Kendang ketipung merupakan kendang yang memiliki bentuk paling kecil diantara kendang lainnya. Kendang ini dapat dimainkan secara tunggal maupun bersama dengan kendang ageng/bem. Kendang ageng/bem dan kendang ketipung disebut dengan kendang kalih.
Bentuknya seperti kendang Bali dan ukurannya lebih kecil dari kendang batangan.
Istilah penunthung bisa diartikan dalam dua hal, yaitu wujudnya dan cara kerjanya. Saat ini kendang penunthung sulit ditemukan karena dalam perkembangannya pada penyajian gending yang membutuhkan penunthung dapat digantikan dengan kendang ketipung.
Kendang batangan disebut juga kendang ciblon atau tledhekan.
Disebut kendang batangan karena permainannya 'mbatang' gerakan tari. Istilah batangan digunakan juga berkaitan dengan jenis motif kendhangan yang dihasilkan.
Disebut kendang ciblon karena permainannya seperti 'ciblon' di air atau secara jenis suaranya seperti permainan di air.
Pada karawitan gaya Yogyakarta, kendang batangan merupakan kendang yang secara organologi ukurannya di antara kendang ageng/bem dan ketipung atau dapat dikatakan bahwa ukuran kendang batangan di tengah-tengah kendang lainnya (medium/sedang).
Kendang bem/ageng merupakan kendang yang memiliki bentuk paling besar diantara kendang lainnya.
Kendang ini dapat dimainkan secara tunggal maupun bersama dengan kendang ketipung. Kendang bem/ageng dan kendang ketipung disebut dengan kendang kalih.
1) Kendang ketipung
Kendang yang memiliki ukuran paling kecil. Pada karawitan gaya Surakarta kendang ketipung diaminkan dengan cara diletakkan/dipangku/ disenderkan pada paha kaki dengan posisi miring dan bagian tebokan bem menghadap ke atas.
2) Kendang ciblon/batangan
3) Kendang kosek/sabet
Kendang yang biasanya digunakan untuk mengiringi wayang. Kendang kosek memiliki bentuk yang besarnya diantara kendang bem dan kendang batangan.
Kendang ini juga disebut kendang sabet karena diunakan sebagai iringan wayang terutama pada adegan perang sebagai penanda/iringan sabetan wayang.
4) Kendang ageng/bem
Pada dasarnya kendang pada karawitan gaya Surakarta hampir sama dengan gaya Yogyakarta. Beberapa hal yang membedakan antara lain:
Terdapat kendang kosek
Kendang ketipung tidak menggunakan plangkan
Pada mulanya tidak menggunakan janget tetapi penjalin dan kini hanya dapat ditemukan di Keraton Surakarta.
Notasi kendhangan
Pada mulanya penyebutan atau istilah kendang kalih digunakan untuk kendang yang secara penyajiannya tidak dapat dipisahkan, yaitu kendang pada carabalen dan monggang. Kendang kalih tersebut terdiri dari kendang lanang dan wadon.
Pada perkembangannya, kendang kalih lazim digunakan untuk menyebutkan kendang ageng dan kendang ketipung walaupun kendang ageng dan kendang ketipung secara penyajiannya dapat disajikan secara tunggal. Istilah kendang kalih digunakan dalam konteks/arti jumlah yaitu dua buah kendang.
Kendang yang pada bagian wurung tidak terdapat ukiran.
Kendang yang pada bagian wurung terdapat ukiran (bisa hanya polos warna kayu atau diberi warna yang umumnya dengan prada, warna merah, putih, hitam, hijau tua, biru tua pada bagian ukirannya).