Cara Baik Bung Hatta; Santun, Jujur dan Disiplin
AUTOBIOGRAFI
Indahnya Kehidupan di masa Kecil
Saya dilahirkan dari keluarga sederhana di Nagari Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh Kabupaten 50 Kota. Saya diberi nama oleh Ibu dan Ayah YEMPITA EFENDI, Menurut informasi dari Ibu, YEM adalah bulan kelahiran (MEY), PI adalah kependekan dari nama kakak, TA adalah kependekan dari nama ayah, EFENDI adalah namaku. Sehari-hari saya dipanggil oleh orang tua dan kakak serta teman-teman seperjuangan adalah ENDI. Ayah berprofesi sebagai tukang jagal dan penjual daging sapi segar. Ibu berprofesi seorang Guru SD.
Sejalan dengan profesi ayah, saya dibesarkan di lingkungan pasar, khususnya Los Daging. Lingkungan pergaulan di Los daging hampir mirip dengan terminal bis, untuk bertahan /survival harus berani, bahkan harus pintar berkelahi. Sejak kelas 1 SD saya sudah didik oleh ayah agar bisa bekerja dan mencari uang. Setiap pulang sekolah pada hari Senin saya langsung menuju Los daging, sebagai anak kecil saya minta uang jajan ke ayah, namun beliau tidak mengasih uang jajan, saya dikasih pisau, disuruh untuk membersihkan dan merapikan tulang-tulang sapi dan dijual sebagai bahan untuk membuat Sup. Hasil penjualan seluruhnya untuk uang jajan. Begitulah ayah mendidik saya agar dapat mencari uang jajan sendiri.
Saya Sekolah SD di SDN 1 Talang Anau. Teman-teman seangkatan hanya 12 orang. Disaat ujian kelulusan SD, ujian dilaksanakan di SDN 1 Pandam Gadang, berjarak sekitar 3 km dari kampung saya Talang Anau. Agar tidak terlambat ujian kami menumpang menginap selama ujian di rumah salah satu teman di Koto Panjang. Kasihan teman tersebut, disaat diumumkan hasil ujian ternyata beliau tidak lulus. Dari 12 orang kawan-kawan seangkatan yang melanjutkan pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi hanya 3 orang, satu orang kuliah di UNPAD, satu orang lagi kuliah di IKIP Padang, saya kuliah di Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta.
Kehidupan di masa Remaja
Setelah tamat SDN 1 Talang Anau saya melanjutkan pendidikan di PGAN 4 Tahun Kecamatan Guguk Dangung-Dangung. Kakak saya juga sekolah di PGAN 4 Tahun Guguk ini, saya kelas 1 PGA, sementara kakak saya sudah kelas 4. Saya tinggal di Asrama Putra. Selama tinggal di asrama banyak kisah dan pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Selama 24 jam kehidupan di monitor oleh Guru Asrama. Sebelum masuk waktu subuh seluruh santri sudah dibangunkan untuk sholat tahajud, dan setelah itu bersama-sama menuju masjid yang berjarak sekitar 750 meter dari Asrama. Sepulangnya dari masjid, bagi santri yang mendapat tugas piket memasak, maka akan mengumpulkan beras dari setiap santri, selanjutnya beras tersebut di masak menjadi nasi. Sekitar pukul 06.30 nasi sudah masak dan siap dibagikan kepada seluruh santri, betapa lahapnya makan dan sarapan pagi secara bersama-sama.
Saya tidak menamatkan PGAN, karena disaat naik ke kelas 3, Status PGAN 4 Tahun berubah menjadi MTsN dan dalam pelaksanaannya masih banyak kendala. Berdasarkan diskusi dengan ibu dan ayah, saya pindah kelas 3 ke MTsN Limbanang. Selama sekolah di MTsN Limbanang, saya tinggal selama enam bulan di Masjid Taqwa Limbanang Baruah bersama beberapa orang teman. Di masjid inilah saya berlatih menjadi penceramah, khatib dan imam. Setiap sore setelah sholat ashar kami bersama petugas masjid yang bernama Mak Andin selalu berolah raga Bulu Tangkis. Beliau selalu penasaran ke saya kenapa saya bisa mengalahkannya bermain bulu tangkis, beliau tidak tahu bahwa saya pernah menjadi juara tunggal putra kecamatan bulu tangkis sewaktu kelas enam SD.
