Perubahan diri

REFLEKSI KRITIS FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA

Tuesday, 30 August 2022, 7:51 PM   WIDODO, S.Pd

Suwardi Suryaningrat atau di kenal sebagai Ki Hajar Dewantara yang lahir pada era kejayaan Pemerintah Hindia Belanda, tepatnya lahir pada 2 Mei 1889 dari lingkungan Kraton Paku Alaman Jogjakarta. Walaupun beliau lahir sebagai seorang bangsawan yang mempunyai kesempatan untuk mengenyam Pendidikan Belanda , bahkan sempat sekolah di STOVIA , yaitu sekolah kedokteran pada masa itu. Namun sangatlah timpang dengan kondisi rakyat terjajah , hidup dalam kebodohan.

Suatu waktu dalam pengasingan di Belanda Ki Hajar Dewantara mempelajari ilmu-ilmu Pendidikan dari tokoh-tokoh Pendidikan, seperti Friedrich Frobel, Maria Montessori dan Rabindranath Tagore. Setelah pulang ke Tanah air , Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah Tamansiswa di Jogjakarta. Ki Hajar Dewantara membedakan istilah Pendidikan (opvoeding) yaitu, memberikan tuntunan pada semua kekuatan kodrat anak agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia individu maupun anggota masyarakat. Sedangkan Pengajaran (onderwijs) yaitu, proses pendidikan memberi ilmu untuk kecakapan hidup anak baik secara lahir maupun bathin.

Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara sangat relevan sampai dengan saat ini dan masa-masa yang akan datang , dimana Pendidikan sangat erat berhungan dengan kodrat alam dan Kodrat zaman. Pembelajaran disesuaikan dengan fase-fase pertumbuhan murid. Kodrat zaman di era Pendidikan Abad 21 , Ki Hajar Dewantara pada saat itu telah memikirkan dunia ini pasti akan berubah, teknologi semakin berkembang pesat , teknologi telah menembus ruang dan waktu. Kecakapan hidup di abad ke-21 tentunya sebuah keharusan agar anak mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai pribadi maupun dalam kehidupan di masyarakat.     

Di SMK YP 17-1 Madiun, yang merupakan sekolah kategori pinggiran, dengan latar belakang mayoritas siswa dari keluarga yang kurang mampu, lingkungan tempat tinggal yang kurang mendukung perkembangan Pendidikan anak. Kondisi seperti ini sangat relevan dengan konsep Pendidikan adalah tuntunan dalam hidup. Anak-anak adalah makhluk tuhan, Manusia dan merupakan benda hidup, yang tentunya tumbuh berkembang sesuai kodratnya. Bagaimanapun latar belakang murid, tanpa membedakan kaya,miskin , suku, bangsa, agama,keepercayaan  apapun kewajiban kita untuk menuntun layaknya seorang petani menanam padi di sawah atau ladang, petani berkewajiban mengairi, memupuk,menyiangi, memberantas hama, menjaga agar padi tumbuh berkembang dengan subur. Petani tidak mampu merubah kodratnya padi menjadi jagung atau sebaliknya.

Sebagai guru pada sekolah pinggiran tentunya cukup sulit, atau perlu kerja keras untuk menuntun, siswa-siswa dengan kondisi dasar jiwa  yang sangat majemuk , ibarat petani dengan lahan yang kurang subur,dan benih yang kurang bagus. Namun dengan semangat Pamong  dengan konsep Tamansiswa menuntun murid dengan sabar sebagai Among , maka capaian pembelajaran secara perlahan akan terwujud.

Dengan mempelajari Modul 1.1 Refleksi Kritis Filosofi Ki Hajar Dewantara ini, Saya berharap mampu menginspirasi sekolah dan rekan sejawat untuk dapat mengadaptasi sebagai dasar pembelajaran pada murid-murid.

Dengan menerapkan pembelajaran yang menyenangkan, mendapat tuntunan, perhatian dari bapak Ibu guru siswa akan rajin belajar, dengan motivasi yang lebih baik. Materi filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara bisa di sosialisasikan pada seluruh insan Pendidikan di Indonesia.  


MULAI DARI DIRI SENDIRI

1.2.a.3. MULAI DARI DIRI

 

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Oleh :WIDODO, S.Pd.

CGP Angkatan 6, SMK YP 17-1 Madiun, Kota Madiun

 

 

Tugas 1 :

Refleksi

1. Peristiwa positif dan negatif

Tentunya telah banyak peristiwa telah kita alami , suka duka, ada yang pahit untuk dikenang ada pula yang sedikit membuat kita tersenyum.

