SALIB: Hukuman Atau Bukti Kasih?
Oleh Rafindra Hyoga Pratama
Salib merupakan salah satu cara yang digunakan oleh bangsa Romawi dalam menghukum penjahat. Penekanannya ada pada pada penderitaan dan bukan pada kematian. Mereka yang dihukum dengan cara disalibkan, akan benar-benar menderita dan secara alamiah berjuang untuk mengakhiri penderitaan tersebut dengan kematian. Pribadi yang menjadikan hukuman melalui penyaliban saat ini dikenal dan selalu direnungkan oleh banyak orang di dunia adalah Yesus Kristus orang Nazareth.
Apa yang dimaksud dengan Salib dalam kacamata Kristiani? Bagi orang yang mengimani Yesus sebagai Tuhan melihat salib sebagai satu jalan menuju keselamatan. Salib bisa melambangkan suatu penderitaan tetapi juga kasih, kita bisa melihat kematian tetapi juga kehidupan, salib juga melambangkan kehinaan tetapi juga kemuliaan.
Lalu, apa sebenarnya arti Salib sendiri menurut Alkitab? Salib melambangkan keadilan dan kasih Tuhan. Alkitab mengatakan kalau tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak berdosa, dan hukuman dari dosa adalah maut. Artinya kita semua harus mati karena dosa-dosa kita. Akan tetapi Tuhan Allah memiliki sebuah rencana penyelamatan dengan cara mengutus anaknya yang tunggal yaitu Yesus Kristus yang tidak berdosa untuk menebus manusia dari salah dan dosanya.
Salib menunjukan kepada kita sifat Allah yang Adil dan juga Kasih. Allah yang adil adalah Allah yang tidak akan membiarkan manusia berdosa lepas dari hukuman, akan tetapi Allah adalah juga penuh kasih yang mengasihi kita semua, sehingga Yesus yang tidak berdosa telah dijatuhi hukuman yang seharusnya kita terima supaya keadilan dan kasih Allah dinyatakan di dalam kematian Yesus di atas kayu Salib. Jadi Yesus Kristus adalah sumber keselamatan yang rela mati di atas kayu salib untuk keselamatan dan kesejahteraan umat manusia di seluruh. Salib adalah jalan pengampunan dari hukuman dosa.
Keselamatan yang ditawarkan oleh Allah melalui penderitaan hingga wafat Yesus di salib tidak serta-merta membuat manusia tidak lagi berdosa. Sebab jika demikian, maka semua manusia tidak akan lagi mengalami penderitaan akibat keberdosaan atau bahkan manusia hanya hidup dalam kesucian ilahi. Namun, faktanya bahwa kehadiran Yesus di dunia untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa, tidak pernah meniadakan dosa dari dunia. Hal ini menghantar kita untuk memahami satu situasi iman. Di mana kita harus berjuang untuk menanggapi tawaran keselamatan yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus.
Salib sebagai cermin manusia dalam menyikapi keadaan hidup di dunia. Bagaimana manusia tetap teguh dalam imannya saat menghadapi penderitaan, sebagai panutan bagi manusia untuk Kembali kepada Allah dengan tau dan ma uke dalam dekapan kasih mesrah-Nya.
Yesus Disalibkan, Manusia Dimungkinkan Hidup Kekal
Oleh: Wiliam S.C Lada
Umat Katolik di dunia setiap tahun akan merayakan hari raya paskah. Paskah adalah salah satu hari besar umat kristiani selain hari raya Natal. Hari raya Paskah identik sebagai hari kebangkitan Yesus dari kematian setelah mengalahkan maut. Kebangkitan Yesus membawa terang dan keselamatan bagi umat manusia. Inilah puncak iman kristiani kita sebagai orang katolik yang percaya akan Allah yang lahir ke dunia, berkarya dalam hidup manusia, mati dan bangkit bagi seluruh umat manusia.
