Wisata yang ada di sepanjang Jalan Basuki Rahmat dan sekitarnya
Kawasan wisata makro terdapat pada area sepanjang Jalan Basuki Rahmat, di mana elemen-elemen yang berpotensi menjadi destinasi wisata pada area ini adalah bangunan, aktivitas budaya, dan kuliner yang ada di sepanjang Jalan Basuki Rahmat. Jalan Basuki Rahmat mulai dari Hotel Riche hingga Kantor PLN Kota Malang merupakan jalan paling tua di Kota Malang. Pada masa lampau, jalan ini adalah koridor Kayutangan yang dijadikan poros akses Malang-Surabaya sekaligus akses roda perekonomian bagi rakyat pribumi terutama bagi bangsa Belanda. Hal tersebut menyebabkan tumbuhnya beberapa fasiitas penunjang seperti penunjuk arah jalan di pertigaan jalan, yakni Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Jalan Jaksa Agung Suprapto, dan Jalan Basuki Rahmat. Beberapa sarana bangunan juga dibangun seperti kantor-kantor PLN, bank, Telkom, toko-toko, rumah toko (ruko), restoran (Toko Oen), hotel (Hotel Riche), dan tempat ibadah (gereja). Bangunan-bangunan tersebut telah didirikan lebih dari 50 tahun lalu (Mulyadi et al., 2019)
Fasilitas sarana dan prasarana di sepanjang Jalan Basuki Rahmat mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi. Oleh karena itu kawasan ini termasuk skala makro yang dapat dijadikan destinasi wisata. Kawasan Jalan Basuki Rahmat dulunya disebut sebagai Jalan Kayutangan (Kajoetangan Street) karena bentuk jalan dan fungsinya pada masa itu. Terdapat beberapa versi sejarah mengenai asal usul penamaan Kajoetangan Street. Versi pertama, menurut Sejarawan Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono menceritakan nama Kayutangan berasal dari sebuah tanaman liar yang banyak tumbuh di kawasan tersebut. Kawasan tersebut dulunya dikenal dengan nama Patangtangan, yang berasal dari kata Patangan yakni sebutan untuk hutan atau alas. Pada abad ke-12 Masehi nama Patangtangan berganti menjadi Kayutangan dan mulai digaungkan sekitar tahun 1800-an. (Mulyadi et al., 2019)
Versi Kedua, menurut Mila Kurniawati anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampoeng Heritage Kajoetangan, penamaan Kayutangan diambil berdasarkan keberadaan penunjuk arah yang diletakkan pada monumen jam yang sampai sekarang masih berdiri kokoh di depan kantor PLN Kota Malang. Pada masa kolonial, penunjuk arah tersebut terbuat dari kayu berbentuk tangan mansia yang menunjuk ke sebuah arah. Disebut juga koridor Kayutangan, karena Kajoetangan Street atau Jalan Basuki Rahmat diapit pusat ekonomi pada zaman kolonial. Selain itu juga menjadi jalan utama menuju pusat kota dari arah Surabaya dan fungsi itu tetap bertahan sampai sekarang. Sebagai koridor utama menuju kawasan pusat kota, maka ruas jalan Basuki Rahmat mempunyai karakteristik yang beragam. Penggunaan lahan utama di wilayah tersebut didominasi oleh perdagangan dan jasa (Ridjal et al., 2016).
Di masa kolonial, masyarakat Kota Malang senang berjalan-jalan dan berbelanja di kawasan ini. Bagi warga Belanda, kawasan ini semakin menyenangkan karena terdapat pertokoan terlengkap. Pada masa pendudukan Jepang terjadi perubahan nama jalan. Semua ruas jalan yang berbau Belanda dinasionalisasi, karena pemerintah Jepang melarang pemakaian Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda. Hal tersebut bertujuan untuk menghapus pengaruh Barat pada rakyat. Pergantian nama jalan menyesuaikan dengan nama jalan sebelumnya, seperti Kajoetangan menjadi Kayutangan dan Tjelaket menjadi Celaket. Pergantian nama jalan dilakukan secara besar-besaran pada masa orde baru. Banyak nama jenderal dan tokoh politik yang dianggap berjasa pada orde baru dan diabadikan menjadi jalan di Kota Malang. Koridor Kayutangan berubah menjadi Jalan Basuki Rahmat pada tahun 1969.