Mungkin sebuah awal kenakalan saya, ketika saya tidak suka pada Pelajaran

Matematika di SMA, banyak memberi PR, galak, suka mencemooh murid-muridnya yang tidak bisa mengerjakan soal. hingga saya pernah menuliskan namanya ditembok sekolahan "Tarmin is Killer" hingga berbuntut panjang beberapa kali oarang tua di panggil ke Sekolah, diancam tidak lulus.

Ketika kuliah, kebetulan teman kuliahku adik dari dosen saya, hingga sering bertemu dan cukup dekat, layaknya seorang teman sebaya, hingga teman-teman diarahkan untuk aktif di organisasi, hingga hobby kluyuran kami terwadahi dengan hal yang sangat membantu keberhasilan saya saat ini.

2. Peristiwa-peristiwa yang terjadi tersebut diatas , melibatkan sosok seorang guru yang mungkin kurang tepat, dan seorang Dosen (dalam hal ini juga seorang pendidik) yang mampu menularkan laku-laku positif.

3. Dampak Emosi, menjumpai sosok seorang guru, yang masih cukup membekas, namun saya yakin, walaupun galak tujuannya adalah untuk keberhasilan murid-muridnya.

Sedangkan yang satunya, bertemu sosok guru / dosen yang cukup dekat dengan anak-anak didiknya, yang bisa menghapuskan status bukan antara dosen dan mahasiswa, namun layaknya sahabat.

4. Kedua sosok guru , yang hadir dalam pengalaman hidup saya, tentunya bisa menjadikan sebuah refleksi, apakah saya kan meneladani sosok guru yang galak, atau sosok guru yang dekat dengan murid-muridnya.

5. Sebuah kesimpulan yang bisa kita ambil hikmahnya dari gambaran Trapesium usia dan roda emosi :

6. Guru punya peran untuk menuntun murid-muridnya, agar menjadikan hidup para murid menjadi bermakna di kemudian harinya.


1.1 AKSI NYATA MODUL 

1.1 KESIMPULAN DAN REFLEKSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

1.1 JURNAL REFLEKSI AKSI NYATA MODUL 1.1.

JURNAL DWI MINGGUAN

MODUL 1.1

Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Sejahtera

Om Swastiastu

Namo Budhaya

Salam Kebajikan

Rahayu sagung dumadi


Salam dan Bahagia

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

 

Peran Pendidik diibaratkan seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk  kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu  tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

 

Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.

 

Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang, ya kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. 

 

Budi pekerti juga sangat penting dan menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak.

 

Dalam pembelajaran di kelas hendaknya kita juga harus memperhatikan kodrati anak yang masih suka bermain. Lihatlah ketika anak-anak sedang bermain pasti yang mereka rasakan adalah ‘kegembiraan’ dan itu membuat suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya. Hendaknya guru juga memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak mudah bosan. Apalagi menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada, selain menyampaikan pembelajaran melalui permainan , kita juga mendidik dan mengajak anak untuk melestarikan kebudayaan lokal yang adiluhung.

Setelah Belajar modul 1.1 filosofi dan pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya mulai bersemangat dan merubah pemahaman saya yang kurang benar selama ini.

Banyak kendala yang Saya alami, diantaranya akibat pandemi anak-anak mengalami kedisiplinan yang sangat rendah , motivasi belajar sangat rendah, ditambah karakter anak SMK yang cenderung kurang tertarik pada pelajaran di kelas.

Pada modul 1.1 atau yang perdana ini, CGP akan  merefleksikan hasil pembelajaran yang saya ikuti di Learning Management System (LMS)  dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk menggambarkan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi yang saya pakai adalah Model 4P atau 4F (Peristiwa/Facts, Perasaan/Feelings, Pembelajaran/Findings, Penerapan/Future)

1.   Peristiwa / Facts

Setelah mempelajari Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara , saya merasa bahwa selama ini pola pendidikaan disekolah yang cenderung berpusat pada guru, pembelajaran di kelas yang cenderung kaku, sedikit-sedikit hukuman dan sebagainya adalah sudah sesuai dengan makna penddidikan, dan ternyata masih jauh dari hal yang sesuai dengan istilah Pendidikan itu sendiri.

 Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum  siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang lamban dalam satu pelajaran. Belum banyak memberikan model-model pembelajaran yang  menyenangkan bagi anak.

2.   Perasaan/Feelings

Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah dari saya adalah bahwa saya harus memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar dan ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu memberikan hukuman yang sifatnya tidak mendidik, memberikan teladan agar mereka bisa melihat dan menirunya. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba berbagai macam model pembelajaran.

