Penetapan Hari Jadi Kabupaten Kebumen pada dasarnya adalah pengakuan terhadap momentum yang menjadi tonggak sejarah keberadaan Kebumen. Penetapan hari Jadi Kebumen merupakan sarana dalam rangka menumbuhkembangkan rasa persatuan dan kesatuan, kebanggaan daerah, mendorong semangat cinta pada daerah yang menumbuhkan semangat pembangunan daerah, serta memperkuat rasa kecintaan, keterikatan batinantara masyarakat dengan pemerintah daerah. Lebih dari itu, hari jadi merupakan momentum yang mampu membangkitkan semangat patriotik, nasionalis, menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan atas identitas dan jati diri, serta memberikan inspirasi dalam pembangunan.
Guna menentukan hari jadi Kabupaten Kebumen telah dilakukan penelusuran dan penelitian sejarah, serta dokumen dengan cara studi pustaka yang menelaah data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, dokumen hukum, hasil penelitian, hasil pengkajian, serta wawancara, FGD (Focus Group Discussion), dan rapat dengar pendapat. Selain itu juga dilakukan pengkajian terhadap aspek-aspek terkait seperti kesejarahan, sosio-kultural, hasil-hasil penelitian, dan konsep-konsep yang berkaitan dengan kelahiran Kabupaten Kebumen.
Berdasarkan penelusuran penelitian, penetapan hari jadi Kebumen ditetapkan pada 21 Agustus 1629 didasarkan pada peristiwa bersejarah yang dapat dijadikan keteladanan, maka peristiwa dimana Kiai Bodronolo membantu penyediaan dan perbekalan pasukan Sultan Agung dalam menyerang Batavia merupakan suatu peristiwa penting yang bisa dijadikan sebagai teladan. Selain diyakini oleh masyarakat Kebumen sendiri, cerita mengenai peran Ki Maduseno, Nyi Pembayun (Keluarga Ki Bodronolo) termasuk Ki Bodronolo dalam membantu Sultan Agung menyerang VOC Belanda di Batavia juga diyakini kebenarannya oleh masyarakat Tapos, Depok, Jawa Barat dalam Babad Tuk Kali Sunter dan cerita tuturnya. Dalam konteks kebangsaan saat ini, apa yang dilakukan oleh Ki Bodronolo dalam membantu Sultan Agung memerangi VOC Belanda merupakan perwujudan bentuk nasionalisme.
Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, dokumen dan studi komparasi dengan pendekatan yuridis normatif, maka hari jadi Kabupaten Kebumen ditetapkan tanggal 21 Agustus 1629 berkaitan dengan peran Ki Bodronolo membantu Sultan Agung dalam melakukan penyerangan terhadap Belanda di Batavia. (Sumber : Perda Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 3 Tahun 2018).
Sejarah awal mula Kebumen tidak telepas dari sejarah Mataram Islam
Mataram membawa pengaruh terhadap terbentuknya nama Kebumen yang konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada 26 Juni 1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I.
Sebelumnya, daerah ini sempat tercatat dalam peta sejarah nasional sebagai salah satu tonggak patriotik dalam penyerbuan prajurit Mataram pada zaman Sultan Agung ke benteng pertahanan Belanda di Batavia. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer. Salah seorang cicit Pangeran Senopati yaitu Bagus Bodronolo yang dilahirkan di Desa Karanglo, Panjer, atas permintaan Ki Suwarno, utusan Mataram yang bertugas sebagai petugas pengadaan logistik, berhasil mengumpulkan bahan pangan dari rakyat di daerah ini dengan jalan membeli. Keberhasilan membuat lumbung padi yang besar artinya bagi prajurit Mataram, sebagai penghargaan Sultan Agung, Ki Suwarno kemudian diangkat menjadi Bupati Panjer, sedangkan Bagus Bodronolo ikut dikirim ke Batavia sebagai prajurit pengawal pangan.
Adapun selain daripada tokoh di atas, ada seorang tokoh legendaris pula dengan nama Joko Sangrib, ia adalah putra Pangeran Puger / Pakubuwono I dari Mataram, dimana ibu Joko Sangrib masih adik ipar dari Demang Honggoyudo di Kuthawinangun. Setelah dewasa ia memiliki nama Tumenggung Honggowongso, ia bersama Pangeran Wijil dan Tumenggung Yosodipuro I berhasil memindahkan keraton Kartosuro ke kota Surakarta sekarang ini. Pada kesempatan lain ia juga berhasil memadamkan pemberontakan yang ada di daerah Banyumas , karena jasanya kemudian oleh Keraton Surakarta ia diangkat dengan gelar Tumenggung Arungbinang I, sesuai nama wasiat pemberian ayahandanya.
Dalam Babad Kebumen keluaran Patih Yogyakarta, banyak nama di daerah Kebumen adalah berkat usulannya. Di dalam “Babad Mataram” disebutkan pula Tumenggung Arungbinang I berperan dalam perang Mataram/perang kendang/Perang Pangeran Mangkubumi, saat itu ia bertugas sebagai Panglima Prajurit Dalam di Karaton Surakarta. Peran utama Tumenggung Arungbinang I sesungguhnya adalah sebagai utusan rahasia antara Sinuhun PB II maupun PB III dengan Sri Sultan HB I (P.Mangkubumi) dan juga utusan rahasia Sinuhun PB II maupun PB III dengan P.Sambernyawa (KGPAA Mangkunegoro I). Posisi yang sangat strategis ini tentu jangan sampai ketahuan pihak Belanda. Hal ini tercatat dalam naskah-naskah yang tersimpan di Reksopustoko Mangkunegaran maupun di Sasono Pustoko Keraton Surakarta, dan juga di Museum Radyapustaka Solo.
Jabatan tertinggi yang dicapai Tumenggung Arungbinang I saat itu adalah sebagai Senapati/Panglima Besar Prajurit Keraton Surakarta. Sebenarnya beliau menjadi kandidat Patih Keraton Surakarta, karena ada yang “membocorkan” kiprah beliau sebagai penghubung rahasia antara Keraton Surakarta dengan Keraton Ngayogyakarta maupun Kadipaten Mangkunegaran maka pihak Belanda amat sangat berkeberatan
Lambang Daerah Kabupaten Kebumen diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen, yaitu:
Perda No. 6 Tahun 2022 tentang Lambang Daerah
Perda No. 30b/DPRD-GR/70 tanggal 14 Oktober 1970 tentang Penggunaan dan Pemakaian Lambang Daerah Kabupaten Kebumen
Bentuk, isi, dan warna logo Daerah mempunyai makna sebagai berikut:
A. Perisai
1. bentuk ukuran perbandingan 4:3; dan
2. menggambarkan tekad, semangat dan kesiapsiagaan rakyat untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.B. Bintang bersegi lima:
berwarna kuning emas; dan
menggambarkan kepercayaan yang teguh dan luhur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
C. Pegunungan
melambangkan keteguhan hati, tidak goyah mengalami tantangan alam; dan
menggambarkan sebagian Daerah terdiri dari tanah pegunungan.
D. Gua:
berwarna hitam;
mencerminkan sifat ketenangan dan kesederhanaan dari rakyat Daerah dalam usahanya mencapai cita-citanya yaitu masyarakat yang adil dan makmur;
menggambarkan gua sebagai tempat utuk pusat pendidikan, penelitian ilmu kebumian,wisata berkelanjutan; dan
menggambarkan bahwa Kabupaten Kebumen dengan bentang alamnya tersusun oleh gunung-gunung yang dihasilkan oleh tumbukan lempeng yang kemudian terangkat dan menghasilkan proses karstifikasi dan membentuk gua-gua yang digunakan untuk tempat kehidupan burung lawet.
E. Laut:
berwarna biru laut;
menggambarkan jiwa perjuangan yang selalu bergelora sepanjang masa, namun penuh dengan kedamaian abadi; dan
menggambarkan sebagian Daerah berbatasan dengan Samudera Indonesia.
F. Burung Lawet:
berwarna hitam;
menggambarkan suatu pencerminan dari ketekunan dan kegesitan yang penuh dinamika dari rakyat Daerah dalam usahanya untuk membangun Daerahnya; dan
berjumlah 2 (dua) menggambarkan kehidupan di alam ini untuk berpasangan, keserasian, keseimbangan dan keharmonisan.
G. Padi Kapas:
jumlah butir padi sebanyak 8 (delapan) yang menunjukan bulan kemerdekaan dan bulan hari jadi Kabupaten Kebumen;
jumlah butir kapas sebanyak 5 (lima) yang menunjukan lima sila dalam Pancasila; dan
menggambarkan cita-cita rakyat Daerah yaitu terwujudnya suatu masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila, murah sandang, murah pangan, dan cukup papan (perumahan).
H. Mata rantai:
berwarna kuning yang sambung menyambung;
jumlah mata rantai sebanyak 17 (tujuh belas) yang menunjukan tanggal kemerdekaan; dan
menggambarkan jiwa dan semangat persatuan yang hidup di kalangan rakyat.
I. Bambu runcing:
berwarna kuning;
terdiri dari sembilan ruas; dan
mencerminkan dari sifat kepahlawanan rakyat dalam perang kemerdekaan mempertahankan Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
J. Batu bata dan Genteng:
berwarna merah;
jumlah batu bata sebanyak 16 (enam belas buah) dan jumlah genteng sebanyak 2(dua) buah; dan
menggambarkan bahwa usaha mikro kecil menengah batu bata dan genteng di Daerah Kabupaten Kebumen merupakan sumber penghidupan rakyat, secara simbolis menggambarkan bahwa kecuali sektor pertanian, sektor usaha mikro kecil menengah batu juga merupakan sumber penghasilan rakyat Daerah Kabupaten Kebumen.
