Perubahan di Kelas

Modul 2.1 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI 

Sebuah hal yang umum terjadi ketika pada awal tahun pelajaran sampai akhir semester pertama, terdapat banyak kesenjangan pada KBM di sebuah  mata pelajaran, perbedaan karakter, minat, pemahaman materi, pengalaman pada materi, daya dukung dan lain-lain. Untuk itu sebelum guru memulai dengan materi pelajarannya maka perlu di laksanakan tes diagnotik. berdasarkan hasil tes diagnostik maka kita bisa mencoba beberapa bentuk pembelajaran yang berdiferensiasi baik konten, proses maupun produk.

Sebelum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi seorang guru harus menentukan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini harus transparan, artinya siswa juga harus mengetahuinya.  Langkah selanjutnya guru memetakan kebutuhan murid terlebih dahulu, dimana kebutuhan belajar murid meliputi 3 aspek, yaitu: 

Kesiapan belajar adalah kapasitas murid untuk mempelajari materi baru. Sedangkan profil belajar murid merupakan pendekatan pembelajaran yang disukai murid seperti gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang,dan kelamin. Profil belajar bisa berupa bahasa, budaya, keadaan keluarga, dan gaya belajar. 

Pada kelas X SMK saya , setelah saya beri tes diagnostik berupa soal-soal yang cukup mudah dan sederhana serta beberapa pertanyaan lisan.

Berdasarkan hasil tes diagnostik diatas maka, perlu mengimplementasikan Pembelajaran yang berdiferensiasi.

Banyak kendala yang saya alami dalam mencoba melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi pada kelas SMK yang berbasis teknik terutama terjadi pada mata pelajaran umum.

Kendala yang terjadi biasanya :

Pembelajaran yang berdiferensiasi merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berbihak pada murid sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, bagaimana dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, guru menuntun murid satu per satu, atau dalam kelompok kecil untuk mencapai kompetensi pembelajaran yang diinginkan.

Pembelajaran berdiferensiasi sendiri adalah Usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu ( Tomlinson, 2000)

Karakteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain : Lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif.

Dalam Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain:

Terdapat tiga strategi diferensiasi yaitu :

Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadapa kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya.

Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

2. Diferensiasi proses

Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari.

Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara:

3. Diferensiasi Produk

Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman, doagram) atau sesuatu yang ada wujudnya.

Produk yang diberikan meliputi 2 hal:

Sumber :



Ruang Kolaborasi 2.1 Analisis Pembelajaran Berdiferensiasi

2.1.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 2.1


Jurnal Refleksi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Sejahtera

Om Swastiastu

Namo Budhaya

Salam Kebajikan

Rahayu sagung dumadi


Salam dan Bahagia , Tergerak, bergerak dan menggerakkan


Tidak terasa Pendidikan Guru Penggerak Angkatan ke 6 PPGP Jawa Timur telah menyelesaikan modul 1 dan sudah dalam proses pembelajaran modul 2.1 yaitu Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid melalui Pembelajaran Berdiferensiasi.

Dalam kesempatan ini saya akan menyampaikan refleksi modul 2.1 dengan  model Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL) Model ini dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009). Dalam rangka menyusun refleksi dengan  model ini, maka Calon Guru Penggerak melakukan refleksi dengan  panduan sebagai berikut :

DESCRIPTION

Pembelajaran dengan alur Merdeka (Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata.Modul)  pada modul  2.1 Mulai dari diri dimulai pada tanggal 20 Oktober 2022 , seperti biasanya di laksanakan pre tes terlebih dahulu, kemudian Calon Guru Penggerak belajar secara mandiri , saling memberikan komentar pada LMS Eksplorasi Konsep.


Tujuan Pembelajaran Khusus dari modul 2.1 adalah Calon Guru Penggerak dapat menjelaskan apa konsekuensi dari keragaman murid-murid yang ada di kelas mereka, menunjukkan pemahaman tentang yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi, menjelaskan bagaimana cara mengetahui kebutuhan belajar murid.

Dalam mulai belajar mandiri pada eksplorasi konsep pada modul 2.1 ini, Saya mulai membayangkan , mengingat kembali kondisi kelas saya saat ini maupun diwaktu lalu, kelas saya di SMK YP 17-1 Madiun dengan kondisi keberagamannya diantaranya, selain berasal dari Sekolah Menengah yang berbeda-beda, bahkan ada yang berasal dari PKBM , kondisi ekonomi banyak yang berasal dari keluarga kurang mampu, lingkungan sosial yang kurang mendukung.  Keragaman yang ada tersebut tentunya akan menghasilkan keragaman kebutuhan belajar murid pula.