3.   Pembelajaran/Findings

Perasaan Selama Melakukan Perubahan Di Kelas, Sebuah petuah dalam Basa jawa yaitu : ing ngarso sung tulodho (memberikan teladan), ing madyo mangun karso (membangun semangat) dan tut wuri handayani (memberikan dorongan) sangat sesuai dan relevan dengan pendidikan di Indonesia dan bagi tumbuh kembangnya anak.Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

4.   Penerapan/Future

Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan

·         Upaya Berkolaborasi Memberi Pemahaman & Komitmen Bersama

·         Pembiasaan Laku Positif Pada Murid

·         Menciptakan pembelajaran menyenangkan dan berpihak pada murid

·         Berupaya membuat inovasi atau terobosan untuk kemajuan sekolah

Upaya pelaksanaan:

1.    Peningkatan Karakter dan Kedisiplinan dengan Kegiatan Pramuka

2.    Pengenalan Budaya Lokal dengan Bangga berbaju Tradisional dalam Upacara Bendera

3.    Pembiasaan Senyum Salam Sapa Salim dan Santun

4.    Pembelajaran Yang Berpihak Pada Murid

5.    Pembelajaran dengan memanfaatkan Platform Gclassroom , Kaahoot.it, dibantu LCD Proyektor dan Wifi anak diperbolehkan memilih alat belajar sendiri buku teks atau virtual

 

Banyak Kendala dalam Upaya mengimplementasikan Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara, namun Dengan Menuntun, menyemai sesuai kodrat alam dan zaman, cita-cita luhur akan menemukan jalannya.

 

Demikian saya merefleksikan materi Filosofi dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Modul 1.1

Semoga dapat bermanfaat mendorong kemajuan Pendidikan di tanah air, serta menumbuhkan budaya positif di sekolah.

 

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam dan Bahagia.


1.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.1. Budaya Lokal yang selaras Pemikiran KHD

Modul 1.2. Demonstrasi Kontekstual Nilai Guru Penggerak

Tugas 1.2.a 8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL .1.2 

Peristiwa :

Momen yang paling mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah ketika materi konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara,  Konsep dan Filosofi KHD sepertinya sama dan selaras yang saya alami sendiri hidup saya, dan ketika melihat murid-murid di sekolah saya yang motivasi belajarnya sangat rendah.

Apakah ini ada korelasinya dengan peristiwa negative dimasa sekolah sebelumnya?

 

Dengan mempelajari folosofi Ki Hajar Dewantara, saya berharap murid-murid motivasi belajarnya meningkat, karena Bapak Ibu guru di  sekolah mendidik dengan penuh perhatian dan kasih sayang tanpa ada punishment atau hukuman verbal 

 

Karena sesuai modul 1.2. kita harus mempunyai nilai berpihak pada murid, dalam penerapannya kita harus menjadi pemimpin kelas yang dekat dan memberi keteladanan bagi anak-anak.

 

Perasaan :

Saat melihat realita di sekolah, kondisi siswa yang rendah motivasi belajarnya, malas belajar, senangnya hanya bermain, maka muncul motivasi saya sebagai Calon Guru Penggerak untuk mulai merubah pola pengajaran yang selama ini hanya dengan model ceramah, tugas yang sangat membosankan, dengan pembelajaran yang lebih kreatif dan  menyenangkan.

 

Pembelajaran :

Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa anak-anak yang motivasi belajarnya rendah sangat sulit kita mengajarnya. Sulit untuk berubah dan sulit untuk maju.

sekarang saya berpikir bahwa. Dengan menerapkan konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara, yakinlah bahwa anak-anak sedikit demi sedikit akan berubah, dari anak yang susah diatur akan mulai memahami dan taat, dari anak yang tidak mau mengerjakan tugas akan mau mengerjakan tugas.

Penerapan ke depan (Rencana)

Apa pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak?

Melihat kondisi murid-murid saya yang kurang disiplin, bersikap urakan, motivasi belajarnya rendah, saya mencoba mendekati, menuntun dengan sabar.

Saya berusaha berpihak pada murid.

-       Pagi murid-murid saya jemput,

-       Saya antar ke kelas

-       Saya ajak membersihkan kelas jika ada sampah atau yang lainnya

-       Saya ajak berdoa,

-       Saya beri pertanyaan-pertanyaan interaktif yang menyegarkan

-       Saya beri motivasi tujuan pembelajaran

-       Saya berikan materi dengan beberapa alat dan sumber belajar yang bisa dipilih sesuai minatnya yaitu: Buku, Pdf via WA, Lembar Kerja, Gclassroom, Webblog padlet, dll.

-       Saya ajak berdiskusi 

 

Reflektif :

-       Saya berusaha untuk bertanya pada murid, apa yang perlu di tambah atau bagaimana biar pembelajaran lebih pas, dan materi dapat pahami dengaan baik.