Wisata bangunan terdapat di sepanjang Jalan Basuki Rahmat atau koridor Kayutangan. Bangunan-bangunan ini sudah berusia puluhan tahun bahkan ada yang mencapai usia satu abad. Bangunan-bangunan tersebut telah berdiri sejak zaman kolonial Belanda bahkan sampai sekarang masih terawat. Sebelum tahun 1900an bangunan kolonial Belanda secara makro tidak jauh berbeda dengan pekembangan bangunan Hindia Belanda pada umumnya, yaitu menggunakan gaya arsitektur Indische Empire. Setelah tahun 1900an arsitek profesional datang dengan membawa ide-ide arsitektur modern (Ridjal et al., 2016).
Permukiman di sepanjang koridor Kajoetangan street merupakan cikal bakal permukiman orang-orang Eropa sejak tahun 1767 sampai dengan sebelum tahun 1914. Karakteristik bangunan di Kajoetangan street pada periode tersebut menunjukkan metamorfosis yang teratur yakni berupa bangunan indis lama. Pasca 1900an aliran-aliran arsitektural Eropa seperti Nieuwe Bouwen dan art and craft sangat mempengaruhi wajah bangunan di kawasan tersebut. Berikut akan diuraikan penjelasan bangunan-bangunan bersejarah di koridor Kayutangan.
1) Pabrik PT. Banyu Biru
Pabrik Rokok PT. Banyu Biru terletak di Jalan Arief Rahman Hakim No. 2 Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Tepatnya di depan restoran Hongkong. Saat ini perusahaan telah mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 200-an orang yang terbagi pada dua pabrik dan menempati beberapa bagian. Usaha ini telah mendapat izin usaha dari pemerintah dengan nomor Izin Usaha Tetap sesuai Surat Keputusan (SK) No. 339/Dja/IUT-1/Non-PMA PMSN/XI/90.
Pabrik Rokok PT. Banyu Biru memproduksi dua jenis rokok, yakni rokok kretek dan rokok filter dengan menggunakan 5 cap. Cap yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan, baik mengenai rasa, jenis pembungkus maupun harganya. Pabrik Rokok PT. Banyu Biru Malang tidak sebesar perusahaan lain seperti Djarum, Sampoerna Bentoel maupun Gudang Garam. Namun dilihat dari pemasarannya, perusahaan ini mempunyai pangsa pasar tersendiri karena karakteristik penggemar rokok tersebut. Pemasaran rokok produksi Pabrik Rokok PT. Banyu Biru telah merambah ke Palembang, Lampung, Bandung, Sukabumi, Garut, Matarm, Pontianak, Banjarmasin, Palu dan Manado (Mulyadi et al., 2019).
Stanley selaku pemilik perusahaan PT Banyu Biru menerapkan 5 tipe entrepreneurial leadership yakni general entrepreneurial leader behaviour (GEL), explorers, miners, accelerators dan integrators. Penerapan kelima tipe entrepreneurial leadership dalam mengelola perusahaan karena tuntutan keadaan dan zaman sehingga perusahaan harus terus mengembangkan produk sehingga popularitas produk tetap terjaga. Selain itu juga untuk meningkatkan efisiensi perusahaan dengan membuat pekerja menjadi lebih inovatif. Tidak heran jika hingga saat ini pendistribusian rokok dari PT Banyu Biru sampai ke luar kota (Subagio, 2018).
Sumber: Dokumentasi FIS UM
2) Hotel Riche
Hotel Riche berada di Jalan Basuki Rahmat Nomor 1 Kelurahan Kiduldalam, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Hotel ini berdiri pada tahun 1930 masa kolonial Hindia Belanda dan merupakan salah satu hotel tertua di Kota Malang. Hotel Riche didirikan karena Kota Malang menjadi tempat persinggahan favorit kala itu karena tempatnya yang strategis. Lokasinya berada pada pusat kota, dekat dengan pusat hiburan seperti Societeit Concordia (sekarang Sarinah) serta tempat peribadatan seperti masjid dan gereja. Hal tersebut yang menjadi daya tarik utama Hotel Riche (Mulyadi et al., 2019). Gedung Societeit Concordia memiliki gaya arsitektur Indische Empire dan dibangun pada periode sebelum 1914 (Ridjal et al., 2016).
Keberadaan Societeit Concordia membuat Hotel Riche unggu dibandingkan yang lain. Adanya tempat hiburan tersebut untuk mengakomodasi gaya hidup bangsa Eropa yang tinggal atau berkunjung ke Malang. Mereka mencari penginapan dengan jarak dekat dan tertolong dengan keberadaan Hotel Riche yang terletak di sisi paling selatan Kayutangan.