K. Tulisan Bhumi Tirta Praja Mukti :
Arti kata adalah tanah dan air untuk kesejahteraan Bangsa dan Negara; dan
Maksud dan jiwanya menggambarkan bangsa Indonesia pada umumnya dan warga Daerah pada khususnya sangat bersyukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahi tanah yang subur dan air yang berlimpah-limpah. Anugerah yang tidak ternilai harganya itu merupakan nikmat dari Tuhan yang wajib kita manfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan rakyat. Daerah di bagian Utara terdiri dari tanah pegunungan dengan aneka warna bahan-bahan tambang yang terpendam dan dengan hutanhutannya yang menjadi sumber mengalirnya sungai-sungai menuju ke daerah persawahan dan tegalan yang subur di sebelah selatannya yang menjadi sumber penghidupan dari sebagian besar rakyatnya. Demikian pula karena anugerah Tuhan maka sebagian besar tanahnya merupakan bahan yang sangat baik untuk membuat batu bata dan genteng sehingga menempatkan Daerah sebagai penghasil batu bata dan genteng yang sejak lama sudah terkenal. Di sebelah selatan Daerah berbatasan dengan Samudera Indonesia dengan pantainya yang penuh dengan pohon kelapa dengan guaguanya yang terkenal sebagai penghasil sarang burung yang berkualitas tinggi serta lautnya yang mengandung potensi yang tak terhingga. Kesemuanya itu menimbulkan suatu kewajiban yang luhur pada kita sekalian warga Daerah untuk dengan cipta, rasa, karsa dan karya kita masing-masing selalu tekun dan penuh ketawakalan memanfaatkan modal anugerah Tuhan Yang Maha Esa tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat menuju kearah cita-cita Bangsa Indonesia yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
L. Tulisan KEBUMEN:
berwarna putih dengan garis hitam; dan
merupakan penegas bahwa lukisan logo tersebut adalah Logo Daerah.
M. Keterangan tentang arti warna yang dipergunakan dalam logo:
Biru Laut mempunyai arti kedamaian;
Kuning mempunyai arti keluhuran;
Kuning emas mempunyai arti keluhuran dan keagungan;
Hijau mempunyai arti pengharapan/kesuburan;
Hitam mempunyai arti keabadian;
Putih mempunyai arti kesucian;
Merah mempunyai arti keberanian;
Cokelat mempunyai arti potensi kekayaan alam yang terpendam; dan
Biru Langit mempunyai arti keluasan wawasan dan kejernihan pikiran.
N. Jumlah ombak di bagian atas 10 (sepuluh) sedangkan jumlah ombak di bagian bawah 11 (sebelas) bila dijumlahkan menjadi 21 (dua puluh satu) memiliki arti tanggal hari jadi Kabupaten Kebumen; dan
O. Jumlah batu bata 16 (enam belas), jumlah genteng 2 (dua) dan jumlah ruas bambu runcing 9 (sembilan) memiliki arti tahun hari jadi Kabupaten Kebumen.
I. Letak Wilayah :
7o271 - 7o501 Lintang Selatan
109o331- 109o501 Bujur Timur
II. Batas Wilayah :
Sebelah Timur : Kabupaten Purworejo & Kabupaten Wonosobo
Sebelah Utara : Kabupaten Banjarnegar
Sebelah Barat : Kabupaten Banyumas & Kabupaten Cila
Sebelah Selatan : Samudera IndonesiaIII. Luas Wilayah dan Penggunaan :
Kabupaten Kebumen secara administratif terdiri dari 26 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 128.111,50 hektar atau 1.281,115 km², dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan perbukitan, sedangkan sebagian besar merupakan dataran rendah.
Dari luas wilayah Kabupaten Kebumen, pada tahun 2013 tercatat 39.748,00 hektar atau sekitar 31,03% merupakan lahan sawah dan 88.363,50 hektar atau 68,97% lahan kering. Menurut sistem irigasinya, sebagian besar lahan sawah beririgasi teknis (50,34%), dan hampir seluruhnya dapat ditanami dua kali dalam setahun, beririgasi setengah teknis (9,23%), beririgasi sederhana (5,77%), beririgasi desa (2,65%) dan sebagian berupa sawah tadah hujan dan pasang surut (32,02%).
Penggunaan lahan kering (bukan sawah) dibagi menjadi untuk lahan pertanian sebesar 42.799,50 hektar (48,45%) dan bukan untuk pertanian sebesar 45.544,00 hektar (51,55%). Lahan kering untuk pertanian terbagi menjadi untuk tegal/kebun seluas 27.629,00 hektar, ladang/huma seluas 745,00 hektar, perkebunan seluas 1.159,00 hektar, hutan rakyat seluas 3.011,00 hektar, tambak seluas 24,00 hektar, kolam seluas 53,50 hektar, padang penggembalaan seluas 33,00 hektar, sementara tidak diusahakan seluas 231,00 hektar, dan lainnya seluas 9.914,00 hektar. Sedangkan lahan kering bukan untuk pertanian digunakan untuk bangunan seluas 26.021,00 hektar, hutan negara seluas 16.861,00 hektar, rawa-rawa seluas 12,00 hektar serta lainnya seluas 2.670 hektar.
IV. Iklim
Pada tahun 2023 curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Kebumen lebih rendah dari tahun sebelumnya. Tercatat curah hujan selama tahun ini sebesar 3.787,00 mm lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 2.328,43 mm dan hari hujan sebanyak 188 hari lebih sering dari tahun sebelumnya sebanyak 108 hari. Suhu terendah yang terpantau di stasiun pemantauan Wadaslintang pada bulan Juli dengan suhu sekitar 20,60°C dan tertinggi 34,00°C pada bulan Maret. Rata-rata kelembaban udara setahun 81,00% dan rata-rata kecepatan angin 0,23 meter/detik.
Sedangkan pada stasiun pemantauan Sempor suhu terendah 21,60°C terjadi pada bulan Agustus dan tertinggi 33,60°C pada bulan Februari. Rata-rata kelembaban udara setahun 84,00% dan rata-rata kecepatan angin 1,99 meter/detik.
BODRONOLO
1642-1657
Ki Ageng Bodronolo, juga dikenal sebagai Ki Bagus Bodronolo atau Badranala melainkan Bupati pertama wilayah Panjer Ki Bodronolo berperan vital dalam menyediakan pasokan logistik bagi pasukan Sultan Agung dalam penyerangan ke Batavia (1628–1629), sehingga Sultan Agung mengangkatnya sebagai bupati Panjer pertama.
HASTROSUTO
1657 - 1677
Hastrosuto, yang juga dikenal sebagai Ki Gede Panjer Roma II, adalah penerus Ki Bagus Bodronolo (Panembahan Bodronolo, 1642–1657), Hastrosuto dipercaya pernah memberikan kontribusi nyata terhadap Pangeran Bumidirjo, dengan menyumbangkan tanah di sebelah utara lekukan Luk Ulo.
KRT.KALAPAKING I
1677 - 1710
KRT Kalapaking I juga dikenal sebagai Kertawangsa atau Tumenggung Kalapa Aking I — memimpin wilayah Panjer (sekarang Kebumen) sejak 1677 hingga 1710. Ia cicit dari Ki Gede Panjer Roma I (Bodronolo) dan cucu dari Hastrosuto (Panjer Roma II).
KRT.KALAPAKING II
1710 - 1751
KRT Kalapaking II adalah gelar bagi Ki Bagus Mandingin, yang memimpin wilayah Panjer (sekarang Kebumen) dari 1710 hingga 1751. Ia merupakan penerus langsung KRT Kalapaking I (Kertawangsa), dan dilanjutkan oleh putranya yaitu KRT Kalapaking III (Ki Bagus Sulaiman) yang menjabat kemudian dari 1751 hingga 1790
KRT.KALAPAKING III
1751 - 1790
KRT Kalapaking III adalah gelar yang diberikan kepada Tumenggung (Bupati) wilayah Panjer (yang kemudian berkembang menjadi Kebumen), memerintah dari 1751 hingga 1790. Trah atau garis turunannya dikenal dengan nama Kalapaking (kelapa aking), nama yang berasal dari gelar Tumenggung pertama setelah menyembuhkan Amangkurat I menggunakan air kelapa tua (kelapa aking) .
KRT.KALAPAKING IV
1790 - 1833
Tumenggung Kalapaking IV adalah bupati terakhir dari Dinasti Kolopaking yang memerintah Kadipaten Panjer, wilayah yang sekarang menjadi Kebumen. Beliau adalah penguasa sebelum perang Jawa dan wafat karena luka parah akibat penyerbuan ke Kotaraja Panjer oleh Belanda setelah Perang Jawa usai.
ARUMBINANG IV
1833 - 1861
KRT Arungbinang IV, dengan nama asli RM Mangundiwirjo, memimpin wilayah Panjer (kemudian bertransformasi menjadi Kebumen) dari 1833 hingga 1861 . Ia diangkat sebagai Bupati oleh pemerintah kolonial Belanda (Kumpeni), menandai berakhirnya kekuasaan dinasti Kolopaking dan awal kekuasaan wangsa Arungbinang . Arungbinang IV muncul sebagai pemenang dalam konflik antara Wangsa Kolopaking IV dan dirinya, sebuah peristiwa yang dikenal sebagai Perang Kupu Tarung. Kemenangan ini melucuti kekuasaan Kolopaking di Panjer, yang kemudian digantikan oleh Arungbinang IV . Untuk memperkuat posisinya, Arungbinang IV memindahkan pusat pemerintahan dari lokasi lama ke pendopo baru dan bangunan rumah dinas bupati di area Panjer—lokasi tersebut kini menjadi lokasi kantor Bupati Kebumen.
ARUMBINANG V
1861 - 1890
KRT Arungbinang V, yang memerintah sebagai Bupati Kebumen pada periode 1861–1890, merupakan tokoh penerus dinasti Arungbinang setelah periode Arungbinang IV. Ia naik jabatan menggantikan Arungbinang IV karena sang pendahulu tidak memiliki keturunan sehingga yang menggantikannya adalah iparnya, seorang tokoh keturunan Patih Karanganyar. KRT Arungbinang V mewariskan sejumlah pusaka penting yang masih dihormati hingga kini, yakni dua tombak (Tombak Puser Bumi dan Tombak Kyai Puring) beserta sebuah keris. Hingga sekarang, benda-benda sakral tersebut disimpan di Rumah Dinas Bupati Kebumen dan secara berkala dilakukan upacara jamasan (pembersihan dan perawatan pusaka) sebagai bentuk penghormatan leluhur.