-       Saya akan terbuka pada hal-hal yang baru, atau perlu kita coba

 

Mandiri

-       Saya berusaha mandiri jika ada hal-hal yang diperlu untuk pengembangan Pendidikan dan sekolah

-       Saya aktif mengikuti komunitas profesi guru, dan organisasi sosial lainnya

-       Saya terus merusaha mencari solusi untuk pengembangan diri, kemajuan sekolah dan murid-murid

 

Kolaboratif

-       Saya berusaha untuk menjalin komunikasi dan kerjasama dengan berbagaai pihak internal sekolah maupun eksternal sekolah untuk pengembangan sekolah dan murid

Inovatif

-       Saya berusaha untuk terus belajar mengikuti perkembangan teknologi Pendidikan yang terus berkembang cepat.

-       Membuat media-media pembelajaran

-       Menulis artikel, materi, dan pengetahuan lainnya pada web blog dan media lainnya.

 

Kaitan Modul 1.1 dan 1.2

Konsep dan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara harus menjadi spirit dan nilai yang harus di miliki  Calon Guru Penggerak, dalam menjalankan perannya menjadi Pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan kelas, menggerakan komunitas praktisi.


Aksi Nyata Modul 1.1. "Menjadi Couch bagi guru lainnya"


                       JURNAL REFLEKSI MODUL 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK 


Modul 1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak telah saya pelajari bersama dalam Diklat CGP Angkatan 6 kelas 44 Kota Madiun. Banyak pengetahuan dan hal baru yang saya dapatkan, semangat baru untuk meningkatkan kompetensi diri, sekolah dan masyarakat.


Untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak ini, Saya menggunakan alur 4F atau 4P yaitu Facts (peristiwa), Feelings (perasaan), Findings (pembelajaran), dan Future (penerapan ke depan).


1. Facts (Peristiwa)

Saya mulai mempelajari modul 1.2 yaitu tentang nilai dan peran guru penggerak. Materi di dalam modul 1.2 ini mempelajari  konsep manusia tergerak, bergerak dan menggerakkan manusia. Konsep ini juga merupakan jargon untuk menumbuhkan semangat bagi teman-teman calon guru penggerak. 


Setelah mempelajari materi dan berdiskusi di alur eksplorasi konsep, saya dan teman-teman melanjutkan kegiatan diskusi di ruang kolaborasi 1.2 dalam kegiatan ini, kami diminta membuat karya berupa Guru Penggerak yang kelompok pilih.


Setelah melakukan diskusi di kelompok kecil, kami lanjutkan kegiatan , kami memilih Peran Guru Penggerak sebagai Coach bagi guru lainnya, dalam hal ini kami mencoba mengenalkan sebuah media pembelajaran yang cukup mudah namun bisa dilaksanakan dalam pembelajaran baik secara daring maupun tatap muka dikelas, yaitu Pengenalan Media Padlet.


2. Feelings (Perasaan)

Setelah mempelajari modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak ini,  saya merasa bahwa mulai sadar untuk melakukan perubahan pada diri saya sendiri terlebih dahulu, mulai memperbaiki diri  dan mencoba untuk percaya diri lebih dahulu.  Setelah saya tergerak, selanjutnya saya ingin rekan-rekan guru mengikuti jejak saya , sehingga akhirnya bisa bergerak bersama mewujudkan peserta didik yang berkarakter profil belajar Pancasila.


3. Findings (Pembelajaran)

Banyak hal yang saya peroleh dalam mempelajari Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, yaitu : 

1. Berpihak pada Murid. 

2. Reflektif

3. Mandiri

4. Kolaboratif

5. Inovatif

Dengan perilaku dan peran kesehariannya sebagai berikut :

1. Menjadi pemimpin pembelajaran

2. Menjadi coach bagi teman sejawatnya

3. Mendorong Kolaborasi

4. Mewujudkan kepemimpinan kelas

5. Menggerakan Komunitas


Mendapatkan pengetahuan tentang penguatan profil pelajar Pancasila. Yaitu : kita sebagai guru penggerak diharapkan mampu mewujudkan murid-murid, lulusan yang berjiwa Profil Pelajar Pancasila.

1. Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia

2. Mandiri

3. Suka bergotong royong

4. Bernalar Kritis

5. Berkebinekaan global

6. Kreatif dan Inovatif


4. Future (Penerapan)

Setelah memahami modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, tentunya saya akan berusaha menjiwai dan menerapkan Nilai dan peran saya sebagai berikut :

                                                                                            WIDODO, S.Pd  CGP A.6 -44 BBGP Jawa Timur


1.3 Visi Guru Penggerak

Visi murid impian saya adalah : murid-murid yang cerdas , terampil baik soft skill maupun hard skill , berkarakter, mempunyai wawasan lingkungan dan budaya bangsa,  yang tercermin dalam profil pelajar Pancasila melalui merdeka belajar

Apa dan mengapa harapan saya penting untuk dijadikan visi?