Letaknya di jantung kota membuat Hotel Riche cukup terkenal. Ditambah jumlah hotel kala itu tidak cukup banyak. Bangunannya sederhana dan bergaya Art Deco. Konsep ruangannya menggunakan benda-benda yang ada hubungannya dengan sejarah, lantai memakai tegel keramik, pintu menggunakan kayu solid berpanel dengan kombinasi logam dan kaca pada daun pintu, terdapat handel pintu, serta jendela berbahan kayu solid dengan kombinasi kaca polos. Fungsi bangunan hingga saat ini sebagai tempat penginapan, memiliki nilai sejarah dengan arsitektur yang sangat bagus.
Keberadaan Hotel Riche menguatkan bahwa Kota Malang telah menjadi jujukan sebagai tempat liburan sejak zaman dahulu. Hotel Riche menjadi hotel tertua yang keasliannya bisa dibilang masih terjaga sampai saat ini. Konsep kuno hotel ini juga tidak berubah. Arsitektur Hotel Riche tetap bergaya Belanda walaupun mengalami beberapa kali perbaikan. Ornamen pada dinding bangunan sebelah selatan mempunyai kemiripan dengan ornamen di gedung GPIB Immanuel yang berada di seberang kanannya.
Sumber: Dokumentasi FIS UM
3) Restoran Oen
Toko Oen merupakan restoran legendaris di Kota Malang. Aneka menu mulai dari makanan pembuka, roti, kue kering, nasi campur, nasi goreng, gado-gado, makanan oriental seperti fuyunghai, capcay, bakmi goreng, hingga makanan barat seperti steak, salad, sandwich dan burger ada pada restoran ini. Restoran oen terdapat pada Jalan Basuki Rahmat No. 5 Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Tepat di seberang Gereja Katolik Hati Kudus Yesus. Sejak tahun 1930 Toko Oen ice cream palace patissier dibuka dan menjadi satu-satunya restoran dari keluarga Cina yang menyediakan menu khas Belanda pada saat itu (Budiyono et al., 2010).
Antara tahun 1910 sampai 1940-an, banyak arsitek Belanda di Indonesia yang mencoba memadukan estetika arsitektur Eropa dengan konsep bangunan tropis yang lebih cocok dengan iklim Indonesia. Restoran Oen memberi corak khas pada jalur sirkulasi Alun-alun Kota Malang. Keaslian arsitektural bangunan ini masih terjaga dan menjadi tonggak batas Kota Malang. Restoran Oen memiliki gaya bangunan Art Deco.
Era 1920 dan 1930 style Art Deco berkembang di Eropa, beberapa bangunan kolonial di Kota Malang masih eksis dan relevan dengan perkembangan sampai saat ini. Sebagai contoh restoran Oen (Santoso, 2017). Interior restoran ini memiliki elemen kaca patri, perabotan, kursi dan meja rotan khas zaman lampau yang tertata sedemikian rupa, sehingga menimbulkan kesan nyaman. Selain itu juga terdapat gambar-gambar masa awal kemerdekaan, ubin yang digunakan pun masih orisinil dengan nuansa masa lampau (Mulyadi et al., 2019)
Sumber: Dokumentasi FIS UM
4) Gereja Katolik Hati Kudus Yesus
Gereja Katolik Hati Kudus Yesus berada di Jalan Basuki Rahmat No. 16, Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Gereja ini merupakan gereja tertua di Kota Malang yang dibangun tahun 1905. Gereja ini populer dengan sebutan Gereja Kayutangan sekaligus menjadi penanda Kota Malang. Marius J. Hulswit (1862-1921) merupakan arsitek dari gereja ini (Mulyadi et al., 2019).
Ia adalah salah satu pelopor arsitektur kolonial modern setelah tahun 1900 dan memiliki pengaruh besar dalam perkembangan arsitektur di Hindia Belanda. Rancangan Gereja Katolik Hati Kudus Yesus dibuat setelah Hulswit menyelesaikan pembangunan gereja Katedral di lapangan Banteng Batavia tahun 1898. Ia seorang lulusan Quellinus School yang saat itu dipimpin oleh PJH Cuypers, arsitek Neogothic di Belanda.
Gereja Hati Kudus Yesus mengikuti aliran Neogothik yang menjadi trend pembangunan gereja-gereja Eropa abad 19 seperti Gereja Notredame di Paris dan Wetsminter Abbey di Inggris (Ridjal et al., 2016).Gereja ini memiliki dua menara yang menjulang, mempunyai jendela dan pintu besar pada dinding yang dibangun dengan konstruksi skelet. Hal tersebut tampak pada tembok luar gereja yang ditopang tiang penyangga berbentuk persegi. Atap gereja tidak begitu tinggi jika dibandingkan dengan gereja Gothic di Eropa dan tidak ada penyangga Flying Butters. Denahnya tidak berbentuk salib namun berbentuk kotak, juga tidak ada ruangan double aisle atau nave.