ARUMBINANG VI
1890 - 1908
KRT Arungbinang VI, yang memiliki nama asli Mangundirdjo, menjabat sebagai Bupati Kebumen dari 1890 sampai 1908. Ia merupakan bagian penting kelanjutan dinasti Arungbinang, yang memerintah secara turun-temurun sejak era Panjer hingga memasuki masa kolonial Hindia Belanda Arungbinang VI menerima tugas dari pendahulunya, Arungbinang V, dan melanjutkan legacy pemerintahan lokal di tengah pengaruh kolonial Belanda yang semakin kuat. Ia dihormati dalam silsilah resmi para penguasa Kebumen sebagai figur penting dalam gelanggang pemerintahan lokal era kolonial
KRT. ARUNGBINANG VII
1908 - 1934
Lahir: 18 Juni 1866 di Wonosari, Kebumen
Pendidikan: Menamatkan kursus istimewa untuk anak pemimpin pribumi di Magelang pada 12 Juni 1886 — hanya dalam tiga tahun, walaupun program seharusnya empat tahun
Karier awal: Menjabat sebagai juru tulis dan kontrolir pemerintahan di Kebumen dan Purworejo, kemudian di bidang pengairan (Kaligending dan Dinas Pengairan Serayu), sebelum diangkat sebagai wedono dan akhirnya bupati
ARUMBINANG VIII
1934 - 1942
KRT Arungbinang VIII adalah gelar untuk R.A.A. Sosrohadiwidjojo, yang menjabat sebagai Bupati Kebumen sejak 31 Desember 1935 hingga 1942, ketika wilayah ini dikuasai Jepang. Ia menggantikan kakaknya, Maliki Soerdjomihardjo (Arungbinang VII), pada masa transisi administratif yang muncul karena penggabungan Kabupaten Karanganyar dengan Kabupaten Kebumen. Proses mutasi ini melalui Surat Keputusan Hindia Belanda tahun 1935. Sosrohadiwidjojo yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Karanganyar dipindahkan dan diangkat menjadi Arungbinang VIII di Kebumen.
R. PRAWOTOSOEDIBYO.S
1942 - 1945
R. Prawotosoedibyo S. tercatat sebagai Bupati Kebumen menggantikan KRT Arungbinang VIII pada masa pemerintahan Jepang, menjabat dari 1942 hingga 1945. Pengangkatannya terjadi di tengah masa pendudukan Jepang, sehingga ada kemungkinan besar ia merupakan tokoh administratif yang ditunjuk oleh pemerintahan pendudukan, menggantikan jajaran dinasti lokal sebelumnya. Masa jabatannya berada di rentang transisi penting: dari pemerintahan kolonial Belanda, ke pendudukan Jepang, hingga munculnya pemerintahan Republik Indonesia. Konteks ini menandai dinamika politik dan administratif yang kompleks di Kebumen.
KRT. SAID PRAWIROSASTRO
1945-1947
KRT Said Prawirosastro dikenal sebagai Bupati Kebumen pertama di era Republik. KRT. Said Prawirosastro menjabat sebagai Bupati Kebumen pada masa transisi penting dari pemerintahan Jepang ke Republik Indonesia merdeka, yaitu antara tahun 1945 hingga 1947. Pada masa kepemimpinannya, Kebumen menghadapi situasi sulit: munculnya berbagai kelompok perjuangan dan organisasi pemuda (seperti AOI, hisbullah, serta organisasi politik dan sosial lain) yang berperan aktif dalam mempertahankan kemerdekaan. Ia juga sempat menyerahkan satu koper uang Jepang (masih berlaku saat itu) untuk membiayai organisasi Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Kebumen, sebagai bagian dari upaya membentuk struktur pemerintahan republik di daera
RM. SOEDJONO
1947-1948
Masa jabatan RM. Soedjono terjadi pada periode transisi kritis bagi Kebumen dan Indonesia, yakni antara agresi militer Belanda dan upaya penguatan pemerintahan Republik di daerah. Sebagai contoh, pada pertengahan 1947, telah dibentuk Badan Koordinasi Kabupaten Kebumen, yang diketuai oleh seorang Bupati. kemungkinan besar RM. Soedjono. Badan ini berperan dalam mengorganisir pertahanan lokal menghadapi serangan Belanda. Ini menunjukkan bahwa jabatan beliau bertepatan dengan dinamika militer dan administrasi yang kompleks selama Revolusi Nasional.
R.M. ISTIKNO SOSROBUSONO
1947-1948
R.M. Istikno Sosrobusono tercatat sebagai Bupati Kebumen pada periode 1948–1951, menggantikan RM. Soedjono (1947–1948). Masa kepemimpinannya terjadi di tengah gejolak pergolakan politik dan militer pasca-proklamasi kemerdekaan, khususnya saat terjadi tekanan agresi Belanda dan konsolidasi pemerintahan Republik dalam fase transisi menuju negara yang lebih stabil. Saat ini belum banyak ditemukan informasi detail mengenai kebijakan, keputusan administratif, atau latar belakang pribadi beliau. Jika Anda tertarik, saya bisa membantu menggali melalui arsip lokal Kebumen, catatan pemerintah daerah, atau literatur sejarah yang lebih mendalam.
R.M.SLAMET PROJORAHARDJO
1951-1956
Periode 1951–1956 merupakan masa penting dalam konsolidasi pemerintahan Republik Indonesia di tingkat daerah, di mana Kebumen menghadapi tantangan pembangunan, stabilisasi pasca-penjajahan, dan upaya modernisasi birokrasi. Sayangnya, informasi mengenai kebijakan spesifik, latar belakang pribadi, atau program-program yang dilaksanakan oleh R.M. Slamet Projorahardjo masih sangat terbatas dalam sumber populer online.
R. PROJOSUDARTO
1956-1961
Beliau menjabat setelah R.M. Slamet Projorahardjo (1951–1956) dan sebelum R. Sudarmo Sumohardjo (1961–1963). Periode 1956–1961 merupakan masa penting dalam sejarah nasional, yakni era Demokrasi Terpimpin yang dimulai di bawah Presiden Soekarno. Pada tingkatan daerah seperti Kebumen, periode ini ditandai oleh upaya stabilisasi politik dan pembangunan pasca-proklamasi revolusi.
R. SUDARMO SUMOHARDJO
1961-1963
Nama: R. Sudarmo Sumohardjo
Jabatan: Bupati (Regent) Kebumen
Masa Jabatan: 1961 hingga 1963
Beliau menjabat Bupati R. Projosudarto menjabat sebagai Bupati Kebumen dari 1956 hingga 1961 dan setelah R. Suharjo Notoprojo menjabat selanjutnya, dari tahun 1963 hingga 1964 .
R.M. SUHARJO NOTOPROJO
1963-1964
R.M. Suharjo Notoprojo menjabat sebagai Bupati Kebumen pada periode 1963-1964. Ia adalah salah satu dari sekian bupati yang pernah memimpin Kabupaten Kebumen.
DRS. R. SOETARJO KOLOPAKING
1964-1966
Drs. R. Soetarjo Kolopaking resmi menjabat sebagai Bupati Kebumen dari tahun 1964 hingga 1966, dilantik pada era Presiden Soekarno
R. SUYITNO
1966-1968
R. Suyitno adalah salah satu pemimpin dalam sejarah pemerintahan Kabupaten Kebumen, dengan masa jabatan dari 1966 hingga 1968. Ia dilantik di era Presiden Soekarno.
MASHUD MERTOSUGONDO
1968-1974
Mashud Mertosugondo menjabat sebagai Bupati Kebumen dalam periode 1968–1974. Ia dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto mengingat pada tahun 1968, Orde Baru telah terbentuk dan Presiden Soeharto mulai memimpin Indonesia
R. SOEPENO SURYODIPROJO
1974-1979
R. Soepeno Suryodiprodjo tercatat sebagai Bupati Kebumen periode 1974–1979, mengemban tugas administratif di era pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto.
Drs. H.DADIYONO YUDOPRAYITNO
1979-1984
Drs. H. Dadiyono Yudoprayitno menjabat sebagai Bupati Kebumen selama periode 1979 hingga 1984. Ia dilantik dalam era pemerintahan Presiden Soeharto, yang tengah memimpin Republik Indonesia saat itu
DRS. ISWARTO
1984-1985
Drs. Iswarto menjabat sebagai Bupati Kebumen pada periode 1984–1985, menggantikan Drs. H. Dadiyono Yudoprayitno (1979–1984) dan sebelum H. M.C. Tohir (1985–1990). Ia sebagai Pejabat Pembantu Gubernur (PPG) untuk wilayah Kedu sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kebumen pada 19 November 1984, dan menyerahkan jabatannya pada 19 Maret 1985
H. M.C. TOHIR
1985-1980
H. M.C. Tohir memang resmi menjabat sebagai Bupati Kebumen dari tahun 1985 hingga 1990, memimpin di era pemerintahan Presiden Soeharto. Beliau dikenal sebagai sosok berpangkat TNI dan terlibat aktif dalam berbagai program pembangunan serta kegiatan sosial kemasyarakatan.
H. M. AMIN SOEDIBYO
1990-2000
H. M. Amin Soedibyo, sosok yang menjabat sebagai Bupati Kebumen selama periode 1990–2000. Masa pemerintahan beliau saat era Orde Baru, di bawah Presiden Soeharto. Beliau termasuk dalam kalangan priyayi dengan latar belakang TNI, menggambarkan pola birokrasi militer-priyayi yang dominan pada masa itu.
Dra. Hj. RUSTRININGSIH, M.Si
2000-2008
Dra. Hj. Rustriningsih, M.Si, yang dikenal sebagai Bupati Kebumen dua periode (2000–2008) dan mengundurkan diri untuk menjadi Wakil Gubernur Jawa Tengah (2008-2013). Beliau berhasil mendorong pembangunan infrastruktur, seperti perbaikan jembatan (contoh: Jembatan Karangbolong) dan ruas jalan yang sebelumnya rusak menjadi beraspal, misalnya jalur Adipala–Cilacap–Bodo sepanjang 87,25 km
K.H.M NASHIRUDDIN AM
2008-2010
KH M. Nashiruddin Al Mansyur, menjabat sebagai Bupati Kebumen periode 2008–2010 menggantikan Dra. Hj. Rustriningsih setelah beliau diangkat menjadi Wakil Gubernur Jawa Tengah. KH Nashiruddin merupakan tokoh penting dalam komunitas Nahdlatul Ulama di Kebumen. Ia pernah menjabat sebagai Ketua IPNU Kebumen, Pengurus Dakwah NU, Pembina RISMA Masjid Agung Kebumen, dan berbagai posisi penting dalam organisasi keagamaan serta pendidikan lokal
H. BUYAR WINARSO, SE
2010-2015
Buyar Winarso terpilih melalui Pilkada 2010, berpasangan dengan Djuwarni. Dalam masa kepemimpinannya, ia menekankan pembangunan infrastruktur dan revitalisasi pasar tradisional sebagai bagian dari visi "Kebumen Baru"
Drs. MOHAMAD ARIEF IRWANTO, M.Si. (pj.) 5 Agustus 2015 s/d 19 Februari 2016
Drs. Mohamad Arief Irwanto, M.Si, sempat menjabat sebagai Penjabat (Pj.) Bupati Kebumen setelah berakhirnya masa jabatan Bupati Buyar Winarso. Beliau merupakan ASN dengan karier panjang, mulai dari Kepala Bappeda Kebumen (2007), Kepala Satpol PP Provinsi Jateng (2010), hingga Kepala BKD Jateng (2015), sebelum dipercaya menjadi Pj. Bupati Kebumen
Ir. HM. FUAD YAHYA, SE
2016-2018
Ir. H. Mohammad Yahya Fuad, S.E. Menjabat sebagai Bupati Kebumen mulai 17 Januari 2016 hingga 2018. Beliau Alumni ITB dan Universitas Padjadjaran. Selain sebagai bupati, beliau dikenal sebagai pengusaha diversifikasi di bidang konstruksi, real estate, pupuk organik, SPBE, SPBU, biro perjalanan, dan aktif di organisasi Muhammadiyah sebagai Ketua PDM Kebumen serta sebagai Pembina di berbagai organisasi lokal
KH. YAZID MAHFUDZ
2019-2021
KH Yazid Mahfudz resmi ditunjuk sebagai Plt. Bupati Kebumen pada tahun 2018, tepatnya mulai awal April 2018. Beliau menjabat sebagai penjabat sementara hingga kemudian dilantik sebagai Bupati definitif pada tahun 2019. Saat menjabat, KH Yazid beliau melanjutkan program yang telah dirancang selama era sebelumnya, terutama yang disusun bersama Bupati Yahya Fuad, dengan tetap berpegang pada RPJMD dan visi-misi yang ada
ARIF SUGIYANTO, S.H.,M.H
2021-2025
Arif Sugiyanto, S.H., M.H., yang menjabat sebagai Bupati Kebumen periode 2021–2025. Lahir pada 10 Juni 1977 dan merupakan putra daerah Desa Muktisari, Kecamatan Kebumen. Di bawah kepemimpinannya (2021–pertengahan 2024), Pemkab Kebumen meraih 58 penghargaan nasional di berbagai bidang termasuk Piala Adipura
BOEDYO DHARMAWAN, S.T.,M.T.