Nilai-nilai yang di upayakan melalui pembiasaan dan motivasi , serta berdasarkan filosofi-filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, seperti anak mempunyai kodrat alam dan zamannya sendiri, upaya pembelajaran yang berpihak pada murid dan mandiri, membuat keyakinan saya bahwa apa yang tampak saat ini belum bisa mencerminkan kesuksesan anak-anak diwaktu yang akan datang, dengan konsep Pendidikan Ki hajar Dewantara saya mempunyai HARAPAN besar untuk murid-murid saya ke depannya bisa menjadi individu-individu yang sukses sesuai minat pada bidangnya masing-masing yang mempunyai karakter Profil  Pancasila, yaitu tercermin kehidupan mereka, Manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahklak mulia, berwawasan kebinekaan global, suka bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.

Kesimpulan Inkuiri Apresiatif

Apa hal yang mencerahkan saya sebagai pendidik di sepanjang proses menyusun visi pribadi saya itu?

Dalam menyusun Visi Pribadi saya kedepan, sebuah keyakinan bahwa menebarkan laku positif ke murid, komunitas sekolah maupun masyarakat adalah sejatinya membangun kebaikan diri-sendiri, sebuah petuah lama mengatakan “Urip iku Urup” bagaimana sebagai seorang guru di era abad 21 ini harus mampu menuntun murid-murid mencapai keselamatan dan kebahagiaanya melalui kecakapan dan karakter hidup abad ke 21.

·         Bagaimana saya membayangkan penerapan inkuiri apresiatif dalam konteks saya sehari-hari sebagai pendidik?

-       Dalam upaya menebarkan laku positif , kita sebagai agen perubahan mengawali hal positif dari diri sendiri, keteladanan pada anak didik, teman-teman sejawat, lingkungan dan masyarakat luas melalui media maupun organisasi masyarakat yang ada.

-       Mengupayakan perubahan dengan berkolaborasi dengan semua pihak, secara perlahan dengan paradigma inkuri apresiatif (IA) yang merupakan sebuah pendekatan kolaboratif yang berbasis pada kekuatan dimana setiap orang mempunyai kekuatan karakter positifnya masing-masing, mengingat perubahan tidak mungkin dilakukan sendiri.

-       Menumbuhkan semangat diri, teman sejawat dan murid-murid dengan berpijak pada keberhasilan-keberhasilan yang pernah kita raih, sebagai pribadi maupun sekolah.

-       Menggali permasalahan, solusi dan potensi yang ada dengan tahapan BAGJA

Yaitu :

1.  Buat Pertanyaan Utama (merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan apa yang diinginkan)

2.  Ambil Pelajaran. ( mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di sekolah dan pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut)

3.  Gali Mimpi bersama. (komunitas sekolah akan menggali mimpi sebagai keadaan ideal dengan menggambarkan secara rinci dalam sebuah narasi)

4.  Jabarkan Rencana. (merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi agar lebih konkrit)

5.      Atur Eksekusi. (memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi secara perlahan)


1.3 Visi Guru Penggerak

Visi murid impian saya adalah : murid-murid yang cerdas , terampil baik soft skill maupun hard skill , berkarakter, mempunyai wawasan lingkungan dan budaya bangsa,  yang tercermin dalam profil pelajar Pancasila melalui merdeka belajar

Aksi Nyata Modul 1.1.

AKSI NYATA 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

Ruang Kolaborasi Visi Prakarsa Perubahan 1.3

Demonstrasi Kontekstual 1.3 Prakarsa Perubahan

Jurnal Refleksi Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Setelah mengikuti pembelajaran mulai Modul 1.1dilanjut 1.2. sampai dengan Modul 1.3 bersama Fasilitator Ibu Stefanis Anggelia Alfa S. Pengajar Praktik : Ibu Sisilia  maka semakin kepercayaan diri bertambah, pengetahuan dan hal-hal yang selama tidak tahu maupun tidak sepaham, mulai mendapatkan pencerahan, bahkan spirit baru, dalam upaya menerapkan nilai dan perannya sebagai calon guru penggerak. 

Dalam pembelajarn modul 1.3 ini seperti biasanya diawali dengan materi Mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi dan aksi nyata.

Selanjutnya untuk merefleksikan modul 1.3 Visi guru penggerak ini , saya menggunakan alur 4P atau 4F yaitu Peristiwa (Facts), Perasaan (Feelings), Pembelajaran (Findings), dan penerapan ke depan (Future).

