Dinasti Abbasiyah berdiri akibat kelemahan internal dan kesalahan kebijakan Dinasti Umayyah, seperti diskriminasi terhadap muslim non-Arab (Mawali), konflik antar suku, dan gaya hidup mewah yang melanggar nilai Islam. Ketidakpuasan ini memicu gerakan oposisi yang dipimpin oleh keturunan Abbas bin Abdul Muthalib, didukung oleh Syiah, Khawarij, dan Mawali.
Melalui propaganda keadilan dan persatuan, gerakan ini menggulingkan Dinasti Umayyah setelah memenangkan pertempuran Zab Hulu pada tahun 748 M, dan Dinasti Abbasiyah resmi berdiri pada tahun 750 M.
Latar Belakang
Penentangan terhadap Bani Umayyah muncul karena perselisihan hak kepemimpinan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Gerakan ini dipimpin Muhammad bin Ali dari keluarga Abbasiyah.
Strategi Awal
Propaganda rahasia dilakukan Muhammad bin Ali di Humaimah dengan mengirimkan 12 propagandis ke wilayah seperti Khurasan, Kufah, dan Makkah.
Setelah wafatnya Muhammad bin Ali, gerakan dilanjutkan oleh putranya, Ibrahim al-Imam, yang mengangkat Abu Muslim al-Khurasani sebagai panglima perang.
Kemenangan dan Berdirinya Abbasiyah
Ibrahim al-Imam wafat di tangan Bani Umayyah. Kepemimpinan dilanjutkan oleh Abu Abbas as-Saffah. Pasukan Abbasiyah dipimpin Abu Muslim Al Khurasani berhasil mengalahkan Bani Umayyah dalam pertempuran di Zab Hulu, menandai berdirinya Dinasti Abbasiyah pada 750 M.
Tokoh Penting
Ali bin Abdullah: Pelopor awal propaganda Abbasiyah.
Muhammad bin Ali: Penerus Ali, menggandeng Mawali dan Syiah.
Ibrahim bin Muhammad: Pemimpin gerakan hingga wafat karena dibunuh Bani Umayyah.
Abu Abbas as-Saffah: Khalifah pertama Abbasiyah.
Abu Jaโfar al-Mansur: Khalifah kedua, membangun Baghdad sebagai pusat pemerintahan.
Abu Muslim al-Khurasani: Panglima perang yang memainkan peran besar dalam kemenangan Abbasiyah.
Bani Abbas mendirikan Dinasti Abbasiyah melalui strategi cermat, termasuk (1) gerakan rahasia, (2) politik bersahabat, (3) penggunaan nama Bani Hasyim untuk menarik simpati, dan (4) menjadikan Khurasan sebagai pusat kegiatan. Abu Muslim al-Khurasani memainkan peran penting sebagai panglima perang, memimpin perjuangan melawan Dinasti Umayyah. Gerakan ini berhasil menghimpun kekuatan besar dengan dukungan dari berbagai wilayah, yang akhirnya membuka jalan bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah.ย
Tokoh-tokoh kunci dalam pendirian Dinasti Abbasiyah adalah Ali bin Abdullah, Muhammad bin Ali, Ibrahim bin Muhammad, Abu Abbas As-Saffah, Abu Jaโfar Al-Mansur, dan Abu Muslim Al-Khurasani. Ali bin Abdullah memulai perjuangan dengan dakwah rahasia, yang kemudian diteruskan oleh anak dan cucunya. Abu Abbas As saffah menjadi khalifah pertama setelah mengalahkan Dinasti Umayyah pada 750 M, sedangkan Abu Jaโfar Al-Mansur memperkuat pemerintahan dengan mendirikan Baghdad sebagai pusat kekuasaan. Abu Muslim Al-Khurasani memainkan peran besar dalam propaganda anti-Umayyah, namun akhirnya dibunuh karena dianggap ancaman oleh Al-Mansur. Kombinasi strategi dakwah, propaganda, dan kekuatan militer membawa keberhasilan bagi Dinasti Abbasiyah.ย
Dinasti Abbasiyah memerintah selama lebih dari lima abad (132-656 H/750-1258 M) dengan 37 khalifah.
Kekuasaan Abbasiyah dibagi ke dalam lima periode:
Periode Pertama (132-232 H): Masa keemasan dengan dominasi keluarga Persia Barmak.
Periode Kedua (232-334 H): Awal kelemahan dinasti dengan pengaruh tentara Turki.
Periode Ketiga (334-467 H): Kekuasaan berada di bawah kendali Bani Buwaih, khalifah hanya menjadi simbol.
Periode Keempat (467-622 H): Pengaruh Saljuk Turki dengan peran besar bangsa Turki dalam pemerintahan.
Periode Kelima (622-656 H): Kekuatan dinasti melemah, hanya menguasai wilayah Irak.
Setelah serangan Mongol, kekhalifahan sempat hilang tetapi direstorasi di Mesir dengan khalifah pertama Al-Muntasir Billah II (660 H) dan terakhir Al-Mutawakkil 'Alallah IV (914 H).
Dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaan di bawah tiga khalifah besar:
Abu Jaโfar al-Mansur (754-775 M): Mendukung ilmu pengetahuan, memperkuat administrasi pemerintahan, dan mendirikan Baghdad sebagai ibu kota yang strategis.
Harun ar-Rasyid (786-809 M): Mendirikan Baitul Hikmah, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan menjadikan Baghdad kota megah.
Al-Makmun (813-833 M): Melanjutkan kejayaan dengan mendukung sains, filsafat, dan astronomi serta memperluas wilayah kekuasaan hingga tembok Cina.
Masa pemerintahan mereka membawa Islam menjadi pusat peradaban dunia.