24 September s/d 24 November 2024
Boedyo Dharmawan, S.T., M.T., yang ditunjuk sebagai Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Kebumen selama musim kampanye Pilkada 2024. Sebelumnya beliau menjabat sebagai Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tenga
Hj. LILIS NURYANI
2025-Sekarang
Hj. Lilis Nuryani Dilantik secara resmi sebagai Bupati Kebumen pada tanggal 20 Februari 2025 oleh Presiden Prabowo Subianto. Visi "Kebumen BERDAYA" dengan nilai: Beriman, Maju, Sejahtera, Berbudaya dan semangat memimpin dengan prinsip "Ngopeni, Ngayomi, Ngayemi" (menyayangi, melindungi, menyemangati) masyarakat
K.H. NASHIRUDDIN AL MANSYUR
2000-2008
K.H Nashiruddin Al Mansyur lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 10 Oktober 1961. Dalam jabatan eksekutif, Nahshiruddin menduduki kursi Wakil Bupati Kebumen selama dua periode (2000-2005 dan 2005-2010). Namun pada periode kedua dia hanya separo perjalanan sebab kemudian diangkat sebagai Bupati Kebumen karena pengunduran diri Bupati Rustriningsih.
RUSTRIYANTO
2008-2010
Rustriyanto adalah politikus yang pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Kebumen periode 2008-2010. Beliau merupakan adik dari Rustriningsih yang merupakan Wakil Gubernur Jawa Tengah saat ia menjabat.
DJUWARNI
2010-2015
Djuwarni lahir 11 Oktober 1961 adalah seorang politikus Indonesia. Saat ini ia menjabat sebagai Wakil Bupati Kebumen periode tahun 2010-2015. Ia berpasangan dengan calon bupati Buyar Winarso dalam Pemilukada Kabupaten Kebumen pada tahun 2010. Ia adalah seorang Guru sebelum menjadi wakil bupati.
KH. YAZID MAHFUDZ
2016-2019
K.H. Yazid Mahfudz (lahir 24 Mei 1958) merupakan seorang ulama yang berasal dari Kabupaten Kebumen. Beliau juga merupakan seorang Bupati Kebumen masa jabatan 2019 - 2021. Sebelum menjadi Bupati Kebumen, beliau adalah Wakil Bupati Kebumen 2016 - 2018. Sempat menjadi Pelaksana Tugas Bupati Kebumen sebelum akhirnya dilantik menjadi Bupati Kebumen definitif. Beliau juga pernah duduk sebagai Anggota DPRD Jawa Tengah.
H. ARIF SUGIYANTO, SH
2019-2020
Arif Sugiyanto menjabat sebagai Wakil Bupati Kebumen sejak 2019-2021.Pada Pilkada Kabupaten Kebumen 2020, Arif Sugiyanto mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Kebumen untuk periode 2021-2024, bersama dengan Calon Wakil Bupati bernama Hj. Ristawati Purwaningsih, S.ST., M.M.
HJ. RISTAWATI PURWANINGSIH, S.ST.,M.M
2021-2025
Ristawati Purwaningsih, S.ST., M.M., kelahiran Banyumas pada 13 Oktober 1975, adalah Wakil Bupati Kebumen yang saat ini menjabat untuk periode 2021–2024, Sebelum terjun ke dunia politik, Rista, sapaan akrabnya, meniti karier sebagai bidan, pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen.
H. ZAENI MIFTAH
2025-Sekarang
Zaeni yang juga merupakan seorang santri dan pernah memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren Darusaadah, Buluskritig, Petanahan, Kebumen ini juga aktif di organisasi politik. Ia mengawali kariernya dengan menjadi bagian dari organisasi sayap PKB dengan menjabat ketua DKC Garda Bangsa pada periode 1999–2004
SINGGIH RAMELAN
1977-1982
SOEWANDI
1982-1987
MAYOR SARIJAN HS
1987-1992
H. ZAISAL SIPIET
1992-1997
LEKTOL SIDI ADIANTO
1997-1999
H. BUDI UTOMO, AMM
1999-2004
H. PROBO INDARTONO, SE
2004-2009
Ir. BUDI HIANTO SUSANTO
2009-2014
H. CIPTO WALUYO,S.Kep,Ns
2014-2019
LETNAN JENDERAL TNI (PURN.) H. M. SARBINI MARTODIHARDJO
Letnan Jenderal TNI (Purn.) H. M. Sarbini Martodihardjo, tokoh nasional asal Kebumen, Jawa Tengah. Beliau lahir di Indrosari, Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah pada 10 Juni 1914.
Pendidikan dan Awal Karier
Menempuh pendidikan di Sekolah Pamong Praja di zaman kolonial Hindia Belanda.
Terlibat aktif dalam dunia militer sejak masa pendudukan Jepang.
Saat kemerdekaan RI, ia menjadi salah satu tokoh penting pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) — cikal bakal TNI.
MAYOR JENDERAL (ANUMERTA) SUTOYO SISWOMIHARJO
Mayor Jenderal (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo Pahlawan Revolusi dari Kebumen.
Latar Belakang dan Pendidikan
Sutoyo berasal dari desa Karanganyar, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen.
Menempuh pendidikan hukum di Rechtshoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta.
Bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945.
Di masa Revolusi Fisik, ia aktif berjuang sebagai perwira militer dalam mempertahankan kemerdekaan.
Soemitra Djojohadikoescemo (1917-2001) Soemitro Djojohadikoescemo lahir pada 30 Oktober 1917 di Kebumen, Sebagai putra daerah, Soemitra menonjol sebagai tokoh penting dalam bidang ekonomi dan pemerintahan Indonesia, Ayah Presiden RI Prabowo Subianto itu menempuh pendidikan tinggi di Belanda, khususnya di bidang ekonomi, dan menjadi salah satu pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dalam perjalanan kariernya, Soemitro pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Menteri Keuangan di era Orde Lama dan Orde Baru, la dikenal sebagai perancang awal kebijakan pembangunan ekonomi nasional dan pelopor studi ekonomi di Indonesia, Pemikirannya sangat sangat berpengaruh dalam upaya membangun ekonomi Indonesia yang mandiri dan berkeadilan,
Soemitro juga aktif mengajar dan membimbing generasi ekonom muda. Warisannya sebagai putra Kebumen menginspirasi banyak orang bahwa dari daerah bisa lahir tokoh nasional berpengaruh, Namanya dikenang sebagai salah satu tokoh besar yang turut membentuk wajah ekonomi Indonesia modern.
H. SARWONO KUSUMAATMADJA
H. Sarwono Kusumaatmadj Politikus senior yang lahir di Kebumen. Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Lingkungan Hidup (1993-1998) dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (1998-1999) di era Orde Baru, Beliau dikenal sebagai tokoh yang berintegritas dan memiliki pandangan jauh ke depan, khususnya di bidang lingkungan hidup dan reformasi birokrasi.
KH. MUHAMMAD THOLCHAH HASAN
KH. Muhammad Tholchah Hasan ulama besar dan politikus yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia (1999-2001) di era Presiden Abdurrahman Wahid. Meskipun lebih banyak berkiprah di Malang dengan pesantrennya, beliau memiliki akar keluarga dan sering disebut-sebut berasal dari Kebumen, Beliau juga merupakan tokoh penting di Nahdlatul Ulama (NU).
Prof. H. Soenardjo Lahir pada 17 Agustus 1916 di Pejagoan, Kebumen, sebagai anak angkat dari Haji Abeengamar, pengusaha genteng ternama dari Sokka, la menempuh pendidikan dasar di HIS dan ELS Kebumen, lalu melanjutkan ke MULO dan AMS sebelum berkuliah di Nederlands Economische Hoogeschool, Rotterdam, Belanda,
Pada 1951, ia mulai mengajar di Universitas Gadjah Mada dan menjadi salah satu pendiri Fakultas Ekonomi UGM. Karier politiknya menonjol saat ia diangkat sebagai Menteri Perdagangan dalam Zaken Kabinet (Kabinet Karya) di bawah PM Ir. Djuanda (1957-1958), mewakili Nahdlatul Ulama (NU), Di tengah krisis ekonomi pasca-kemerdekaan. la aktif menjalin hubungan dagang luar negeri, termasuk ke Jerman Barat Setelah menjabat menteri, la menjadi Duta Besar untuk Brasil (1958-1961) lalu menjabat Rektor MIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1963-1969). Di masa genting menjelang 1965, ia turut memprakarsai simposium menolak komunisme dan mendukung Pancasila sebagai dasar negara.