Dalam Modul ini diawali, kita diminta menggambarkan murid kita dimasa yang akan datang, dalam hal ini karena saya mengajar di SMK , maka saya menggambarkan murid saya menjadi seorang profesional di bidangnya, wirausaha sukses, menjadi tenaga ahli di perusahaan, menjadi pegawai BUMN di bidang teknik, dan sebagainya. Ini menjadi sebuah peristiwa yang membangkitkan spirit saya sebagai Calon Guru Penggerak, untuk menjadikan sebuah realita bukan sekedar Imaji Murid saya di masa yang akan Datang. Imaji saya semua murid menjadi Pribadi yang Terampil, Cerdas, Berahklak Mulia, Profesional pada bidangnya , berwawasan lingkungan , Berbudaya Bangsa sesuai Profil Pelajar Pancasila.

Setelah mempelajari modul 1.3 tentang visi guru penggerak, saya merasa bahwa saya harus meneguhkan visi saya terhadap diri saya, murid saya, sekolah saya dan bahkan masyarakat secara luas, visi pada diri sendiri yaitu perubahan pada diri saya sendiri terlebih dahulu, mulai memperbaiki diri dan harapannya rekan-rekan guru mengikuti jejak saya , sehingga akhirnya bisa bergerak bersama mewujudkan peserta didik yang berkarakter profil belajar Pancasila.

Dalam menjiwai nilai dan menjalankan peran sebagai guru penggerak diharapkan CGP terdepan dalam mendorong dan menebarkan hal positif dalam lingkungan sekolah, lingkungan dan masyarakat. 

Untuk mewujudkan visi guru penggerak di butuhkan kesabaran , kebersamaan secara berkesinambungan dengan penerapan Inkuiri Apresiatif dan implementasi menggunakan tahapan  BAGJA.

Dalam modul ini Calon Guru Penggerak mendapatkan pengetahuan dan bahkan pengalaman dalam menyusun sebuah pengembangan, atau perbaikan beberapa hal di sekolah, kelas bahkan lingkungan masyarakat.

Calon Guru Penggerak di latih membuat Visi bagi dirinya sendiri :

VISI

Terwujudnya Murid Berbudi pekerti , Cerdas, Terampil, berwawasan lingkungan, sesuai profil Pelajar Pancasila melalui Merdeka Belajar

Setelah mendapatkan sebuah visi yang Jelas, lugas, menarik dan menumbuhkan semangat bagi yang membacanya. 

Alur berikutnya menganalisa kekuatan, potensi dan juga hambatan yang ada pada obyek sasaran yang akan kita rubah atau perbaiki dengan A-T-A-P yaitu: 

Aset - Tantangan - Aksi - Perubahan

Setelah kita ketahui potensi dan tantangan yang kita miliki maka baru kita susun sebuah kalimat Prakarsa Perubahan, dalam hal ini yaitu:

Prakarsa Perubahan 

Meningkatkan pembelajaran yang menyenangkan di kelas dengan memanfaatkan media pembelajaran yang bervariatif dengan kurikulum merdeka


Setelah kita susun prakarsa perubahan maka mulai dengan tahapan- tahapan BAGJA, Yaitu :

Tahapan B-A-G-J-A

1.  Buat Pertanyaan Utama

2.  Ambil Pelajarannya

3.  Gali Mimpi

4.  Jabarkan Rencana

5.  Atur Eksekusi

Dengan  tahapan terakhir sebagai berikut : 

Pertanyaan :

     pembelajaran yang menyenangkan dengan media yang bervariasi 

 Tindakan :

WIDODO, S.Pd CGP: A.6 - 44 BBGP Jatim



Koneksi Antar Materi 1.3 Visi Guru Penggerak 

AKSI NYATA 1.3 Visi Guru Penggerak

Ruang Kolaborasi Modul 1.4 Studi Kasus 1 dan 4

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.4

BUDAYA POSITIF

Menumbuhkan Budaya Positif dan Disiplin Positif untuk mencetak Generasi Profil Pelajar Pancasila

 

Budaya Positif di Sekolah

 

Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan adalah menuntun tumbuh kembangnya segala kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap anak memiliki kekuatan dirinya sendiri, memiliki pengalaman sesuai kodrat alam dan zamannya. Pendidikan haruslah membimbing dan menguatkan apa yang ada di dalam diri setiap anak agar dapat memperbaiki tingkah lakunya, cara hidupnya dan pertumbuhannya. Dalam proses pendidikan, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya sebagai individu yang unik.

Dalam menuntun ini , guru diharapkan memiliki peran dan nilai-nilai positif untuk mengarahkan serta membentuk karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Pengembangan budaya positif, disiplin positif dapat menumbuhkan motivasi internal untuk menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur Profil Pelajar Pancasila.

