Dalam reyog masa kini, tokoh warok dibagi menjadi dua yaitu warok muda dan warok tua yang busana maupun riasannya sedikit berbeda satu dengan lainnya. Busan warok terdiri dari celana panjang hitam yang longgar, baju lengan panjang warna hitam tanpa kerah yang disebut penadhon, dan kain batik coklat tua atau hitam motif tertentu dikenakan dipinggang dan menjuntai kebawah sebatas lutut.
Seorang warok menepati ciri-ciri seperti kaya pengetahuan dan kesaktian, gemar membantu orang lain tanpa pamrih pribadi, melindungi keluarga masyarakat desa dan negaranya, sifat adil, tekun, sungguh-sungguh, jujur dan mampu menjadi tempat bertanya tentang apa saja. Terkadang warok sering berperan sebagai pemimpin lokal informal dengan banyak pengikut. Dalam pentas, sosok warok lebih terlihat sebagai pengawal/ punggawa Raja kelana Sewandana (warok muda) atau sesepuh dan guru(warok tua).
Kelompok penari kuda lumping dalam istilah lain disebut jathil. Busana penari jathil meliputi celana panjang selutut, baju dan kain batik. Baju yang baku ialah putih berlengan panjang, tetapi terkadang penari memakai baju brokat berbagai warna sebagai alternatif. Penari jathil tidak bertopeng maka wajah mereka dirias. Dalam keseluruhannya, busana, aksesoris, rias wajah, dan kuda lumping itu dimaksudkan untuk mengubah seorang penari jathil menjadi tokoh yang menggabungkan kecantikan perempuan dan citra tentang yang gagah berpiwa dan yang energik.
Sekitar dasawarna 1980an penari jathil adalah pria, biasanya lelaki muda remaja tetapi sekarang gadis atau perempuan muda yang memerankan penari jathil. Dahulu penari jathil mengenakan berbagai tutup kepala terbuat dari kulit yang lazim digunakan dalam pegelaran wayang wong dan bukan ikat kepala yang dipakai seperti sekarang. Penari jathil berpasangan yang penarinya berjumlah genap putri semua. Unsur gerak yang harus dimiliki oleh jathilan yaitu penguasaan teknik gerak (wiraga) ketepatan gerak dengan irama (wirama) pemahaman dan penjiwaan (wirasa) yang telah menyeluruh dan menyatu dalam karakter tari.
Tokoh ini mengenakan topeng kayu mirip raksasa bercat merah, dengan sepasang mata melotot, hidung besar panjang, dan gigi tonggos. Rambut bercuatan dari dahi dan kedua sisi wajah topeng ini, dan kain merah yang dipasang pada bagian atas topeng sebagai penutup kepala. Karena tampak menakutkan, topeng ini juga dijuluki genderuwon / genderuwo yang berarti roh jahat dan jahil.
Tokoh Bujang Ganong dibawakan oleh seorang pria mengenakan celana hitam sebatas lutut (dingkikan) dengan garis putih disamping pipa celana dan pinggir bawah celana. Pada bagian atas hanya mengenakan rompi terbuka di depan dan banyak aksesoris yang sama dengan penari singa barong. Penari bujang ganong adalah penari yang menggambarkan sosok patih muda yang cekatan, cerdik, jenaka dan sakti.
Tokoh dengan tampilan paling kaya dengan pernik. Topeng ini berbentuk bulat telur dan terbuat dari kayu, mulutnya tersenyum memamerkan sederet gigi putih kecil-kecil. Wajah topeng dicat merah, kumis dari rambut yang menambah ketampanan nan anggun. Pada topeng itu dipasang mahkota bentuk segitiga berhiaskan tatahan yang rinci dan halus, warna utama merah dan kuning emas. Sepasang ornamen telinga terbuat dari kulit disebut sumping dapat menambah keindahan topeng ini.
Keindahan topeng Kelana Sewandana tercermin pada kostum atau busananya. Penari mengenakan kain bermotif cindhe warna merah dan kain batik motif parang barong berlatar putih dililitkan pada pinggang dalam gaya rapekan. Kelana Sewandana satu-satunya tokoh menyangdang keris juga dilengkapi dengan cambuk rotan berhiaskan bola-bola dari benang berwarna merah dan kuning. Keris dan cambuk ini disisipkan pada kain pinggang dibagian belakang sebelah kanan. Aksesoris tersebut menunjukkan bahwa Kelana Sewandana adalah seorang tokoh raja.
Memiliki ciri khas topeng besar kepala harimau yang diatasnya bertengger kipas raksasa dari bulu merak. Topeng kepala harimau disebut caplokan terbuat dari kayu. Topeng ini dibungkus dengan kulit hewan idealnya kulit harimau. Di kedua sisi topeng kepala harimau ditambah rambut terurai yang terbuat dari ekor kerbau. Mulut diwarna merah memperlihatkan deret gigi tajam putih dan taringnya. Kain panjang warna merah hitam dibagian belakang topeng berfungsi sebagai penutup tubuh si pemakai topeng.
Topeng Singa Barong merupakan indeks utama pergelaran reyog Ponorogo, karena tanpa topeng itu tidak mungkin ada reyog Ponorogo. Bentuk kekinian topeng Singa Barong telah mengalami modifikasi dimasa silam. Bentuk topeng dahulu memiliki ukuran lebih kecil daripada ukuran normal topeng saat ini. Topeng dahulu dilapisi dengan kulit harimau tutul. Modifikasi juga terdapat pada dhadhakmerak, di masa lampau bentuknya lebih ramping seperti daun andong dan bukan daun waru. Perubahan yang lain yaitu ditiadakannya Jegol, yaitu orang yang berdiri dibelakang pemain Singa Barong yang bertugas memegangi ujung kain panjang sebagai badan harimau.
Disamping penari-penari dengan berbagai tokoh, pagelaran reyog Ponorogo melibatkan sejumlah pemain musik pula. Para pemain musik mengenakan celana panjang hitam longgar dan baju lengan panjang hitam model penadho yang tidak dikancing. Aksesoris penanda pemain musik ialah kain batik yang disampirkan di bahu. Dibandingkan dengan pelaku lain dalam pagelaran, tampilan pemain musik adalah yang paling sederhana.
Busana, topeng, rias, dan segi-segi lain tampilan fisik para pelaku pagelaran itu tidak hanya membingkai suatu peristiwa tertentu sebagai pagelaran. Dalam teater modern barat. dalam reyog Ponorogo tampilan fisik seorang pelaku pagelaran pun menciptakan tokoh.