JENDERAL POLISI (PURN) DRS. SUROJO BIMANTORO
Jenderal Polisi (Purn) Drs. Surojo Bimantoro adalah Kapala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menjabat sejak 23 September 2000 hingga 29 November 2001. Jenderal kelahiran Gombong, Kebumen, 1 November 1946 ini diangkat oleh Presiden Abdurrahman Wahid sebagai orang nomer satu di institusi Polri,
Setelah menjabat sebagai Kapolri, Bimantoro diangkat sebagai Duta Besar R untuk Malaysia, Kemudian pada 3 Agustus 2001, Presiden Megawati Soekarnoputri kembali mengangkatnya sebagai Kapolri melalui Keputusan Presiden (Keppres) nomor 97 tahun 2001.Bimantore merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara, Bimantoro kecil dikenal sebagai murid yang rajin belajar, Karena ketekunannya, ia meraih rangking 2 dalam ujian akhir sekolah dasar, Bimantoro melanjutkan ke SLTP tahun 1959-1962 dan berhasil meraih rangking pertama untuk seluruh SMP di Gombong sebelum meneruskan SMA VI Yogyakarta.
LETNAN JENDRAL (PURN) SOEGIARTO (EYD : SUGIARTO)
Letnan Jendral (Purn) Soegiarto (EYD : Sugiarto); lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 2 Juni 1936
Karier Militer:
Menjabat sebagai komandan di Kopassandha (Komando Pasukan Sandhi Yudha) selama tahun 1960-an hingga 1970-an.
Terakhir menjabat sebagai Komandan Korem 071/Wijayakusuma, Purwokerto (1978–1981)
Karier Politik:
Menjadi Wali Kota Yogyakarta periode 1981–1986, diangkat oleh Gubernur Hamengkubuwana IX
Menjabat sebagai Menteri Transmigrasi dalam Kabinet Pembangunan V (1988–1993) di era Presiden Soeharto
MARTONO
Martono adalah pejuang dan birokrat kelahiran Karanganyar, Kebumen 17 Mei 1925 ini memulai karier pada masa revolusi fisik sebagai komandan Tentara Pelajar di Yogyakarta, Selain berjuang, ia juga aktif mengajar di sekolah menengah Setelah kemerdekaan, Martono berkarier sebagai pegawai negeri dan sempat menjabat Atase Pengajaran di Kedutaan Besar Ri di Tokyo (1960-1964), Sekembalinya ke Indonesia, ia menjadi anggota DPR dari Fraksi Karya (1968-1970), berkat perannya di Kosgoro, organisasi yang turut membidani lahirnya Golkar.Martono kemudian an dipercaya sebagai Menteri Muda Transmigrasi, selanjutnya sebagai Menteri Transmigrasi periode 1983-1988. la dikenal sebagai peletak dasar manajemen transmigrasi modern dan memperkenalkan teknologi bodem korektor untuk menyuburkan tanah di wilayah transmigrasi,Di luar pemerintahan, ia pernah menjabat Ketua Umum Kosgare dan Himpunan Karukunan Tani Indonesia (HKT) sampai akhir hayatnya.
KH ABU DARDIRI
Sang Pengusul Kementerian AgamaKH Abu Dardiri, tokoh kelahiran Kebumen pada 24 Agustus 1895, dikenal sebagai ulama, pengusaha, dan pejuang nasionalis-religius, la aktif di Muhammadiyah, pernah memimpin cabang Purbalingga dan menjadi Konsul Muhammadiyah Karesidenan Banyumas. Di masa pendudukan Jepang, ayah kandung mantan Bupati Kebumen I. H Mohammad Yahya Fuad, SE itu menjabat Kepala Jawatan Agama Banyumas dan berhasil memperjuangkan agar sekolah rakyat memberikan pelajaran agama
Perjalanan hidupnya penuh liku. Pernah menjadi buruh pabrik gula hingga pengusaha percetakan, Abu Dardiri dikenal ulet, dermawan, dan teguh memegang prinsip keislaman yang berpadu dengan semangat kebangsaan, Pada Sidang Plena Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) 25-27 November 1945, ia bersama KH Salah Suaidy membawa aspirasi KNI Banyumas untuk membentuk kementerian khusus yang mengurusi urusan agama. Usulan ini mendapat dukungan tok tokah nasional seperti Mohammad Natsir dan Dr Muwardi, kemudian disepakati KNIP dan disahkan Presiden Sukarno pada 3 Januari, 1946.KH Abu Dardiri dikenang sebagai penggagas lahirnya Kementerian Agama.
KARTINI MULJADI
Dari Kebumen ke Puncak Dunia Bisnis dan Hukum IndonesiaKARTINI Muljadi, lahir dengan nama Pauline Fanny Kho pada 17 Mei 1930 di Karanganyar (kini Bagian dari Kabupaten Kebumen), merupakan salah satu tokoh Perempuan paling berpengaruh di Indonesia, la lahir dari pasangan Budi Tjahono, berdarah Jawa Tionghoa dan Marianne Han, seorang guru berdarah Belanda Masa kecil Kartini penuh tantangan, Ibunya meninggal saat ia berusia dua tahun, dan masa pendudukan Jepang memaksanya belajar bekerja sejak dini. Setelah Proklamasi 1945, ia mengganti nama menjadi "Kartini", terinspirasi dari pahlawan emansipasi wanita RA, Kartini Kartini menempuh pendidikan di berbagai kota, termasuk Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta, hingga meraih gelar Sarjana Huks Hukum dan limu Sosial dari Universitas Indonesia (1958), Kariernya dimulai sebagai hakim di Jakarta (1958-1970) sebelum beralih menjadi notaris ternama, menangani klien besar seperti BUMN dan perusahaan multinasional, Pada 1990, ia mendirikan firma hukum Muljadi & Rekan, yang berperan penting dalam restrukturisasi perbankan saat krisis 1997-1998, Selain sukses di bidang hukum, Kartini adalah pendiri Tempo Scan Pacific, perusahaan farmasi dan kosmetik yang memproduksi merek terkenal seperti Bodrex, Hemaviton, Marina, dan My Baby, Kesuksesan bisnisnya menjadikannya salah satu perempuan terkaya di Indonesia versi Forbes, bahkan pernah menjadi wanita dengan peringkat tertinggi di daftar tersebut.
MARTHA TILAAR
Seorang pengusaha wanita legendaris dan maestro di industri kosmetik dan herbal Indonesia, Beliau adalah pendiri Martha Tilaar Group, yang membawahi berbagai merek kosmetik, spa, dan produk kecantikan berbasis ramuan tradisional Indonesia, Martha Tilaar lahir di Gembang pada & September 1937, Kiprahnya tak hanya di bisnis, tetapi juga melestarikan warisan budaya dan herbal Indonesia.
MOHAMMAD SARDJAN
Nama Lengkap: Mohammad Sardjan
Tanggal Lahir: 4 Juni 1909
Tempat Lahir: Prembun, Kebumen, Jawa Tengah (saat itu Hindia Belanda)
Tanggal Wafat: 6 Mei 1992, Jakarta
Periode pertama: 3 April 1952 – 30 Juli 1953, di bawah Kabinet Wilopo
Periode kedua: 12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956, di bawah Kabinet Burhanuddin Harahap
Sebelumnya, Kabinet Wilopo digantikan Sadjarwo Djarwonagoro sebagai Menteri Pertanian, dan Sardjan kemudian kembali menggantikan lagi pada Kabinet Burhanuddin Harahap .
Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) (1977)
Anggota Konstituante, lembaga perancang konstitusi RI pasca-perang
dr. R. MOEHIMAN KROMOATMODJO
Keluarga Kromoatmodjo foto bersama di Street Asem sekarang Jalan HM Sarbini, Kabupaten Kebumen. (suaramerdeka.com / dok pribadi)
Foto keluarga RH Mahkota Kromoatmodjo pada 1933 di Street Asem sekarang Jalan HM Sarbini, Kebumen. (Foto: Istimewa)
dr. R. Moehiman Kromoatmodjo merupakan tokoh yang dikenal sebagai Dokter pribumi pertama dari Kebumen yang berhasil meraih pendidikan kedokteran di STOVIA dan menjadi lulusan dokter pada usia 20 tahun pada tahun 1890. Melakukan praktik medis dan ditugaskan mengabdi ke berbagai daerah seperti Bengkulu, Riau, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, serta terlibat mengobati dan menangani kelahiran tokoh penting seperti Soemitro Djojohadikoesoemo (ayah Prabowo Subianto). Mendirikan praktik di RS Nirmala Karanganyar (didirikan untuk mempercayakan pelayanan medis bagi masyarakat pribumi) sejak sekitar tahun 1932
Rumahnya di Jalan HM Sarbini sempat hancur saat Agresi Militer II Belanda; kemudian beliau pindah ke Magelang dan menghabiskan masa pensiunnya di Semarang (RSUP Dr. Kariadi). Meninggal pada usia 81 tahun dan dimakamkan di Desa Candi, Karanganyar, Kebumen Sebagai bentuk penghormatan atas jasanya, pemerintah Kabupaten Kebumen menetapkan nama beliau untuk salah satu jalan—Jalan dr. R. Moehiman Kromoatmodjo, yang terletak di utara Stadion Candradimuka, mulai dari perempatan Jalan HM Sarbini hingga pertigaan Jalan Aroengbinang
Sejarah Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Kebumen
Tahun 1976 Perpustakaan Umum Kabupaten Kebumen pertama kali didirikan dengan status kelembagaan pada Bagian Kesra Setda Tk II Kabupaten Kebumen. Tahun 1997 berdasar Perda Nomor 9 Tahun 1997 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Kebumen di ubah menjadi UPTD berlokasi di alun alun Kebumen dengan nama Perpustakaan Umum Kabupaten Kebumen. Tahun 2002 berdasar Perda Nomor 22 tahun 2002 diubah menjadi UPTD dibawah Dinas P dan K Kabupaten Kebumen. Tahun 2008 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 14 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Satuan Polisi Pamong Praja dan Kantor Pelayanan PerizinaTerpadu dan Perbup Kebumen Nomor 89 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Kebumen (Berita Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2008 Nomor 89) urusan perpustakaan dan kearsipan yang dahulunya terpisah kini menjadi digabung menjadi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Kebumen, yang secara efektif berlaku sejak 28 Oktober 2008 berlokasi di Jln. Veteran 24 Kebumen. Tahun 2014, gedung KPAD mengalami renovasi besar-besaran dengan anggaran APBD.