Lebar bentang bangunan kurang lebih 11,4 meter dengan panjang sekitar 40 meter. Terdapat tangga untuk naik ke lantai dua di sebelah depan bangunan, di sisi kiri dan kanan. Hulswit juga merancang altar gereja, di mana altar tersebut terbuat dari kayu yang dipesan dari tukang kayu Cina di Surabaya. Tetapi saat ini altar yang dipakai di gereja ini bukan altar karya Hulswit. Karena altar rancangan Hulswit telah disingkirkan tahun 1965.
Gereja Katolik Hati Kudus Yesus masuk dalam 32 Cagar Budaya Kota Malang. Ditinjau dari segi usia gereja, nilai sejarah, dan arsitektur gereja menjadikan Gereja Katolik Hati Kudus Yesus masuk dalam Cagar Budaya. Jika diperhatikan dengan seksama, ciri khas Gothic dengan lengkungan meruncing pada gereja juga dipengaruhi unsur islam. Gereja ini masih kokoh hingga saat ini. Hal menarik lainnya yang ditemukan dalam Gereja Katolik Hati Kudus Yesus yaitu terdapat banyak benda kuno. Bahkan dikabarkan terdapat Al-Qur’an asal Tunisia yang merupakan peninggalan tahun 1920-an.
Sumber: Dokumentasi FIS UM
5) Ruko - Rumah Namsin
Bangunan ruko ini terletak di Jalan Basuki Rahmat No. 31 Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Ahli waris ruko Yehezkiel Jefferson menyebutkan bahwa ruko miliki Namsin ini awalnya didirikan tahun 1900-an oleh seorang Belanda bernama Van Doorene. Kemudian tahun 1924-1940 ruko ini dimiliki oleh keturunaan bangsa Belanda bernama L.C. Verhey.
Ruko tersebut mereka gunakan sebagai tempat usaha dealer atau suku cadang motor/mobil bernama l.c Verhey. Verhey menetap di ruko tersebut sampai Jepang datang ke Indonesia lalu ia kembali ke Rotterdam, kampung halamannya. Setelah ditinggalkan keluarga Verhey, ruko ini diambil oleh pemerintah Jepang sebagai tempat penyetoran upeti.
Sekitar tahun 1950-an setelah Indonesia merdeka, bangunan ruko ini diambil alih oleh keturunan Tionghoa bernama Namsin. Ia menjadikan rumah itu sebagai tempat produksi es lilin yang didistribusikan ke seluruh wilayah Kota Malang. Saat itu, depan ruko juga digunakan sebagai tempat berjualan mesin jahit bermerek Singer. Keluarga Namsin mulai menjual ruko tersebut melalui makelar Wen Zhen sekitar tahun 1975-an. Dari makelar itulah, ruko dibeli oleh Siho Ismanto atau Liem Zhong Hoo lalu direnovasi ke bentuk aslinya. Setelah wafat tahun 2006, ruko tersebut dikosongkan namun tetap dirawat hingga saat ini oleh sang anak, Liem Ting Soen (Mulyadi et al., 2019). Rumah Namsin adalah rumah tertua di koridor Kayutangan, sejak berdirinya rumah tersebut hingga sekarang tidak ada gaya bangunan yang berubah (Azis et al., 2019).
Ruko ini bergaya arsitektur Nieuwe Bouwen/International Style yang ditandai dengan adanya ruang sebagai volume, volume bangunannya berbentuk kubus, atap bangunan datar, dan tidak ada ornamen sehingga menimbulkan kesan bersih, fungsional serta rectangular space (ruangan dengan bentuk persegi panjang) dan menggunakan warna yang lembut. Hingga saat ini, fungsi bangunan sebagai rumah sekaligus toko. Memiliki nilai sejarah dengan arsitektural yang bagus.
Sumber: Dokumentasi FIS UM
6) Toko Megaria Batik
Toko Megaria Batik terletak di Jalan Basuki Rahmat No. 69. Toko batik ini sangat familiar bagi masyarakat Malang. Namun, mungkin tidak semua orang tahu bahwa bangunan toko ini termasuk bangunan kuno yang didirikan tahun 1920. Dahulu, toko ini diketahui sebagai toko kelontong milik Siauw Giok Tjhan.
Siauw Giok Tjhan merupakan tokoh penting Tionghoa yang berperan dalam pembentukan Angkatan Muda Tionghoa (AMT). Ia juga sempat menjadi Ketua Umum Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki) yang didirikan pada 13 Maret 1954. Saat memimpin Baperki, organisasi ini sempat mendirikan Universitas Res Publica yang dalam perjalanannya diubah menjadi Universitas Trisakti sampai saat ini. Dalam perjalanan panjang lewat pergantian pemilik, gedung ini berubah wujud menjadi toko pakaian Megaria Batik yang saat ini dimiliki oleh Roy Agustinus (Mulyadi et al., 2019).