Alhamdulillah prestasi akademik saya di MTsN Limbanang sangat menggembirakan Ibu dan Ayah, bahkan guru, setiap penerimaan rapor saya tampil sebagai Juara 1. Setelah selesai melaksanakan Ujian Akhir kelas 3 MTsN, saya disarankan oleh guru Sejarah (Bapak Yus) agar ikut ujian SMP. Alhamdulillah Ujian Akhir SMP saya ikuti di SMP Koto Tinggi, dan ijazah SMP inilah yang saya gunakan untuk mendaftar di SMA Adabiah Padang, karena Ijazah MTsN ada kesalahan penulisan nama dan nilai.
Selama di SMA Adabiah banyak kisah yang bisa diceritakan. Kelas 1 sama dengan Fauzi Bahar, hanya kelas yang berbeda. Lokasi SMA Adabiah masih di Pasar Raya, didepan Bioskop Raya Sekarang. Kelas 2 pindah ke lokasi Perguruan Adabiah di lokasi sekarang, namun masih satu gedung leter "O", SD, SMP dan SMA Adabiah di satu Gedung tersebut. Kelas 3 baru pindah ke Gedung Baru khusus dibangun untuk SMA.
Di sekolah saya dipanggil "Buya" oleh teman-teman. Saya hampir setiap hari mengimami sholat Zohor di Mushalla yang ada di sekolah. Selama 3 tahun, saya selalu dipercaya menjadi Ketua Kelas.
Saya juga aktif di Pramuka, bahkan pernah menjadi Panitia Seksi Konsumsi diwaktu Pelaksanaan Jambore Pramuka se Kota Padang yang berlokasi di Taratak Paneh, Kalumbuak Kecamatan Kuranji. Selain aktif di Pramuka saya juga ikut pelatihan Paskibraka ditingkat Provinsi Sumatera Barat.
Kegiatan lainnya yang saya tekuni adalah membantu pelayanan di Perpustakaan Sekolah. Di Perpustakaan inilah pengalaman berharga saya dapatkan bagaimana caranya memperbaiki / menjilid buku-buku yang rusak. Guru yang mengelola Pustaka selalu memberikan uang saku sebagai wujud terima kasih, karena saya selalu membantu beliau. Selain kegiatan tersebut saya juga menjual telur ayam di Pasar Pagi Raden Saleh.
Tanpa terasa 3 tahun berlalu di SMA, Tahun 1982 saya tamat SMA dan mau melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Idaman. Sambil menunggu jadwal pendaftaran di Perguruan Tinggi, saya diterima bekerja sebagai staf Tata Usaha di SMA Muhammadiyah 3 Padang, dengan Gaji perbulan Rp 25.000. Disaat itu nilai gaji tersebut sudah lumayan untuk memenuhi kebutuhan harian, karena Nasi Ampera diwaktu itu hanya Rp 500 / porsi.
Karena sudah bekerja, maka pada tahun 1982, Perguruan Tinggi yang dipilih adalah yang kuliahnya siang - malam. Pilihan itu jatuh pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta.
Mulai Bekerja sebagai ASN Pemko Padang
Tahun 1983 Pemerintah Daerah Tk. II Padang membuka kesempatan penerimaan PNS yang akan ditempatkan di Kecamatan dan Kelurahan se Kota Padang. Saya mengikuti Tes calon PNS tersebut, Alhamdulillah diterima, dan pada Tahun 1984 mulai melaksanakan Tugas sebagai Calon PNS dengan NIP: 010192216 (PNS Pusat Kementrian Dalam Negeri) yang ditugaskan di Pemerintah Kota Padang. Saya ditugaskan terakhir di Kantor Camat Lubuk Kilangan sebagai Staf di Bagian Pemerintahan, yang melayani urusan KTP dan Sertifikat/ Akta Tanah, karena Camat merupakan Pejabat Pembuat Akta tanah.
Setelah menjadi PNS, secara rutin saya berangkat ke Kantor pukul 06.30 WIB, pulang kerja pukul 13.30 WIB. Diwaktu itu Hari Kerja 6 hari perminggu (Senin-Sabtu). Selanjutnya pada pukul 14.00 - 21.00 WIB kuliah di Program Studi PSP Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta. Rata-rata setiap hari baru sampai di rumah pukul 21.30 WIB.
Untuk menambah penghasilan, hampir setiap malam bekerjasama dengan Sdr. Sudirman yang kuliah di IKIP Prodi PPKN menerima usaha ketikan Skripsi. Maklumlah waktu itu gaji PNS Gol. II.a perbulan adalah Rp. 44.400.
