin, niacin, dan pyridoxine) menunjukkan gejala klinis hilangnya nafsu makan, pendarahan dan penyumbatan pembuluh darah.
Defisiensi asam lemak esensial menunjukkan gejala klinis erosi sirip, penumpukan lemak dalam kulit serta mengurangi pigmentasi pada tubuh ikan.
Pakan alami yang tidak higienis dapat terkontaminasi oleh bakteri, parasit, jamur atau virus yang mengakibatkan penyakit pada ikan. Pakan dapat mengandung toksin akibat penyimpanan yang tidak tepat. Salah satu jenis toksin yang sering ditemukan pada pakan ikan adalah aflatoxin yang diproduksi oleh jamur Aspergillus flavus yang tumbuh pada pakan ikan.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang sesuai (kualitas dan kuantitas) dengan jenis, sifat, umur, serta aktivitas ikan yang dibudidayakan. Penyimpanan pakan (buatan atau alami) harus mengikuti persyaratan dari pabrikan/pemasok. Disamping itu penambahkan vitamin dan/atau mineral dapat dilakukan untuk melengkapi nutrisi yang kurang.