Bangunan toko Megaria Batik bergaya arsitektur Nieuwe Bouwen. Ciri-ciri konsep bangunannya yaitu ruang sebagai volume bukan massa, menolak ornamen yang sengaja ditempel. Hingga saat ini fungsi bangunan ini sebagai toko yang mempunyai nilai sejarah dengan arsitektural yang bagus.
Sumber: Dokumentasi FIS UM
7) Gedung BNI Milik Kanwil Malang
Bangunan cagar budaya milik BNI Kanwil Malang diperkirakan didirikan tahun 1936. Jilka dilihat dari bentuk dan desain bangunan yang memiliki etalase besar di bagian depan, diperkirakan dulu bangunan tersebut merupakan sebuah toko. Area dalam gedung bagian depan dibuat luas tanpa sekat, langit-langit cukup tinggi terkesan laang dengan sirkulasi udara bagus, dan bagian belakang bangunan terdapat ruangan-ruangan kecil serta kamar mandi.
Bangunan tersebut diperuntukkan sebagai ruang nasabah prioritas. BNI melakukan renovasi sesuai kebutuhan setelah melakukan komunikasi dan konsultasi dengan Pemkot Malang. Bagunan cagar budaya ini tidak dirombak total. Hanya 40 persen bagian saja yang dapat diubah. Seperti bagian tampak depan yang tidak boleh dirubah, harus memperoleh rekomendasi dulu dari TACB.
Bangunan BNI Kanwil Malang memiliki gaya arsitektur Amsterdam School dengan ciri menggunakan batu bata sebagai bahan utama, plesteran dekoratif, ada unsur patahan di atas pintu atau pun jendela, serta terdapat dekoratif garis vertikal. Semangat pelestarian memang sudah ada, terlebih lagi terdapat barang-barang aset yang termasuk barang kuno. Fungsi bangunan ini masih bagus dengan kondisi bangunan yang terlihat kokoh dan terawat (Mulyadi et al., 2019).
Sumber: Dokumentasi FIS UM
8) Kantor Bank Commonwealth
Kantor Bank Commonwealth terletak di Jalan Semeru No. 3 RT. 02 RW. 01 Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Lokasi kantor bank ini berada di perempatan Rajabali bagian barat daya. Perempatan tersebut dibangun tahun 1936 oleh arsitek Karel Bos dan memiliki ciri khas yang dipertegas oleh bangunan kembar, terletak di sebelah kanan dan kiri. Konon, bangunan kembar itu terinspirasi dari sang arsitek yang dikaruniai putra kembar (Mulyadi et al., 2019).
Pakar Budaya Dwi Cahyo mengungkapkan bahwa bangunan tersebut beraliran Nieuwe Bouwen/International Style yang ditandai dengan adanya menara di atas bangunan sebagai tempat pengamatan sekitar. Selain itu juga terdapat ruang sebagai volume, volume bangunannya berbentuk kubus, atap bangunan datar, dan tidak ada ornamen sehingga menimbulkan kesan bersih, fungsional serta rectangular space (ruangan dengan bentuk persegi panjang) dan menggunakan warna yang lembut. Selain itu juga terdapat elemen kanopi diatas jendela (Santoso, 2017). Keberadaan Bank Commonwealth di gedung tersebut tergolong baru sekitar tahun 2010-an. Tetapi bank ini tidak mengubah struktur bangunan sama sekali.
Sumber: Dokumentasi FIS UM
9) Kantor PLN
Kantor PLN ini terletak di Jalan Basuki Rahmat No. 100, Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Gedung PLN ini dibangun tahun 1930 dan menjadi pusat listrik sejak tahun 1900-an. Gedung PLN ini bergaya arsitektur Nieuwe Bouwen. Ciri-ciri konsepnya yakni memiliki bentuk atap datar, gevel horizontal, bangunan berbentk kubus khas kolonial. Masih terdapat monumen lonceng penunjuk waktu dan arah kombinasi pipa logam.
Pada masa kolonial Belanda, PLN merupakan perusahaan listrik bernama Algemeene Nederlandsch-Indische Electriciteits-Maatschappij (ANIEM) atau Perusahaan Listrik Umum Hindia Belanda. Kantor ANIEM awalnya masih kecil, bertambahnya tuntutan akan tenaga listrik karena banyak bangunan-bangunan dan rumah tinggal orang Belanda, maka kantor ANIEM pun mulai diperbesar. Pada tahun ANIEM diberi hak untuk mengelola listrik, sehingga perusahaan ini memperoleh keleluasaan membangun pembangkit listrik di Pulau Jawa (Mulyadi et al., 2019).