Selama masa renovasi pelayanan perpustakaan dipindahkan di Gedung Haji yang terletak sekitar 50 meter dari lokasi awal. Dan pada tahun 2015, tepatnya pada hari selasa, 17 Februari 2015 gedung baru KPAD Kebumen diresmikan oleh Bupati Kebumen H. Buyar Winarso, SE, didampingi Anggota Forum Komunikasi Daerah Kabupaten Kebumen, Kepala BARPUS Provinsi Jawa Tengah, Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Kebumen, Sekda beserta Asisten Ekonomi Pembangunan, para Staf Ahli Bupati, Direktur Coca-Cola Foundation Indonesia, para Kepala SKPD se-Kabupaten Kebumen, para Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah dari 35 Kab/Kota se-Jawa Tengah, para Camat dan Kepala UPTD Dinas Dikpora se-Kabupaten Kebumen serta perwakilan Kepala Sekolah se-Kabupaten Kebumen Tahun 2016 berdasarkan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati No 80 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Kebumen maka sejak 1 Januari 2017 ditetapkanlah Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kebumen sebagai Dinas Tipe C dengan 2 Bidang dan 1 Sekretariat.
MURTININGSIH
2000-2008
DJOKO WALUYO, M.MPd
2008-2010
Drs. H. MASKHEMI, M.Pd
2010-2013
Dra. Hj. ROHMAH HIDAYATI
2013-2017
DWI SULIYANTO, S.Sos.,M.Si
2021-2023
Narasi memberikan cerita di balik benda atau tempat bersejarah, sehingga tidak hanya menjadi objek mati, tetapi juga memiliki jiwa dan cerita.
MASJID AGUNG KEBUMEN
Masjid Agung Kebumen didirikan oleh KH Imanadi, putra Kiai Nurmadin bin Pangeran Abdurahman (Kiai Marbut Roworejo). Menurut kisah, KH Imanadi (1775-1850 M) adalah ahli fikih dan hukum ketatanegaraan yang ikut gigih membantu Pangeran Diponegoro dalam perang melawan Belanda.
TUGU LAWET KEBUMEN
Cerita sejarah memang tak ada habisnya. Meski begitu, sejarah menarik dan penting untuk diketahui. Salah satunya mengenai sejarah Tugu Lawet Kebumen. Dikutik dari berbagai sumber situs, Tugu Lawet merupakan iconiknya Kebumen. Bangunan yang berada di simpang empat pusat Kota Kebumen ini juga sering dikaitkan dengan potensi sarang burung lawet. Seperti diketahui, masyarakat Kebumen, khususnya di kawasan pesisir pantai selatan, banyak yang memburu burung walet untuk diambil sarangnya yang berasal dari air liur burung tersebut. Perburuan sarang burung walet ini dikarenakan nilai jual sarang burung walet yang tinggi sehingga menjadi sumber penghasilan masyarakat yang menjanjikan.
Tugu Lawet ini dibuat untuk menggambarkan aktivitas serta perjuangan para pengunduh sarang burung walet di Goa goa pada tebing karang di pesisir selatan Kabupaten Kebumen. Goa yang dimakusdkan adalah deretan goa di pesisir selatan Kecamatan Ayah dan Kecamatan Buayan. Goa-goa tersebut merupakan habitat alami burung walet. Bentuk Tugu Lawet yang tidak beraturan ini menggambarkan kontur karang di pesisir selatan Kebumen yang terjal. Dalam tugu tersebut terdapat lima patung manusia yang menggambarkan para pengunduh sarang burung walet. Kemudian ada dua patung burung walet raksasa di puncak tugu. Lima patung manusia ini dibuat hanya menggunakan celana pendek, menggambarkan kesederhanaan para pengunduh di masa lampau. Berdasarkan catatan sejarah yang dilansir, Tugu Lawet Kebumen dibuat oleh seorang pemahat bernama Suko, rekan dari pemahat senior Kebumen, Tan Giok Twan atau akrab disapa Teguh Twan, pada 1975. Suko juga sudah dikenal lewat karya-karya pahatannya yang lain, salah satunya Monumen Perjuangan Kemit. Tugu ini memiliki tinggi keseluruhan sekitar 15 meter dan dibangun di bawah perintah Bupati Kebumen yang saat itu menjabat, R. Soepeno Soerjodiprodjo. Monumen Tugu Lawet dinilai memiliki nilai filosofis banyak dan mendalam. Bahkan, Tugu Lawet telah menjadi entitas Kabupaten Kebumen.
ALUN-ALUN KEBUMEN
Alun-alun kebumen adalah sebuah lapangan seluas kira-kira enam kali lapangan sepakbola. Di bagian tepinya dibuat lebih tinggi dengan lebar kira-kira 4 meter yang dilapisi beton. Di bagian tepi itulah warga bercampur baur dengan pedagang makanan, penyewaan motor dan mobil mainan, penyewaan roller skate, kolam pemancingan buatan dan banyak lagi jenis hiburan.
Alun-alun sejatinya adalah jantung sebuah kota, tempat di mana warga berinteraksi dengan pemimpinnya. Berinteraksi dengan sesamanya, bercanda, bertukar kabar dan salam.
Alun-Alun Kebumen Mei1984
Alun-Alun Kebumen Februari 1984
Alun-Alun Kebumen Tahun 1996
Revitalisasi Alun Alun Kebumen yang rampung pada 2023 benar-benar mengubah wajah ruang publik ini. Kini, pengunjung disambut oleh instalasi seni berbentuk Kapal Mendoan, ikon baru yang menjadi simbol budaya sekaligus daya tarik visual. Bentuk kapal besar dan mencolok ini mengangkat salah satu makanan khas Kebumen, yakni mendoan, sebagai bagian dari identitas kota.
Alun-alun ini juga dilengkapi area pedestrian luas, jalur sepeda, taman bermain anak, serta titik-titik duduk nyaman. Desain tata ruangnya memadukan elemen lokal dengan sentuhan modern, menghadirkan suasana yang inklusif dan ramah untuk semua kalangan, mulai dari keluarga, komunitas kreatif, hingga wisatawan luar kota.
Dari sisi historis, kawasan ini dulunya merupakan tempat dilaksanakannya upacara-upacara adat dan militer di era kolonial. Seiring perkembangan zaman, fungsinya bergeser menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat. Kini, revitalisasi alun-alun menjadi simbol transformasi Kebumen menuju kota yang lebih ramah, terbuka, dan berbasis komunitas.
Pendopo kabupaten adalah bangunan tradisional Jawa, sering kali terbuka, yang berfungsi sebagai pusat kegiatan resmi dan pemerintahan, seperti tempat pertemuan bupati dengan pejabat dan masyarakat, serta tempat acara formal dan diskusi. Bangunan ini merupakan representasi pemerintahan dan biasanya terletak di depan bangunan utama, dekat rumah jabatan bupati, untuk memudahkan aktivitas kenegaraan.
PENDOPO KEBUMEN TAHUN 1979
Pendopo Kabupaten Kebumen dulunya dikenal sebagai "Pendopo Rumah Dinas Bupati Kebumen" atau cukup "Pendopo Bupati", bangunan ini belum memiliki nama khusus selama bertahun-tahun. Pada bulan mei tahun 1984 Bupati Drs. H. Dadiyono Yudo Prayitno meresmikan Pendopo Bupati setelah mengalami Pemugaran
Dokumentasi peresmian Pendopo Bupati Kebumen oleh Bupati Drs. H. Dadiyono Yudo Prayitno pada bulan Mei 1984 setelah mengalami pemugaran
PENDOPO KEBUMEN TAHUN 1988
PENDOPO KEBUMEN TAHUN 2017
Pada 17 Desember 2021, Bupati Kebumen meresmikan nama baru untuk bangunan ini yaitu Pendopo Kabumian
Nama ini mencerminkan harapan akan:
Kebersamaan dan persatuan: Pendopo sebagai tempat berkumpul, berbagi, dan membumikan kebaikan serta kemaslahatan.
Jatidiri lokal: “Cita-cita kita akan melangit, tetapi kaki kita tetap menapak bumi,” ungkap beliau dalam peresmian
GEDUNG A SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN
Gedung A ini dikenal dengan nama Kantor Dinas Bupati yang merupakan salah satu bangunan di kompleks Sekretariat Daerah (SETDA) Kabupaten Kebumen ini berada di kompleks Setda Kebumen dan sekarang berfungsi sebagai Ruang Kerja Bupati Wakil Bupati Kebumen.
GEDUNG A SETDA SEKITAR TAHUN 1910
SUMBER: LEIDEN UVIVERSITY
GEDUNG A SEKDA SEKITAR TAHUN 1900-1920
SUMBER: LEIDEN UVIVERSITY
HALAMA SEKITAR GEDUNG A SETDA TAHUN 1910
SUMBER: LEIDEN UVIVERSITY
HALAMAN GEDUNG A SETDA TAHUN 2025
Di era kolonial, sebelum pasar Tumenggungan dibangun, sudah teridentifikasi sejumlah pasar di wilayah Kebumen al., Pasar Dorowati yang dibangun dengan menghabiskan biaya 10.860 florin pada tahun 1926. Pasar Petanahan dibangun dengan menghabiskan biaya 32.600 florin dan Pasar Kritik dibangun tahun 1920.
PASAR TUMENGGUNGAN TAHUN 1990
Surat Kabar De Locomotief (14 Desember 1925) melaporkan sejumlah proyek pembangunan pasar al., Pasar Kaliwiro (dengan biaya 13.600 florin), Pasar Krendetan (dengan biaya 18.500 florin), Pasar Ambal (dengan biaya 17.870 florin), Pasar Endrokilo (dengan biaya 7.400 florin).
Pasar Tumenggungan di Kebumen dibangun tahun 1927 dibangun oleh firma Kleiverda and Co dari Semarang (Teguh Hindarto, Bukan Kota Tanpa Masa Lalu: Dinamika Sosial Ekonomi Kebumen Era Arung Binang VII, 2020:157-158)
REVITALISASI PASAR
Pasar Tumenggungan Kebumen telah direvitalisasi dengan anggaran sekitar Rp 51 miliar, dilengkapi papan informasi perkembangan harga. Terutama harga kebutuhan pokok masyarakat.
Penataan pedagang dilakukan sesuai jenis dagangan. Lantai atas untuk dagangan kering, dan lantai bawah untuk dagangan basah seperti sayuran dan lainnya. Untuk lebih memudahkan pedagang dan konsumen, lantai atas dan lantai bawah dihubungkan dengan travelator. (Suk)(KRjogja.com)
FOTO PASAR TUMENGGUNGAN TAHUN 2025
Kelurahan Wonokriyo merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Gombong, Pemerintahan Daerah Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kelurahan Wonokriyo berdiri pada 07 Desember 1973. Di wilayah Kelurahan Wonokriyo berdiri Pasar Wonokriyo, yaitu pasar modern terbesar di Gombong
Sumber : https://wonokriyo.kec-gombong.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/147
Pasar Wonokriyo Gombong mengalami dua kali kebakaran besar dalam dekade terakhir 2017 dan 2024 yang menyebabkan kerugian besar dan gangguan serius bagi pedagang. Setelah kebakaran 2024, meskipun sudah disediakan tempat relokasi, banyak pedagang yang belum bisa kembali berjualan karena keterbatasan modal dan ketidaktahuan tentang rencana pembangunan kembali saat itu.