Dalam modul 2.1 pembelajaran yang telah saya ikuti adalah mulai dari diri, eksplorasi konsep dilanjutkan tugas pembuatan diagram Frayer. Dalam pembelajaran Ruang Kolaborasi , saya merasa banyak hal yang miskonsepsi dalam memahami materi terutama konsep tentang kebutuhan belajar murid dan pembelajaran berdiferensiasi. Dalam  pembelajaran kerja kelompok  Ruang kolaborasi , penerapan pembelajaran berdiferensiasi lebih terarah karena teman-teman dalam kelompok sangat proaktif saling mengingatkan dan menguatkan tentang konsep pembelajaran berdiferensiasi tersebut.

Maka dalam hal ini saya mencoba menyusun dan merangkum kembali hasil pengamatan dan tes diagnostik pada kelas saya yang kemudian bisa saya peroleh informasi tentang kebutuhan belajar murid yaitu Kesiapan Belajar, Minat dan Profil Belajar Murid, selanjutnya saya mencoba mendesain sebuah pembelajaran yang berdiferensiasi dengan membuat sebuah RPP Berdiferensiasi yang juga merupakan tugas LMS 2.1.a.6.1.


EXAMINATION

Banyak pembelajaran dan pengalaman yang saya peroleh dalam Modul 2.1, yang biasanya saya terbiasa melaksanakan pembelajaran hanya berdasarkan urutan materi yang ada pada silabus atau buku LKS, namun saat ini saya menyadari bahwa, kebutuhan belajar murid juga harus diperhatikan, pemilihan materi dengan keanekaragaman kesiapan belajar murid, minat dan profil minat belajar murid sangat menentukan motivasi, suasana, kenyamanan murid dalam belajar.

Dengan  keputusan guru dalam memilih materi, media, model pembelajaran yang logis dan tepat, maka jargon pembelajaran yang berpihak pada murid dapat terlaksana dengan baik.


ARTICULATION OF LEARNING

Upaya menumbuhkan disiplin positif, budaya positif, dengan pelaksanaan pembelajaran yang berdiferensiasi, pembelajaran yang berpihak pada murid, menumbuhkan pemimpin pembelajaran di kelas dan menggerakan komunitas praktisi di sekolah akan lebih mudah dan dengan sendirinya tumbuh

Upaya menuntun tumbuh kembang  murid-murid dalam menggapai cita-cita menjadi pribadi-pribadi profil pelajar pancasila perlahan namun pasti akan terwujud di masa yang akan datang.

Dengan berkoordinasi dengan pimpinan sekolah upaya Sosialisasi, diseminasi dan kolaborasi akan lebih ditingkatkan agar pemahaman tentang Pradigma Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Budaya Positif, Pembelajaran berdiferensiasi segera berjalan sesuai harapan.  


Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam dan Bahagia


2.1.a.8 Koneksi Antar Materi Pembelajaran Berdiferensiasi

2.1.a.9 Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi

2.2. a.5 Ruang Kolaborasi Pembelajaran Sosial dan Emosional

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN

MODUL 2.2

Pembelajaran Sosial dan Emosional

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Sejahtera

Om Swastiastu

Namo Budhaya

Salam Kebajikan

Rahayu sagung dumadi

Salam dan Bahagia bagi Calon Guru Penggerak

Pada pertengahan bulan November 2022 ini, Pendidikan Guru Penggerak Angkatan ke 6 kelas 44 Kota Madiun, PPGP Jawa Timur telah melaksanakan pembelajaran  modul 2.2 yaitu mempelajari Kompetensi Sosial dan Emosional. Dalam Sistem Pembelajaran melalui LMS dengan alur MERDEKA, maka dengan demikian sudah saatnya untuk membuat jurnal refleksi dwi mingguan.

Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan refleksi modul 2.2 dengan  model 4P/4F ( Peristiwa/Facts – Perasaan/Feeling – Pembelajaran/Findings – Penerapan/Future) Model refleksi 4F/4F ini dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.

Model Refleksi 4F: Facts  (Peristiwa), Feelings (Perasaan), Findings (Pembelajaran), Future (Perubahan/Penerapan).

Modul 2.2 Pembelajaran sosial emosional

Definisi : Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Tujuan : Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri) menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) dan membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.

5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE)

Kesadaran Diri

Kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.

Manajemen Diri

Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.

Kesadaran Sosial

Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda

Keterampilan Berelasi

Kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif

Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab

Kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok

Refleksi :

Mulai tanggal 14 November 2022, CGP sudah mulai belajar Modul 2.2, mulai dari diri dan dilanjutkan Eksplorasi konsep yang cukup panjang dengan materi pemecahan masalah atau studi kasus, dalam hal ini ada kasus Bapak Eling di sekolah yang multitasking hingga secara psikologis Pak Eling merasa sudah tidak sanggup untuk melaksanakan tugas secara optimal.