Bagunan ini mempunyai beberapa ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai tempat berlindung saat terjadi bahaya atau menjadi tempat untuk menyelamatkan alat-alat listrik yang penting. Pada saat itu sumber listrik di Malang masih sangat terbatas, hanya orang-orang Belanda dan Tionghoa yang dapat menggunakan listrik. Sementara warga pribumi menggunakan lentera atau lampu api sebagai alat penerangan. Joice Lanny Wantania selaku Manager Area PLN Kota Malang menyatakan ia belum mengetahui adanya ruang bawah tanah di bawah gedung PLN. Bisa jadi ruang bawah tanah sudah ambruk atau tertimbun. Ia menambahkan bahwasannya posisi gedung PLN menurun sampai ke arah Sungai Brantas yang ada di belakang kantor.
ANIEM diambil alih oleh Jepang pada tahun 1942 karena pihak Belanda menyerah. ANIEM pun berganti nama menjadi Shobu Denki Sha (Perusahaan Tenaga Listrik). Selanjutnya pada tahun 1945 gedung PLN ini dinasionalisasi menjadi milik pemerintah Republik Indonesia. Namun ketika Malang dibumihanguskan pada bulan Juli tahun 1947, gedung tersebut ikut dibakar oleh gerilyawan. Hal ini dilakukan agar Belanda tidak dapat menggunakannya kembali saat kembali ke Indonesia.
Saat terjadi Agresi Militer Belanda 1 dan Agresi Militer Belanda 2 hampir seluruh bangunan di Malang habis diporak-porandakan. Gedung ini direnovasi kembali seperti bentuk semula pada tahun 1950-1955. Setelah mengalami pergantian sejumlah nama, gedung ini akhirnya menjadi Perusahaan Listrik Negara (Persero) seperti sekarang.
Sumber: Dokumentasi FIS UM
10) Toko Avia
Toko Avia terletak di Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 1B Kelurahan Oro-ora Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Lokasinya berada di depan Mc Donald’s dan Hotel Trio Indah 2 dan tidak jauh dari kantor PLN. Toko ini merupakan salah satu toko ritel legendaris di Malang yang menawarkan beraneka ragam produk kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau. Hal ini yang membuat toko Avia mampu bersaing mendapatkan pelanggan, di tengah maraknya toko ritel franchise di Kota Malang. Pendiri pertama Toko Avia adalah Tjoeng Liong Hwa yang meninggal pada tahun 1982. Kepemilikan selanjutnya dikelola oleh putranya yaitu Tjoeng Anen Gunawan. Sampai saat ini Tjoeng Anen Gunawan merupakan pemilik dan pengelola utama Toko Avia dan dibantu keempat anaknya (Mulyadi et al., 2019).
Toko Avia dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1910. Awalnya toko ini merupakan salah satu toko yang berlokasi di winkelcomplex lux (kompleks pusat perbelanjaan). Banyak toko yang menempati area tersebut, salah satunya adalah Toko Avia yang dahulu bernama Toko Semarang. Tetapi generasi ketiga pemilik Toko Avia mengungkapkan bahwa Toko Semarang dan Toko Avia merupakan toko yang berdampingan. Namun kemudian Toko Semarang dibeli oleh Toko Avia dalam rangka perluasan.Keberadaan pusat perbelanjaan kala itu tidak terlepas dari perkembangan pembangunan di Celaket dan Kayutangan.
Pada masa kolonial Belanda, Celaket adalah jalur poros Kotapraja (Gemeente) Malang, sekaligus tumbuh menjadi wilayah perniagaan dan komersial. Toko Avia memiliki lokasi yang strategis kala itu sehingga menjadi salah satu jujukan bagi orang-orang Eropa untuk berbelaja. Lokasinya pas berada di pertigaan Jalan Kayutangan yang merupakan tempat pemberhentian dan berkumpulnya tentara Belanda. Umumnya mereka mengisi bekal dengan berbelanja di pertokoan Avia ini.
Pada masa pendudukan Jepang, toko ini masih tetap buka. Namun pembeli yang datang bukan lagi dari kalangan orang Eropa melainkan para serdadu Jepang. Sampai saat ini, bangunan Toko Avia tidak mengalami perubahan dalam fasadnya. Masih sama seperti pada masa kolonial. Ada renovasi namun sebatas pada interior saja tanpa mengubah bentuk aslinya. Sampai saat ini fungsi bangunan dipergunakan sebagai toko.
