Budiman Tejasukmana, S.Pd.

Guru Seni Budaya SMAN 1 Cikarang Utara

Puisi

Doa Belum Berakhir

Oleh : Budiman Tejasukmana

Sejak subuh tadi saat kulantun madah dan do'a lirih.

Segumpal rasa coba kucarikan penawar agar tak menjadi perih.

Setiap kali aku tatap wajah anakku selesai salam dan bertasbih.

Kudapati jenuh yang menggunung karena berbulan tak lagi berebut kursi mencari tempat di tengah kelas dan duduk dengan rapi.

Seberat ini rindu anakku akan kursi kelasnya, sebesar itu cinta yang ku dendam pada kelasku.

Membawa tugas sebesar harap yang digores di meja kelas dan setiap huruf di buku - buku yang ditata dalam tas anak-anakku.

Hanya bisa pandangi lewat layar kecil di genggamanku.

Dan instruksi dalam sekali tekan sebuah pesan terkirim tanpa melihat ceria atau murungnya wajah - wajah anakku.

Virus membuat kursi di kelas tak berpenghuni.

Corona jadikan diskusi pagiku hanya sebaris pesan yang terkirim untuk diisi.

Wabahnya membuat lengang lorong dari teriak lantang dan pekik para siswi.

Dan teriak orang tua yang dalam sekejap menggantikanku penuh emosi.

Sejak Subuh tadi saat kulantun madah dan do'a lirih.

Berharap ada pesan dari angin lewat jendela mihrab berbisik lirih "wabah telah pergi.."

Dan kembali seragam Senin pagi aku pakai.

Dan kelas Selasa aku pakai berbincang diskusikan warta yang aku jadikan materi.

Sejak Subuh tadi, tak ada akhir untuk lantunkan madah dan doa lirih.

Corona masih di sini, di negeri ini.

Dan aku belum jua pergi sambangi kursi - kursi yang tiap pagi ditata rapi karena kelas akan dimulai.

Hingga Subuh tadi do'a belum berakhir.


Kumpulan Karya Seni Tari







Video Pembelajaran