Siang ini, secara serentak anak-anak kelas sembilan masuk ke ruang guru. Mereka secara bergantian mendatangi guru-gurunya untuk meminta maaf, dan mengucapkan terima kasih atas segal ilmu dan pengajaran yang mereka terima. Ya, hari ini akhir mereka di sekolah. Hari ini mereka resmi lulus dari sekolah.
Melihat mereka saat ini, mata saya berkaca. Betapa waktu berlalu begitu cepat. Dulu saat pertama datang ke sekolah, mereka adalah pribadi yang polos. Sebagian dari mereka diantar oleh orang tua mereka, dengan seribu doa dan harapan yang dirapalkan hingga menembus langit. Tapi kini, di akhir salah satu babak perjalanan, mereka terlihat lebih baik, lebih positif, lebih berilmu dan lebih dewasa.
Kini, di penghujung waktu, kami saling berjabat tangan. Mereka menyampaikan secara tulus rasa terima kasih untuk kenangan, canda, "perselisihan", tantangan, ilmu, hingga suka dan duka; yang akan menjadi pengalaman tak terlupakan selama mengenakan seragam putih-biru.
Pada momen ini, saya juga menyampaikan terima kasih atas semua pengalaman yang telah mereka berikan. Dari mereka saya mengenal makna tulus, berusaha memberikan pengalaman belajar terbaik yang saya mampu; tanpa lelah dan tanpa mengharapkan imbalan apapun. Dari mereka saya belajar keakraban; saling bertanya kabar, saling memberi perhatian, dan saling bercanda tawa bersama. Dari mereka saya bisa memaknai perjuangan; selalu dan tanpa lelah memberi mereka semangat ketika mereka malas dan terpuruk. Dari mereka saya menyelami tentang intergritas; mencoba teguh pada prinsip yang telah kami sepakati bersama. Dan dari mereka saya belajar tentang keikhlasan, berdoa untuk kesuksesan mereka semua tanpa terkecuali.
Pada momen ini saya juga menyampaikan sebuah "pesan terakhir" untuk mereka. Pesan untuk terus berbahagia dalam setiap situasi apapun. Pesan untuk jangan malas, karena malas adalah semak beluakar di jalan kesuksesan mereka. Dan Pesan untuk terus belajar, mengejar cita-cita dan mimpi, hingga nanti puluhan tahun lagi kami bertemu kembali.
Kini, dipenghujung temu, kami saling berjabat tangan erat. Pikiran dan hati kami saling merapikan kenangan masing-masing selama tiga tahun ini. Untuk kemudian kami simpan di lubuk hati, dan memanggilnya kembali ketika kami saling merindu.
Melihat anak-anak kelas sembilan seorang demi seorang pulang, saya tersenyum. Hati saya sesak oleh bahagia. Sebuah pertanyaan kemudian menggema di dalam benak saya, "Bapak akan melihat, Nak, sampai di titik mana nanti kalian akan berhenti? Sampai bertemu dua puluh tahun lagi, di puncak kesuksesan kalian masing-masing."
Gunungputri, 10 Juni 2024.