PASAR WONOKRIYO TAHUN 1980
PASAR WONOKRIYO TAHUN 1998
PASAR WONOKRIYO TAHUN 2025
Gedung Juang 45 Dulu Studio Radio RSPD Indrakila Kebumen Sekarang Jadi Gedung Mal Pelayanan Publik Kabupaten Kebumen Jawa Tengah.
Peran Strategis Sejak Era Kolonial
Stasiun Kebumen dibangun pada masa kolonial oleh perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) dari pemerintah Hindia Belanda, merupakan bagian dari pembangunan jalur kereta api lintas selatan Jawa:Yogyakarta – Solo – Purwokerto – Kroya – Kutoarjo – Bandung – Jakarta. Jalur ini sangat penting untuk mengangkut hasil bumi (kopi, gula, beras) dari pedalaman ke pelabuhan serta mobilisasi tentara dan pegawai kolonial.
Peran Strategis Sejak Era Kolonial
Stasiun ini menjadi simpul transportasi utama di wilayah selatan Jawa Tengah. Banyak digunakan untuk perjalanan antardaerah, terutama antara Purwokerto – Yogyakarta – Jakarta. Menjadi penghubung penting antara Kabupaten Kebumen dan kota-kota besar lain seperti:
Perkembangan Pasca-Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan RI, stasiun ini diambil alih oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) — cikal bakal PT KAI. Di masa Orde Baru, peran Stasiun Kebumen makin penting karena Jalur selatan dianggap lebih aman dari erupsi Gunung Merapi dan gangguan sosial. Banyak warga dari Kebumen dan sekitarnya merantau menggunakan KA ke Jakarta dan Bandung.
STASUIN KEBUMEN DESEMBER TAHUN 1948
SUMBER: nationaal archief
Tahun 2025
Tahun 2025
Meskipun bernama Stasiun Karanganyar, stasiun ini tidak terletak di Kabupaten Karanganyar (dekat Solo), melainkan di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen . Pembangunan stasiun dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api Hindia Belanda, sebagai bagian dari jalur KA Cilacap–Kutoarjo–Solo sejak tahun 1883, dan baru mulai dioperasikan sekitar 1887. Pada masa awal operasionalnya, stasiun berperan penting dalam pengangkutan hasil bumi serta mobilisasi pasukan militer Belanda
Menurut satu sumber, stasiun ini juga menjadi tempat bagi para pejuang yang melakukan perlawanan dengan memanfaatkan kereta api selama masa agresi militer Belanda.
Ketinggian stasiun sekitar +14 mdpl, berada di bawah pengelolaan Daerah Operasi V Purwokerto. Struktur emplasemen stasiun telah diperbarui sejak tahun 2005, termasuk pemasangan atap di seluruh area peron. Stasiun kini dijadikan kelas I (atau II menurut beberapa sumber) dengan fasilitas seperti loket tiket online, ruang tunggu, dan sistem informasi digital
Sekitar tahun 2020, jalur ganda (double track) mulai dioperasikan dari Stasiun Karanganyar menuju Jembatan Renville dan Stasiun Gombong. Jalur 2 kini menjadi sepur lurus menuju Kroya, sementara jalur 3 menuju Kutoarjo
Stasiun Gombong dibangun oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda, Staatsspoorwegen, sebagai bagian dari jalur kereta api Yogyakarta–Maos. Jalur sepanjang sekitar 155 km ini dibangun pada tahun 1887 dan stasiun Gombong resmi dibuka pada 21 Juli 1887. Awalnya, stasiun ini memiliki peran strategis untuk mendukung mobilisasi militer Belanda, terutama terkait Benteng Van der Wijck yang menjadi basis pertahanan di Gombong.
SUMBER: KekunaanHistory and Legacy Kebumen.
STASIUN GOMBONG SAAT INI (2025)
Benteng Van Der Wijck awalnya berfungsi sebagai kantor dagang VOC kemudian diubah menjadi benteng militer Belanda guna menghadapi Perang Diponegoro (1825–1830). Dikenal juga sebagai Fort Cochius, atas nama Frans David Cochius, komandan VOC di wilayah tersebut. Nama “Van Der Wijck” diambil dari Jenderal Belanda yang menggantikannya, memperkuat peran militer benteng ini. Pada 1856, benteng dialihfungsikan sebagai Pupillen School, sekolah militer untuk keturunan Eropa. Selama pendudukan Jepang, digunakan sebagai tempat latihan militer PETA; pasca-kemerdekaan fungsinya beralih menjadi barak TNI hingga sekitar tahun 2000.
Bupati Kebumen, Dra. Hj.Rustriningsih,M.Si, bersama Muspida, Kodam IV Diponegoro, Komandan Secata Go mbong, dan pihak ketiga PT Indo Power Gombong Bapak Sumbono, meninjau benteng Van Der Wijck yang akan dipugar sekaligus mengelola sebagai objek wisata Tahun 2000.
Benteng ini dibangun dengan desain segi delapan (octagonal) dan seluruh struktur menggunakan bata merah, mencolok dibandingkan benteng Belanda biasa. Memiliki luas total sekitar 7.168 m², dengan lantai bawah dan atas masing-masing sekitar 3.606 m²; tinggi bangunan sekitar 10 m, serta dinding setebal 1,4 m. Saat ini difungsikan sebagai objek wisata sejarah, lengkap dengan fasilitas modern seperti:
Kereta wisata (termasuk jalur di atas benteng)
Kolam renang (anak dan dewasa)
Area bermain, spot foto (termasuk patung dinosaurus), warung, musholla, toilet, serta area parkir luas.
Terletak di Desa Krakal, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, Pemandian Air Panas Krakal adalah salah satu destinasi wisata alam dan kesehatan terkenal di Kebumen, Jawa Tengah, yang memiliki nilai sejarah, geologi, dan spiritual. Pemandian ini menyuguhkan air panas alami bersuhu sekitar 39–42°C, berasal dari sumber mata air bawah tanah yang tidak bersifat vulkanik, melainkan akibat gesekan batuan lempung-tufan Formasi Halang.
Waduk Sempor adalah sebuah bendungan yang terletak di Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Waduk ini memiliki peran penting dalam pengairan, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pariwisata, serta sebagai sumber air baku.
Pembangunan Waduk Sempor dimulai pada tahun 1967, sebagai bagian dari program pemerintah Indonesia untuk menyediakan irigasi di daerah-daerah pertanian serta pengendalian banjir. Proyek ini dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan menjadi bagian dari pengembangan sumber daya air di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.
Pada tanggal 29 November 1967, saat masih dalam tahap konstruksi, bendungan Sempor jebol (ambrol).
Peristiwa ini mengakibatkan banjir bandang besar yang melanda wilayah di bawah bendungan, termasuk Kebumen kota dan sekitarnya.
Ratusan orang meninggal dunia, dan banyak infrastruktur serta lahan pertanian yang rusak parah.
Tragedi ini menjadi salah satu bencana konstruksi paling memilukan dalam sejarah pembangunan waduk di Indonesia.
Video tentang arsip sejarah waduk sempor
Goa Jatijajar berada di Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, sekitar 32–42 km dari pusat Kebumen atau sekitar 1 jam perjalanan . Gua ini pertama kali ditemukan oleh petani bernama Jayamenawi pada tahun 1802, saat ia terperosok ke lubang yang ternyata merupakan ventilasi gua. Nama “Jatijajar” berasal dari dua pohon jati tegak berdampingan di mulut gua. Lorong Gua: Panjangnya mencapai sekitar 250 meter dengan lebar dan tinggi rata-rata berkisar 12–25 meter. Lorong mudah dijelajahi karena sudah dilapisi beton dan dilengkapi penerangan.
Bangunan Hotel Mexolie di Kebumen, yang dulunya merupakan lokasi pabrik Sari Nabati. Foto ini menunjukkan detail gaya kolonial Belanda yang masih dipertahankan. Bangunan ini sekarang berfungsi sebagai hotel, namun menyimpan jejak sejarah panjang pabrik minyak kelapa zaman Hindia Belanda.
1851: Pabrik ini didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan nama N.V. Maatschappij tot Exploitatie van Olie‑fabrik (Mexolie) ( Sumber: Phinemo.comKebumen 2013)
Setelah kemerdekaan, pabrik tersebut dinasionalisasi dan berganti nama menjadi Sari Nabati, serta sempat dikenal juga sebagai Nabatiasa (Sumber: Kebumen TalkHistory and Legacy KebumenKebumen 2013)
Pabrik Minyak Kelapa Sari Nabati berada diwilayah Panjer, Kebumen
Peran Sosial dan Sejarah Panjer Kebumen
Lokasinya di Panjer, Kebumen, dipilih karena strategis: dekat stasiun kereta dan pusat pemerintahan kolonial (Sumber: Kumpulan Seputar Dunia KuliahKebumen 2013)
Pada masa pendudukan Jepang, pabrik ini menjadi markas Kempetai. Setelah itu, sempat menjadi markas militer TNI dan saksi peristiwa darah seperti aksi bumi hangus dan pemberontakan AOI Somalangu tahun 1950 (Sumber: Kebumen 2013)
Memasuki era 1980-an, pabrik mengalami kebangkrutan dan berhenti beroperasi, menjadi bangunan mangkrak penuh kerusakan dan ditinggalkan (Sumber: History and Legacy Kebumen+1Kebumen 2013).
