EREK-EREK JUNGLE PARK
Erek-erek Geoforest merupakan kawasan hutan gunung di sekitar Taman Wisata Alam Kawah Ijen yang bisa dikatakan sangat βperawanβ karena belum banyak orang yang tahu keberadaannya. Lokasinya dimulai dari lembah timur antara Gunung Merapi dan Gunung Rante. Kawasan pada ketinggian di atas 1000m ini merupakan ekosistem hutan hujan tropis primer di gunungapi kuarter yang sudah dalam tahap suksesi klimaks karena stratifikasi kanopi sangat kompleks. Lantai hutan yang lembab dicirikan dengan tumbuhnya berbagai macam lumut baik lumut daun maupun lumut hati, serta berbagai macam kelompok tumbuhan paku dan rerumputan. Adanya semak belukar seperti Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, Rubus rosifolius, Physalis angulata, dan Imperata cylindrica merupakan kamuflase yang baik bagi Puyuh Gonggong biasa (White Face Partridge/Arborophila orientalis) yang merupakan jenis burung endemik dataran tinggi Jawa Timur Indonesia dan saat ini dalam status vulnerable dengan populasi yang terus menurun (IUCN Redlist tahun 2020).Β
Salah satu tumbuhan paku yang ada yaitu Paku pohon (Cyathea contaminans) menempati lapisan kanopi bawah sampai atas yang merupakan fosil hidup atau Paku pohon tertua karena fosilnya ditemukan di era akhir Jurassic. Jenis tumbuhan ini tumbuh dengan baik karena mampu mencapai tinggi di atas 6m yang menunjukkan bahwa biosite tidak terganggu oleh disturban. Dominasi tumbuhan ini bersama dengan tumbuhan paku dan lumut lainnya juga sebagai indikator bahwa kawasan Erek-erek merupakan kawasan yang subur, lembab dengan tangkapan air melimpah. Jenis Melastoma malabathricum juga ditemukan bersama-sama dengan tumbuhan berkayu lainnya seperti Mallotus sp, Annona sp, Toona sureni, Casuarina junghuhniana (endemik Indonesia), Pterospermum diversifolium.
SAVANA SADENGAN
Sadengan merupakan savanna buatan sebagai tempat padang penggembalaan (feeding ground) di Taman Nasional Alas Purwo dengan luas Β±84 Ha. Kawasan sadengan ini seringkali dikatakan mirip dengan Afrika. Karena Sadengan masih berada dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo, maka biosite ini juga masih beririsan dengan Cagar Biosfer dan memang menjadi daya tarik tersendiri bagi keanekaragaman hayatinya.
Secara Geologi dataran aluvial pantai yang penyebarannya dibatasi oleh pematang perbukitan batu gamping ini menyusun padang savana Sadengan yang terletak di Taman Nasional Alas Purwo bagian barat. Alas Purwo adalah kawasan konservasi flora dan fauna.
Pembuatan feeding ground di savanna Sadengan bertujuan untuk menyediakan habitat bagi mamalia besar diantaranya Banteng (Bos javanicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Rusa (Cervus timorensis), Babi Hutan, Ajag dan berbagai jenis burung seperti Merak Hijau (Pavo muticus) dan Jalak Putih
Flora
Padang rumput di padang penggembalaan Sadengan terdapat sekitar 24.87 Ha areal yang ditumbuhi hijau pakan seperti jenis rumput lamuran (Dichantium caricosum), merakan (Heteropogon contortus). Selain itu juga tumbuhan obat Piper sarmentosum, Merremia mammosa, Tabernaemontana macrocarpa, pule (Alstonia macrophylla),Β Harrisonia perforata, dan Urena lobata . Sisanya banyak ditumbuhi oleh tanaman jenis invasive yaitu Kirinyuh (Chromolaena odorata), enceng-enceng (Cassia tora), ketepeng kecil (Cassia tora L.), dan kembang telek-telekan (L. camara L.). Jenis pohon yang banyak adalah ketangi (Lagerstroemia speciosa), Bendo (Artocarpus elasticus),Β daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Ficus septica, dan Hibiscus tiliaceus.
Fauna
Kawasan padang rumput Sadengan Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan yang menyajikan wisata safari berbasis konservasi dengan konsentrasi kehidupan liar. Beberapa satwa yang menempati wilayah ini antara lain satwa jenis andalan (flag species) yang hidup di daerah padang rumput Sadengan adalah Banteng (Bos javanicus) dan predatornya Ajag (Cuon alpines) yang pada tahun 2020 masih tergolong dalam status Endangered Species atau genting yang populasinya terus menurun. Selain itu juga dijumpai satwa yang tergolong rentan atau vulnerable seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus) dan macan tutul (Panthera pardus). Satwa lain yang hidup di daerah tersebut adalah Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), Rusa (Cervus timorensis), Monyet Abu-Abu Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dan berbagai jenis burung baik maupun migrant diantaranya Leptoptilos javanicus. Salah satu jenis burung yang ditemukan di Sadengan adalah merak hijau (Pavo muticus) yang pada tahun 2020 masih tergolong dalam status Endangered Species dengan sebaran habitat terbatas.
PANG PANG BAY
Teluk Pangpang yang berada di di dua wilayah administrasi yaitu Kecamatan Muncar (Kedungrejo,Kedungringin,Wringinputih) dan Kecamatan Tegaldlimo (Kedunggebang, Kedungasri,Kedungwungu,Kendalrejo,Kalipait), kawasan ini saat ini menjadi Kawasan Konservasi, dan Sabuk Hijau Banyuwangi Jatim. Teluk Pangpang berada di Selatan Banyuwangi dengan panjang 8 km, lebar teluk 3,5 km dengan luas wilayah perairan 3.000 ha dan luas hutan mangrove 2.926.6 ha (BKSDA Jatim, 2018). Teluk Pangpang menjadi kawasan tumbuhan khas pesisir, yakni mangrove yang membentang sangat luas mulai dari ujung utara sampai selatan. Teluk Pangpang dikelilingi pesisir yang mempunyai potensi mangrove yang secara geografis terletak antara 827β052β β 832β098β LS dan 11420β988β β 11421β747β BT (Pemkab Banyuwangi, 2014).Teluk Pangpang saat ini sudah ditetapkan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial Mangrove oleh Pemkab Banyuwangi sesuai SK Bupati Banyuwangi nomor 188/1338/KEP/429.011/2011 tanggal 12 Desember 2011.