Sebagai seorang PNS yang sedang kuliah, saya telah mengajukan permohonan Izin kuliah ke Pemko Padang, namun sampai tahun 1986 masih belum keluar surat Izin Kuliah. Sementara itu seluruh mata kuliah sudah lulus, hanya tinggal skripsi saja dan ujian Negara.
Selama kuliah sambil bekerja sebagai PNS, saya selalu aktif berorganisasi. Di tingkat Fakultas saya pernah menjadi Ketua BPM (Badan Perwakilan Mahasiswa) dan Ketua Senat Mahasiswa. Di tingkat Universitas saya sebagai salah seorang Wakil Ketua Senat Mahasiswa Universitas Bung Hatta. Tahun 1983 sebelum diterima bekerja sebagai PNS, saya juga pernah kuliah di IKIP Padang Prodi Pendidikan Matematika Strata D2.
Karena matakuliah sudah lulus semua, dan sudah bekerja sebagai PNS, maka bulan Juni 1986 saya melangsungkan pernikahan dengan gadis pujaan hati yang juga teman seangkatan kuliah pada prodi yang sama di Universitas Bung Hatta. Pernikahan berlangsung secara sederhana dihadiri oleh Bapak Camat dan teman-teman dari Kantor Camat Lubuk Kilangan.
Pada bulan Juli 1986 bapak Camat memanggil saya ke ruangan beliau. Beliau menginformasikan bahwa pada hari itu akan dilaksanakan Seleksi Penerimaan Taruna Baru APDN Bukittinggi. Karena izin belajar di Prodi PSP FPIK Universitas Bung Hatta tidak juga keluar, beliau menyarankan agar saya ikut seleksi Penerimaan Taruna APDN dengan Status Tugas belajar. Usulan bapak Camat saya terima dan saya ikut seleksi Penerimaan Taruna Baru APDN Bukittinggi. Alhamdulillah saya diterima sebagai Taruna APDN Bukittinggi dengan status Tugas Belajar.
Pada tanggal 19 Oktober 1987 lahir Putri Pertama kami yang diberi nama Vivi Oktavianis Efendi. Lahir di Rumah Sakit Umum Ahmad Mukhtar Bukittinggi, persis di depan Kampus APDN Bukittinggi. Pada hari yang sama saya bertugas sebagai Penggerek Bendera pada Upacara Pembukaan Pekan Olah Raga Daerah (Porda) Bukittinggi.
Selama kuliah di APDN Bukittinggi saya mengajukan cuti kuliah di Prodi PSP FPIK Universitas Bung Hatta. Di APDN Bukittinggi saya juga aktif berorganisasi, bahkan pada Tahun 1987 saya dipercaya sebagai Ketua Senat Mahasiswa APDN Bukittinggi.
Bulan April Tahun 1989 saya mengikuti Wisuda Akademik di Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta. Ada peristiwa heroik yang takkan terlupakan dalam kehidupan saya. Pagi pukul 07.30 saya sedang mengikuti Ujian Akhir Semester 6 matakuliah Ilmu Politik (4 sks), Alhamdulillah UAS tersebut bisa dituntaskan hanya 30 menit. Selesai UAS saya langsung menuju daerah Jambu Air menunggu Bus yang akan ke Padang, Alhamdulillah tidak menunggu lama saya naik Bus NPM. Sekitar pkl 09.30 sampai di Simpang Labor dekat IKIP Padang, saya turun dan berlari-lari kecil ke GOR IKIP untuk mengikuti Prosesi Wisuda. Se sampainya saya di pintu GOR, istri saya sudah menunggu dengan mempersiapkan Toga. Di saat memakai Toga, nama saya dipanggil oleh MC agar segera menuju panggung, menerima piagam penghargaan Wisuda terbaik Fakultas Perikanan.
Sekitar seminggu setelah acara wisuda, Pembantu Rektor 1 Universitas Bung Hatta disaat itu adalah Bapak Drs. Zuyen Rais, M.S. mengumpulkan seluruh wisudawan terbaik dari masing-masing fakultas, dan menawarkan menjadi dosen tetap Universitas Bung Hatta, dengan syarat harus langsung kuliah S-2 sesuai dengan prodi yang sudah ditentukan. Semua wisudawan terbaik diberikan waktu seminggu untuk berfikir. Saya memutuskan untuk menerima tawaran menjadi dosen dan memilih kuliah S-2 di Prodi Ilmu Pangan di IPB.
To be Continued