 

Salam dan Bahagia

Sesuai jadwal Diklat CGP Angkatan 6 Kelas 444, Hari Senin, 10 Oktober 2022 saatnya belajar modul 1.4 mulai dari diri dan eksplorasi konsep secara mandiri. ketika awal mempelajari modul 1.4 Budaya Positif, masih mendapatkan materi-materi pelajaran yang sepertinya sudah biasa , walaupun dalam implementasi di Sekolah saya masih kurang. Namun saat mulai belajar tentang 5 kebutuhan manusia dilanjutkan 5 posisi kontrol dan segitiga restitusi, sempat terkejut membaca materi ini, karena selama ini mungkin di bangku perkuliahan belum pernah disampaikan, hal ini tidak aneh, karena memang pengetahuan ini baru dipopulerkan oleh Diane Gossen, dalam bukunya Restitution-Restructuring school diciplline (1998) serta tahun 2001 , Gossen menyatakan ada tiga tahapan yang dapat digunakan dalam restitusi. Tahapan ini dinamakan segitiga restitusi. Yang pertama adalah Menstabilkan Identitas, yang kedua validasi tindakan yang salah, dan yang ketiga adalah menanyakan keyakinan.

 

Dalam refleksi Modul 1.4 ini , CGP menggunakan model 4 P atau 4 F

1 Peristiwa (Facts):

Sebuah Pertanyaan yang cukup mengejutkan dalam LMS :

Bila Anda adalah seorang pemimpin di sekolah Anda, bagaimana Anda akan menciptakan sebuah lingkungan yang positif di sekolah Anda? Apa strategi yang akan Anda pilih? Bagaimana Anda akan menerapkan disiplin positif, apa yang perlu kita lakukan terlebih dahulu? Tentunya, salah satu hal yang paling penting adalah kita perlu menghilangkan rasa takut dalam diri murid-murid sehingga mereka merasa aman dan nyaman berada di sekolah, dan bahwa membuat kesalahan adalah suatu proses pembelajaran itu sendiri. Hanya dengan demikian, semua murid dapat belajar dengan rasa tenang, tanpa tekanan dan nyaman.

 

2 Perasaan (Feeling):

Seperti yang telah disinggung dalam pendahuluan bahwa , banyak hal , pengetahuan baru dalam modul 1.4, selain karena materinya yang panjang, namun yang sangat terkesan adalah bahwa upaya peningkatan disipilin murid yang selama ini sudah di laksanakan di sekolah yang ternyata hasilnya belum sepenuhnya sesuai haarapan. dalam hal ini menurut modul 1.4 ada metode yang lebih baik, lebih humanis, lebih bijaksana dan sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Tentunya ada perasaan tertantang maka saya mempelajari materi yang ada dalam LMS sesuai dengan jadwal yang ditentukan baik belajar mandiri, kolaborasi dan eloborasi pemahaman.

 

3 Pembelajaran (Findings):

Untuk menumbuhkan budaya positif maka dibutuhkan pemahaman tentang :

A. Disiplin Positif dan Nilai-nilai kebajikan universal menjelaskan konsep makna disiplin, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan

B. Konsep 5 Kebutuhan Dasar Manusia menurut Dr. William Glasser dalam “Choice Theory”

1.Kebutuhan Bertahan Hidup (Survival)

2.Cinta dan kasih sayang (Kebutuhan untuk Diterima)

3.Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)

4.Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)

5.Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)

C. 5 Posisi Kontrol dalam menangani permasalahan disiplin

Penerapan disiplin di dalam kelas kita selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat memerdekakan dan memandirikan murid ? Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998.

bersandar pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah :

D.Penerapan Segititiga Restitusi

1) menstabilkan identitas;

2) validasi tindakan yang salah;

3) menanyakan keyakinan.

 

4 Perubahan (Future):

Setelah belajar mandiri serta berkolaborasi dengan rekan CGP di A.6 kelas 44 materi dalam modul 1.4 budaya positif maka terjadi perubahan pola pikir bagaimana menumbuhkan disiplin positif di sekolah. utamanya perubahan penanganan kedisiplinan, permasalahan, motivasi internal murid. Melaksanakan Pembelajaran yang berpihak pada murid, pendisiplinan menggunakan posisi kontrol manager, menerapkan segitiga restitusi ketika menangani permasalahan atau pelanggaran keyakinan kelas. menyesuaikan dengan kondisi masing-masing, reflektif, kritis dan inovatif dalam penerapannya di sekolah

 

Salam dan Bahagia

 


1.4.a.6 Demonstrasi Kontekstual, Segitiga Restitusi

1.4.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 1.4

Rancangan Tindakan Aksi Nyata "BUDAYA POSITIF"

Rancangan Tindakan Aksi Nyata

Modul 1.4

Budaya Positif

 

Judul Modul            : Budaya Positif di Sekolah

Nama                       : Widodo, S.Pd

 

Salam dan bahagia,

 

1.      Latar Belakang

Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah sebagai dasar filosofi untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah yaitu menuntun tumbuh kembangnya segala kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap anak memiliki kekuatan dirinya sendiri, memiliki pengalaman sesuai kodrat alam dan zamannya.