Nilai sejarah Toko Avia tinggi dan arsitekturalnya sangat bagus dengan bentuk bangunan bergaya Romantiek. Terdapat ciri lengkungan dekoratif dan elemen vertikal pada bangunan toko tersebut. Untuk bangunan Toko Avia, elemen vertikal lebih dominan dalam posisi dan dimensi (Santoso, 2017).
Sumber: Dokumentasi FIS UM
Wisata kuliner berasal dari istilah fod tourism, yakni kunjungan ke suatu tempat yang menjadi produsen dari suatu bahan makanan seperti acara festival makanan, restoran, ataupun lokasi-lokasi tertentu yang khusus. Berikut beberapa kuliner legendaris yang daat dinikmati di koridor Kayutangan.
1) Es Cream Oen
Es krim memang makanan yang dapat dijumpai di banyak tempat. Namun es krim di Toko Oen berbeda. Es krim ini merupakan resep legendaris Liem Gien Nio yang terbuat dari bahan-bahan alami tanpa diberi bahan pengawet. Es krim di Toko Oen diberi nama Old Fashion Ice Cream.
Di Toko Oen pengunjung bisa membayar langsung ke kasir maupun membayar melalui pelayan. Di toko ini pengunjung dapat melihat secara langsung bagaimana pelayan menyajikan hidangan. Mesin yang digunakan untuk membuat es krim adalah mesin kuno sehingga hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri (Aprilita & Sari, 2014).
Banyak varian yang ditawarkan. Mulai dari rasa coklat, vanilla, dan tutti frutti. Misalnya varian Banana Split yang terdiri dari tiga scoop es krim rasa coklat, vanilla, dan stroberi dengan tambahan satu buah pisang dibelah di kanan-kirinya. Ada juga es krim gula jawa. Satu scoop es krim dibandrol dengan harga Rp 25.000, sedangkan untuk Banana Split dengan tiga scoop es krim pembeli hanya perlu membayar Rp 60.000. Toko Oen dapat dikatakan tidak pernah tutup karena menjadi restoran yang menjadi jujukan wisatawan. Bahkan saat lebaran, Toko Oen tetap buka sehingga pembeli teta bisa menikmati es krim legendaris ini. (Mulyadi et al., 2019).
Sumber: http://tunawisma.com/toko-oen/
2) Sate Gebug
Sate gebug dapat diperoleh di Warung Sate Gebug atau warung kuning Bu Nap yang terletak di Jalan Basuki Rahmat No. 113 A Kayutangan. Warung ini dibangun tahun 1920, dimana semula berfungsi sebagai tempat penjualan es. Warung kuning Bu Nap dikenal sebagai tempat makan legendaris di koridor Kayutangan. Sate gebug merupakan hidangan terkenal yang menyajikan daging empuk dan bumbu yang menggugah selera (Mulyadi et al., 2021). Sekaligus menjadi tempat makan favorit bagi keluarga yang umumnya berasal dari luar Kota Malang.
Warung ini berukuran 7x8 meter, tidak jauh berbeda dengan warung pada umumnya. Saat masuk ke dalam ruangan, terdapat bangunan bekas peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh. Bangunan tersebut saat ini dijadikan tempat untuk meracik masakan yang disajikan kepada pengunjung. Sebagai bentuk kenyamanan bagi pengunjung seiring dengan berjalannya waktu, warung mulai dilengkapi denngan serambi (Mulyadi et al., 2019).
Rasa sate ini lezat, gurih dengan citarasa sedikit manis. Para pembeli akan mudah mengunyahnya karena dagingnya empuk. Satu tusuk sate gebug jumbo dibandrol dengan harga Rp 25.000, sedangkan sate gebug tanpa lemak Rp 30.000. Selain itu juga tersedia menu sup yang dibandrol dengan harga Rp 15.000. Ada empat menu masakan yang disedikan Warung Sate Gebug yakni sate, sop, soto, dan rawon. Semua menu tersebut mengambil bahan utama daging sapi, diperoleh dari empat penyalur langganan dengan daging yang dinilai berkualitas.
Sumber: Mulyadi et al., (2019)
Wisata budaya merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Hal ini menjadi bentuk pengembangan dengan memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang masa lampau, sekaligus menjadi wujud pelestarian budaya. Berikut penjelasan mengenai beberapa wisata budaya yang ada di koridor Kayutangan.
