Proscrastinator

Procrastinator, Masalah Manajemen Waktu Atau Masalah Psikologis? 

Pernahkan kalian merasa, semakin  banyak to do list kalian, semakin ingin kalian mengabaikannya? Rasa-rasanya seperti tidak ada "mood" untuk mengerjakan jika tidak mendekati deadline. Kalian selalu ingin menunda pekerjaan itu, padahal sebenarnya kalian bisa mengerjakannya saat itu juga. Jika pernah atau bahkan sedang merasakannya, maka bisa jadi kalian termasuk seorang "procrastinator". 


Menurut situs procrastination.com, procrastination atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan prokrastinasi merupakan sebuah keadaan dimana seseorang merasa kesulitan untuk memacu diri sendiri melakukan hal-hal yang harus atau ingin dilakukan. Procrastinator sebetulnya berbeda dengan pemalas maupun kesalahan dalam manajemen waktu. Procrastination lebih kepada sebuah kebiasaan untuk menunda-nunda pekerjaan.  

Jika bukan pemalas, lantas apakah prokrastinasi?

Secara etimologis, “prokrastinasi” berasal dari kata kerja Latin procrastinare yang berarti menunda sampai besok. Tapi ini lebih dari sekadar sengaja menunda. Penundaan juga berasal dari kata Yunani kuno akrasia, yaitu melakukan sesuatu yang bertentangan dengan penilaian kita.


Meski demikikan, hal ini sama-sama membawa dampak yang tidak baik dari diri sendiri. Dr. Piers Steel, profesor psikologi dan penulis buku The Procrastination Equation: How to Stop Putting Things Off and Start Getting Stuff Done mengatakan bahwa prokrastinasi membahayakan diri sendiri. Sebab, siklus kehidupan bisa kacau dan berujung pada stres karena gagal menyelesaikan pekerjaan. 



Fakta Unik Procrastination

Adapun fakta unik yang juga menjadi ciri-ciri seorang procrastinator adalah:


1. Suka membuat rencana tapi tidak terwujud

Jangan salah, para procrastiator suka membuat rencana. Namun, perencanaan mereka cenderung kurang spesifik, tidak jelas, atau bahkan terlalu sempurna sehingga sulit untuk dikerjakan. 


2. Meyakini Bahwa Inspirasi Terbaik Muncul Mendekati Tenggat Waktu

Ini sering terjadi salah satunya pada penulis. Mereka baru mengerjakan artikel atau tulisan ketika sudah mepet deadline. Sensasi "tertekan" saat mengerjakan terasa memeras kerja otak sehingga mengeluarkan kemampuannya yang paling optimal. 


3. "Si Kalong"

Apakah kalian merasa lebih produktif saat malam hari? Jika ya, maka kamu memiliki risiko besar terserang Procrastination. Dilansir dari situs solvingprocrastination.com, para procrastinator cenderung merupakan tipe orang malam alias kalong atau kelelawar daripada prang dengan tipe "early birds" atau orang yang menyukai aktivitas-aktivitas di pagi hari.


4. Procrastination Tidak Berhubungan dengan Kecerdasan

Seorang penunda belum tentu orang yang bodoh. Mereka punya peluang yang sama dengan Non-procrastinator untuk menciptakan sebuah mahakarya. Sayangnya, para procrastinator ini terkendala oleh sifat menunda-nunda sehingga waktunya menjadi sia-sia.


5. Procrastination Adalah Gangguan Psikologis

Penundaan bukanlah permasalahan mengatur waktu. Namun, memerlukan sebuah cara untuk mengatasi emosi dan suasana hati negatif yang disebabkan oleh tugas-tugas tertentu kebosanan, kecemasan, rasa tidak aman, frustrasi, kebencian, keraguan diri dan sejenisnya. 


"Penundaan adalah masalah pengaturan emosi, bukan masalah manajemen waktu,” kata Dr. Tim Pychyl, profesor psikologi dan anggota Kelompok Penelitian Prokrastinasi di Universitas Carleton di Ottawa.



Solusi Mengatasi Procrastination

Kendati demikian, manajemen waktu dalam pembuatan agenda kegiatan sehari-hari dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi Procrastination. Berikut ini caranya:


1. Tentukan Prioritas

Dari rencana-rencana yang sudah kamu buat, tentukan skala pekerjaan yang paling penting sedetail mungkin. Sofy Nito Amalia dalam tulisannya di Kompasiana menyarankan prinsip Pareto 80-20. Artinya, 80% hasil disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. 80% dari keberhasilan hidup kamu adalah hasil dari 20% usaha kamu selama ini. Artinya, cuma ada 20% usaha yang musti dimaksimalkan untuk mendapatkan 80% keberhasilan. Jadi, tugas kamu hanya perlu mempertajam intuisi dan mencari 20% usaha tersebut.


2. Jangan Memperumit Diri Sendiri

Menjadikan segala sesuatunya harus sempurna umumnya akan menyebabkan seseorang cenderung menunda pekerjaan karena menunggu "moment yang tepat". Jangan terlalu mencemaskan hal-hal yang belum tentu terjadi alias overthinking. Mulailah mensugesti diri sendiri bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Mahakuasa. 


3. Membuat Rencana Yang Menjelaskan Aksi

Buat rencana detail tentang tindakan. Hal ini harus melibatkan penggunaan teknik anti-penundaan yang relevan, yang memperhitungkan tujuan yang kamu tetapkan dan sifat masalah penundaan kamu. 


Membayangkan menulis skripsi ratusan lembar memang akan terasa sangat berat. Kamu bisa membaginya per hari menjadi kegiatan yang lebih spesifik. Misal, hari Senin, kamu mencari ide judul. Lakukan hingga selesai. Hari Selasa, konsultasi pada dosen atau orang yang berkompeten untuk memberi saran judul mana yang sebaiknya kamu ambil. Dan seterusnya hingga satu pekan.


4. Buat Pengingat

Jangan terjebak pada prinsip konyol "pekerjaan akan terasa ringan jika tidak dikerjakan". Ingatlah bahwa sebuah gedung pencakar langit dimulai dari peletakan batu pertama. Tidak ada hal yang remeh. Dari sini, pasanglah pengingat di tempat yang pasti akan kamu lihat. 


5. Ganti Suasana

Suasana yang berbeda berdampak pada produktivitas yang berbeda. Perhatikan ruangan tempatmu bekerja. Tak ada salahnya mengubah layout ruangan kamu untuk memberikan suasana yang berbeda. 


Demikianlah penjelasan mengenai apa itu Procrastination dan Solusinya. Setiap manusia diciptakan dengan fitrah dan talenta istimewa untuk mengarungi kehidupan. Menunda-nunda hanya akan menghambat perkembangan diri dan menciptakan penyesalan. Kamu bisa belajar manajemen waktu bersama Teras Berdaya Indonesia untuk mencegahmu menjadi seorang penunda alias procrastinator. Semoga berhasil!


12 Februari 2024

Ditulis oleh Nadia Sabila

Tim Teras Berdaya

#BerdayaDariRumah