 

Era pendidikan abad ke 21, dimana anak-anak usia sekolah hampir semua sudah memanfaatkan teknologi informasi melalui smartphone, baik itu milik sendiri maupun orang tua. Anak-anak bisa mendapatkan berbagai macam informasi baik yang negatif maupun positif.

Dalam menuntun kodrat anak, maka guru diharus mampu mengikuti arus perkembangan teknologi informasi yang ada, agar bisa mengontrol, memanfaatkan dan mengarahkan belajar anak.

 

Dalam menerapkan budaya positif di sekolah, perlu adanya pemahaman, kesadaran dan komitmen bersama , tentang nilai-nilai, keyakinan-keyakinan sekolah, pembiasaan-pembiasaan dan tanggungjawabnya.

 

2.  Tujuan

 

1.  Membiasakan murid untuk  mengikuti keyakinan-keyakinan sekolah

2.  Membiasakan guru dan warga sekolah memberi keteladanan pada murid

3.  Menumbuhkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila semua warga sekolah dalam kehidupan sehari-hari

4.  Melaksanakan Pendidikan Merdeka Belajar

5.  Menerapkan posisi kontrol manajer pada guru

 

3.  Tolak Ukur

1.      Mulai terbentuknya kesadaran disiplin positif pada murid

2.      Mulai terbentuk kesadaran untuk melaksanakan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila.

3.      Terbentuknya  keteladanan disiplin postif semua warga sekolah.

4.      Mulai diterapkan pembelajaran yang menyenangkan, merdeka belajar

5.      Tidak ada lagi hukuman verbal dan sangsi yang tidak mendidik.

 

4.  Linimasa tindakan yang akan dilakukan

1.  Memberi keteladanan pada murid, guru dan warga sekolah.

2.  Koordinasi dengan kepala sekolah

3.  Memberi sosialisasi pada warga sekolah tentang paradigma Pendidikan KHD, Visi Sekolah, Budaya Positif dan Profil    Pelajar Pancasila

4.  Berbagi dengan teman guru lain, media pembelajaran, peran kontrol guru dan segitiga restitusi

 

5.  Dukungan yang dibutuhkan

1.      Kepala sekolah

2.      Yayasan Pendidikan

3.      Pendidik

4.      Tenaga Kependidikan

5.      Murid

6.      Orang tua / walimurid

7.      Komite Sekolah

8.      Sarana-Prasana sekolah

9.      Lingkungan

 

6.  Jadwal Rencana Aksi Nyata Modul 1.4

1. Pembiasaan Budaya Positif  (setiap hari)

-          Budaya Disiplin              : Masuk kelas, seragam, praktik di bengkel, Parkir

-          Budaya Hidup Bersih          : cuci tangan, buang sampah pada tempatnya

-          Budaya Sopan santun         : membiasakan 5 S dan salim

-          Budaya Religius                  : berdoa sebelum dan sesudah belajar

-          Budaya Kebangsaan           : Menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Upacara

-          Budaya Mandiri                  : Pramuka

-          Budaya Kreatif                   : Pembelajaran Produk Kreatif Kewirausahaan, menghasilkan

          produk yang bermanfaat dan laku jual di masyarakat.

-          Budaya Berkebinekaan       : Toleransi beragama, pengenalan seni budaya

-          Budaya Bernalar Kritis       : Pembelajaran Teaching Factory ( pengerjaan produk pesanan

  industri / masyarakat)

2. Mensosialisasikan dan berbagi pemahaman Materi Modul 1 

- Mensosialisasikan dan berbagi pemahaman Materi rapat guru : 6 September 2022

   Materi : Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

                     Sosialisasi Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar

 

- Mensosialisasikan dan berbagi pemahaman Materi rapat guru : 27 September 2022

   Materi : Ruang Kolaborasi Nilai dan Peran Guru Penggerak

                  Sosialisasi Pemanfaatan Padlet.com sebagai media pembelajaran yang mudah

 

3.  Mengunggah Video ke Youtube dan web blog materi dan tugas secara rutin mulai : 7 September 2022 sampai dengan saat ini.

 

Demikian, jadwal upaya aksi nyata dalam rangka menghayati nilai dan peran guru penggerak.

 

Salam dan Bahagia


2.1.a.9.1 AKSI NYATA DESIMINASI BUDAYA POSITIF