1) Oeklam-Oeklam Heritage Kajoetangan
Acara oeklam-oeklam heritage kajoetangan digelar sepanjang jalan Basuki Rahmat, mulai hotel riche sampai batas perempatan Basuki Rahmat. Menurut Putra (2019) oeklam-oeklam heritage kajoetangan adalah ruang publik yang terbentuk dari habitus sosial urban aktor yang umumnya berasal dari masyarakat marjinal. Saat mengunjungi acara ini pengunjung akan dijamu dengan konsep acara yang terbagi menjadi empat zona dan masing-masing zona memiliki keunikan. Zona pertama, di depan gedung BNI yang merupakan kawasan pagelaran pameran foto dan lukisan heritage. Zona kedua, di depan Outside Broadcasting (OB) Van Arema TV merupakan area pertunjukkan layar tancap yang menayangkan film-film zaman dulu dan film masa kini dengan tema kemerdekaan dan kepahlawanan. Zona ketiga merupakan zona utama, disini pengunjung dapat menelusuri peninggalan-peninggalan budaya dan sejarah Kayutangan di masa lampau. Zona keempat, di DiLO Telkom yang berisi talkshow.
Selain empat zona tersebut, masih terdapat kegiatan lainnya yang menarik seperti bedah buku dan lomba Agustusan. Ada aneka permainan tradisional, pertunjukan musik, dan fashion show yang digelar di sepanjang koridor Kayutangan, bahkan sampai di gang-gang masuk ke kampung Kayutangan. Kayutangan bisa dikatakan sebagai kawasan bersejarah karena pada era kolonial Belanda kawasan ini menjadi jalan pusat. Hal tersebut dibuktikan dengan peninggalan yang sekarang bisa ditemui di kawasan ini, yakni bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang masih dipertahankan dalam bentuk aslinya. Terutama bentuk asli rumah di perkampungan Kayutangan (Khakim, 2019).
Acara oeklam-oeklam heritage kajoetangan sukses memperkenalkan kawasan Kayutangan kepada masyarakat luas. Pengunjung dapat mengeksplorasi stand-stand di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang menghadirkan kisah sejarah, budaya, spot foto bahkan kuliner. Acara ini menjadi salah satu wujud komitmen dalam melestarikan warisan budaya.
Kayutangan ditetapkan sebagai ibu kota heritage untuk wilayah Malang Raya karena dianggap layak dengan lokasinya yang strategis, berada di pusat kota, dekat dengan area pemerintahan perkantoran, perdagangan, dan tentu saja karena nilai sejarah tinggi yang dimiliki kawasan ini. Peresmian Kayutangan sebagai wisata heritage membuat lengkap pariwisata yang ada di Malang Raya (Mulyadi et al., 2019).
Sumber: http://www.photomalang.com/2019/08/oeklam-oeklam-heritage-nang-kajoetangan-event-malang-mulai-hari-ini.html
2) Festival Mbois
Adanya kesuksesan Oeklam-Oeklam Heritage Kajoetangan memberikan inspirasi pada pengelola event untuk menggelar kegiatan di koridor Kayutangan. Event ini adalah Festival Mbois yang diselenggarakan pada tanggal 9-10 November 2019. Sebelumnya festival ini lebih banyak digelar indoor atau dalam hotel. Dalam festival ini diikuti kurang lebih 30 komunitas ekonomi kreatif serta 30 stan usaha mulai dari fashion, kuliner, dan kria. Acara ini dibuka dengan penampilan dari komunitas-komunitas seni. Festival ini terlaksana selama dua hari, ada penampilan dari parade band pelajar, community show, flashmob performance, partisipasi Rumah Seni Budaya Singhasari dan Sanggar Beksa Ahli Madya, grand show, serta game experience (Mulyadi et al., 2019).
Fesitival Mbois mengusung tema “The Power of Collaboration Legacy”. Event ini menjadi ajang para pelaku ekonomi kreatif untuk mengenalkan berbagai produk kepada masyarakat Kota Malang. Festival ini tidak bersifat perayaan atau festival semata, namun juga menjadi kolaborasi nyata dari prinsip 3C yaitu connecting, collaborating, dan commerce. Hal tersebut tentang bagaimana pelaku ekonomi kreatif dan masyarakat dapat terkoneksi, berkolaborasi, dan kemudian terpasarkan.
Festival mbois menghadirkan banyak produk dari bahan daur ulang, seperti tas berhias sumbu kompor dan kalung dari bekas kaleng. Festival mbois digelar untuk mewadahi peran serta apresiasi bagi masyarakat kreatf dari 17 subsektor ekonomi kreatif di Kota Malang. Dari acara ini kreativitas menghadirkan nilai tambah ekonomi sekaligus menjadi kegiatan besar paparan industri kreatif Kota Malang yang telah menjadi creative landmark event skala nasional (Pemkot Malang, 2021).
Sumber: https://malang.digital/listing/festival-mbois-mcf/