Allah datang ke dunia dalam wujud manusia yang dilahirkan oleh bunda Maria dalam diri Yesus Kristus. Kelahiran Yesus membawa terang dan harapan bagi manusia yang frustasi dan jatuh ke dalam dosa karena perbuatan mereka sendiri. Yesus datang membawa pesan cinta kasih untuk umat manusia. Dia menyembuhkan orang yang sakit, membangkitkan orang yang telah mati, mengampuni orang yang berdosa serta membuat mukjizatmukjizat dalam karya nya di dunia.
Kedatangan Yesus memberi harapan dan kekuatan baru bagi mereka yang putus asa dan lemah. Namun karya keselamatan yang dilakukan Yesus mendapat tantangan dari orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka menganggap Yesus sebagai musuh yang harus disingkirkan. Mereka selalu berusaha menghancurkan Yesus dengan tuduhan-tuduhan yang keji. Yesus tahu semua rencana buruk mereka namun Yesus tidak mau membalas dan tetap teguh dalam menjalankan karya perutusan-NYA yaitu menyelamatkan dan memberi kehidupan bagi setiap umat manusia.
Yesus tahu bahwa karya perutusan-NYA di dunia akan membawa Dia ke dalam kematian. Namun Yesus tidak gentar dan masuk kota Yerusalem menggunakan keledai. Dia disambut oleh banyak orang dan mereka mengelu-elukan nama-NYA. Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat semakin marah dan iri sehingga mereka menggunakan segala cara agar Yesus bisa dibawa ke hadapan Pilatus untuk diadili. Pilatus tidak mendapati kesalahan apapun pada diri Yesus sehingga ia mencari cara untuk membebaskan Yesus. Semakin kuat usaha Pilatus membebaskan Yesus, semakin kuat juga orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mendesak Pilatus untuk menghukum Yesus. Mereka menghasut rakyat-rakyat kecil yang awalnya percaya kepada Yesus untuk berbalik membenci Yesus.
Yesus tidak melawan. Yesus tau bahwa Dia harus menuntaskan tugas di dunia ini meskipun harus sampai mati di kayu salib. Dia rela mati di kayu salib agar manusia dipulihkan dari dosa. Bagi manusia, mati di salib adalah suatu kebodohan namun bagi Yesus, mati di salib adalah jalan untuk menghantar umat manusia menuju keselamatan. Dan akhirnya Yesus rela mati di salib yang selalu kita peringati sebagai hari Jumat Agung. Dia disalibkan karena dosa manusia ( karena dosa manusia, relasi manusia dengan Allah rusak), sehingga relasi manusia dengan Allah dipulihkan dan manusia dimungkinkan untuk hidup kekal.
Dalam Injil Yohanes pasal 2 ayat 19, Yesus berkata, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” Bagi orang Farisi dan ahli-ahli Taurat ini adalah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan oleh Yesus. Karena Bait Allah didirikan oleh orang Israel selama bertahun-tahun sehingga mereka terheran-heran dan tidak percaya pada perkataan Yesus.
Mereka tidak percaya karena mereka tidak tahu bahwa Bait Allah yang dimaksudkan oleh Yesus adalah Dirinya sendiri sebagai putra Allah yang akan bangkit dari kematian pada hari ketiga. Murid-murid Yesus pun baru teringat akan kata-kata ini setelah mereka pergi ke kubur Yesus dan tidak mendapati jenasah Yesus di dalam kubur.
Yesus juga pernah berkata bahwa Dia akan mati tetapi 3 hari kemudian Dia akan bangkit (Lukas 18:33). Murid-murid Yesus akhirnya percaya bahwa perkataan Yesus yang pernah diucapkan-NYA adalah benar-benar tentang diri-NYA dan telah digenapi.
Kelahiran, kesengsaran, kematian, dan kebangkitan Yesus memberi kita pengetahuan bahwa Yesus berkuasa atas maut. Dia tidak takut, tidak mundur, tidak melawan saat dibenci maupun dipaku pada kayu salib. Dia datang ke dunia sebagai manusia biasa namun Dia menbawa tugas perutusan untuk memberikan kabar gembira tentang kerajaan Allah. Dia datang ke dunia, berkarya di dunia, dan mati di dunia adalah tugas perutusan dari Allah yang harus Dia genapi untuk menyelamatkan umat manusia.