Di tahun 1989, lokasi ini sempat disewa sebagai gudang berbagai barang seperti cengkih, bijih plastik, dan beras dari Bulog, hingga tidak terpakai lagi selama lebih dari dua dekade (Sumber: Phinemo.comEl Samara)
Sekitar tahun 2016–2017, bekas bangunan pabrik ini diubah menjadi Hotel Mexolie, dengan tetap mempertahankan sebagian besar struktur kolonial asli. Kini berada di bawah manajemen Liberta Hotel International (LHI) (Sumber: Phinemo.comKebumen Talkasatunews.co.id)
Hotel ini memiliki fasilitas modern seperti kolam renang, restoran, kedai kopi, serta ruang pertemuan besar, namun tetap mempertahankan nilai sejarahnya (Sumber: Phinemo.comasatunews.co.id)
Lokasi ini berpotensi menjadi daya tarik wisata sejarah yang kuat untuk Kebumen, terutama karena bukti langsung situs bersejarah tiga periode utama: kerajaan (Panjer Nagari), kolonial, dan pascakemerdekaan (Sumber: asatunews.co.id)
Sayangnya, tidak semua bangunan peninggalan dirawat. Beberapa perumahan staf pabrik dan material bangunan cagar budaya dihancurkan pada tahun 2012 untuk mengembangkan area “Mexolie Land”, termasuk fragmentasi desain asli bangunan kolonial (Sumber Kebumen 2013)
NV Mexolie Pabrik Minyak Jawa Hindia Belanda 1929
Pada masa Agresi Militer Belanda I, Pertempuran Sidobunder terjadi pada 1–2 September 1947. Pasukan Tentara Pelajar (TP) bersama rakyat mempertahankan Sidobunder sebagai bagian dari garis pertahanan sektor selatan. Meskipun semangat juang tinggi, TP kewalahan dan mundur ke Karanganyar. Korban baru dapat dikumpulkan keesokan harinya dan dibawa ke Yogyakarta (Sumber:.Jurnal UNNES Pagarnusa Kebumen)
Sebagai penghormatan kepada para pejuang dan korban, pada tahun 1959 dibangun tugu peringatan pertama di pertigaan jalan di depan Balai Desa Sidobunder. Tugu ini dilengkapi prasasti berisi nama-nama yang gugur, termasuk nama Herman Fernandez yang tercantum di nomor 19. (Sumber: Warta Nusantara Budaya Indonesia)
Pada 1984, berdiri tambahan Monumen Balai Desa berbentuk joglo di belakang tugu lama. Monumen ini diresmikan oleh Menteri Transmigrasi RI saat itu, Martono (mantan Komandan Detasemen TP). (Sumber: Warta Nusantara, Generasi Muda Tentara Pelajar)
Seiring waktu, tugu lama dinilai mengganggu lalu lintas dan rawan kecelakaan. Maka dibuat tugu baru di pinggir jalan, di tanah milik warga, dengan memindahkan prasasti dari tugu lama ke yang baru. Tugu baru ini diresmikan bersamaan dengan pengangkatan Jalan Tentara Pelajar di Kebumen, sekitar tahun 2000. (Sumber: Generasi Muda Tentara Pelajar, Warta Nusantara)
Pada kunjungan Oktober 2023, kondisi monumen dinilai memprihatinkan. Deskripsi menyebutkan kondisi kumuh dan prasasti tak terawat sehingga sulit dibaca, sehingga membutuhkan renovasi agar tetap terjaga nilainya sebagai situs sejarah. (Sumber: Warta Nusantara)
kompleks makam para Bupati Kebumen terdahulu, termasuk Yayasan Arungbinang dan Tumenggung Kolopaking, yang terletak di Kutowinangun dan sekitarnya. Setiap tahunnya,biasanya bersamaan dengan perayaan Hari Jadi Kebumen Pemerintah Kabupaten Kebumen, dipimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati, rutin melakukan ziarah ke makam para pendiri dan Bupati terdahulu. Rute ziarah umumnya mencakup makam Ki Ageng Bodronolo → Tumenggung Kolopaking →Pangeran Bumidirjo → Komplek Arungbinang.
Tujuan ziarah ini adalah untuk menghormati jasa para leluhur, serta mendoakan cita-cita mereka agar bisa terus dilanjutkan dalam perjuangan membangun Kebumen.
MAKAM KI AGENG BODRONOLO
Suikerfabriek Remboen didirikan sekitar tahun 1890–1891 oleh perusahaan swasta Belanda, Java Suikercultuur Maatschappij, untuk mengembangkan industri gula di Karesidenan Bagelen. Kebumen saat itu belum memiliki pabrik gula modern meski potensi tanahnya cukup besar.
(Sumber: jejakkolonial.blogspot.com kebumenupdate.com)
Pembangunan pabrik dimulai pada Januari 1891 dan awal operasional yang semula dijadwalkan pada Juni 1891 sempat tertunda—selain karena konstruksi, juga lantaran kendala pengangkutan mesin pabrik yang dipesan dari Glasgow (Sumber: (Duncan Stewart & Co.) jejakkolonial.blogspot.com)
Modal didirikan dari penjualan saham senilai 900.000 gulden (dua seri masing-masing 450.000 gulden).
Struktur manajemen pertama dipimpin oleh direktur J.W. Wilson, dengan komisaris seperti H. H. Borel, G. J. B. Bunge, dan lainnya (Sumber: jejakkolonial.blogspot.com)
Satu dokumen iklan katakan keberadaan PG Remboen sudah terpublikasi di surat kabar era kolonial tahun 1892, menunjukkan pabrik membutuhkan mesin tingkat lanjut (masinis/insinyur) (Sumber: ini kebumen | Media Rujukan Kebumen)
Pada laporan tahun 1906, pabrik Remboen terdaftar sebagai salah satu dari 191 pabrik gula di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Sumber: kebumenupdate.com.)
Namun, sebelum tahun 1940, pabrik ini sudah tidak lagi masuk dalam daftar pabrik gula aktif—artinya kemungkinan besar telah berhenti beroperasi menjelang era tersebut (Sumber: kebumenupdate.com)
Bangunan asli pabrik—termasuk cerobong asap—telah hilang.
Sisa-sisa sejarah yang masih ada adalah bekas kantor administrasi yang kini jadi Mapolsek Prembun, beberapa loji (penginapan pegawai) di sekitar stasiun, dan beberapa bangunan kolonial di area SMA 1 Prembun (Sumber: kebumenupdate.com jejak kolonial.blogspot.com.)
Komunitas Pusaka Prembun (KUPU) mengadakan kegiatan “Remboen Heritage Walk” dan pameran Gedung Potret Remboen Suikerfabriek Premboen, yang telah diresmikan oleh camat setempat, lengkap dengan koleksi foto dan artefak peninggalan (Sumber: www2.kebumenkab.go.id kebumenupdate.comKebumen | Rilisjateng.com)
Komunitas juga menciptakan mural di dinding kampung untuk memperingati keberadaan PG Remboen, mengubah dinding kusam menjadi media edukasi sejarah (Sumber: Suara Merdeka)
PENGUNDUHAN SARANG BURUNG LAWET
Pengunduhan sarang lawet di tebing gua seperti di Karangbolong bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga ritual sakral. Masyarakat mempercayai bahwa sarang tersebut adalah milik penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul. Oleh karena itu, rangkaian ritual adat menjadi syarat saat panen. Tata ritual ini berkembang turun-temurun sejak zaman Kerajaan Mataram, ketika Adipati Bagelen mendapat petunjuk lewat mimpi bahwa sarang lawet adalah obat, dengan syarat ritual tertentu dilakukan terlebih dahulu.
Beberapa prosesi penting dalam pengunduhan sarang burung walet antara lain:
Selamatan di paseban (pendapa desa)
Pementasan wayang kulit di mulut gua
Melarung sesajen ke laut (khas Karangbolong)
Kenduri di rumah mandor/pengunduh
Selamatan di pos penjagaan gua
Arsip foto terkait prosesi penggunduhan sarang burung lawet
PONDOK PESANTREN AL‑KAHFI SOMALANGU
Nama & Lokasi
Nama resminya adalah Pondok Pesantren Al‑Kahfi Somalangu, terletak di Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. (Sumber: alkahfisomalangu.iddetikcom)
Umur dan Pendiri
Pesantren ini didirikan pada 25 Sya’ban 879 H atau 4 Januari 1475 M, oleh ulama asal Yaman, Sayid Muhammad Ishom Al‑Hasani (Sayid Abdul Kahfi Al‑Hasani) (Sumber: alkahfisomalangu.id, detikcom) Itu menjadikannya pesantren tertua di Jawa Tengah, dan bahkan Asia Tenggara, yang masih eksis hingga kini (Sumber: NU Online Kebumen, detikcom+1)
Prasasti Batu Zamrud Siberia
Di dalam masjid terdapat sebuah prasasti berat sekitar 9 kg yang terbuat dari zamrud Siberia (Emerald Fuchsite), berisi candrasengkala dalam huruf Jawa ("Bumi Pitu Ina") dan Arab (25 Sya’ban 879 H), serta gambar hewan bulus berkaki tiga—tanda otentik tanggal pendirian pesantren. (Sumber: alkahfisomalangu.id, detikcom Liputan6)
Bangunan Tua yang Masih Terjaga
Masjid tua masih kokoh dengan arsitektur joglo khas Jawa, termasuk mustaka terakota yang mencantumkan angka 1299 H (1878 M) dan genteng dengan tulisan Belanda "Aboengamar Steen & Pannem Fabriek Sokkaî".Liputan6
Masih ada pondokan santri berbahan bambu dan papan di atas kolam wudlu, yang dibiarkan tetap seperti aslinya sebagai penghormatan terhadap sejarah awal pesantren (Sumber: Jawa Pos, Liputan6)
Model Pendidikan
Pesantren ini menggabungkan sistem salafiyah (tradisional) dan modern.(Sember: alkahfisomalangu.id, detikcomserambimuslim.com
Metode pengajaran tradisional seperti sorogan (belajar satu-satu dengan guru) dan bandongan (dengar penjelasan bersama) tetap berlaku (Sumber: serambimuslim.com)
Lembaga Formal dan Informal
Memiliki berbagai institusi pendidikan, seperti:
SMP Islam Al‑Kahfi Somalangu
SMA Islam Al‑Kahfi Somalangu
SMK Ma’arif 3 Somalangu
D‑2 Akademi Komunitas Al‑Kahfi Somalangu
TPQ dan Madrasah Diniyah
Jumlah santri mukim ±2.100 dan santri thariqah mencapai ±15.300 orang (Sumber: alkahfisomalangu.id, detikcom)
Tarekat & Kegiatan Tradisional
Pesantren ini juga menjadi bagian dari Thariqat As‑Syadziliyah dan rutin mengadakan tradisi seperti haul, khatmil kutub, serta penghormatan terhadap para kiai senior (Walimatul Ikhtiram) (Sumber: kebumennews.or.id.)
Kepemimpinan & Perkembangan
Kepemimpinan pesantren saat ini dipegang oleh KH. Muhammad Afif Sulchan, generasi ke‑16 dari pendiri aslinya (Sumber: alkahfisomalangu.id, NU Online Kebumen)
Pesantren juga dikenal aktif dalam mengenang sejarahnya dan mendapatkan penghargaan dari PBNU sebagai pesantren tertua, sekaligus merayakan momen perak‑jubelium NU (Sumber: NU Online Kebumen)
Di era modern pun, pesantren terus dikembangkan dengan membangun gedung pendidikan baru seperti SMK, SMP, dan akademi komunitas di kompleks pesantren (Sumber: Jawa Pos, kuwaluhan.com)