Namun dengan kesabaran walaupun disertai dengan perasaan yang tidak menentu, CGP sebagai pemimpin pembelajaran, belajar, dan berkolaborasi dengan rekan CGP lainnya  berusaha  untuk menumbuhkan kesadaran penuh yang dilandasi rasa ingin tahu, kepedulian, dan welas asih sebagai dasar dalam memperoleh dan menerapkan Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) bagi dirinya dan seluruh individu di dalam ekosistem sekolah, untuk mewujudkan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan dapat mendorong peningkatan kompetensi akademik

2. Feelings / Perasaan

Setelah saya mengetahui mengenai Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), saya merasa penasaran , bagaimana materi pembelajaran yang akan disampaikan serta menerapkan pada diri , siswa dan semua warga sekolah.

Selama ini dalam menjalani profesi sebagai guru, terkadang  sulit dalam mengontrol emosi dengan adanya materi pembelajaran sosial emosional ini saya merasa akan sangat membantu guru dalam memanajemen emosi, dan menumbuhkan kesadaran diri untuk lebih baik dan secara perlahan bisa mulai menumbuhkan budaya positif di sekolah.

3. Findings / Pembelajaran

Dengan mempelajari modul ini saya mengetahui bahwa  mindfulness bisa di latih,dan di biasakan pada murid serta bisa di manfaatkan untuk menumbuhkan disiplin dan budaya positif di sekolah. Diantaranya menggunakan teknik STOP, pembiasaan pada saat kegiatan pembelajaran di kelas, ekstrakurikuler atau kegiatan pelatihan secara eksplisit tentang mindfulness. Penerapan  Kompetensi Sosial dan Emosional dapat dilaksanakan dengan :

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) bertujuan untuk:

Well-being : Sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan, dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya, dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup, dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

4. Future /Penerapan

Dengan pemahaman yang cukup tentang materi KSE Saya akan menerapkan Pembelajaran Sosial dan Emosional kepada diri dan murid saya agar tidak hanya saya yang merasakan, tetapi murid juga dapat memiliki tingkat well-being yang optimal, memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang baik, memiliki ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.

Kemudian saya akan berusaha untuk medesiminasikan materi KSE pada guru dan tenaga kependidikan di sekolah agar dengan perlahan bisa menumbuhkan budaya positif di sekolah.

Demikian saya merefleksikan materi Kompetensi Sosial dan Emosional Modul 2.2

Semoga dapat bermanfaat medorong kemajuan Pendidikan di tanah air, serta menumbuhkan budaya positif di sekolah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Guru Bergerak | Indonesia Maju


RPP Pembelajaran Sosial dan Emosional Terintegrasi Bhs Inggris Kls X

Cover

Hal 1

Hal 2

Hal 4

Hal 5

Hal 6

Hal 7

Hal 8

2.2.a.8 Koneksi Antar Materi Pembelajaran Sosial Emosional

2.3.a.5.3. Unggah Tugas Ruang Kolaborasi - Modul 2.3 Couching

Jurnal Refleksi Modul 2.3 Couching untuk Supervisi Akademik

JURNAL DWI MINGGUAN

MODUL 2.3

Couching untuk Supervisi Akademik

 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Sejahtera

Om Swastiastu

Namo Budhaya

Salam Kebajikan

Rahayu sagung dumadi


Salam dan Bahagia

 

Sebuah pengetahuan dan pengalaman baru terkait dengan pelaksanaan chouching yang nanti kedepannya bisa di implementasikan dalam sebuah proses Supervisi Akademik di sekolah, seperti kita ketahui dan rasakan bahwa  selama ini pelaksanaan Supervisi Akademik hanya sekedar melaksanakan kewajiban tanpa tidak lanjut yang bermakna untuk perubahan positif pada guru dan murid.

Pembelajaran Modul 2.3 dimulai dari diri sendiri pada hari Kamis, 30 November 2022 dan dilanjutkan dengan alur MERDEKA, yaitu : Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata. 

 

Pada modul 2.3 ini, CGP akan  merefleksikan hasilpembelajaran yang saya ikuti di Learning Management System (LMS)  dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk menggambarkan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi yang saya pakai adalah Model 4P atau 4F (Peristiwa/Facts, Perasaan/Feelings, Pembelajaran/Findings, Penerapan/Future)

 

Kali ini saya akan coba merefleksi pembelajaran dan aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan pada modul 2.3 Couching Untuk Supervisi Akademik.

 

1.   Facts (Peristiwa)

Dalam minggu awal pembelajaran Mulai dari diri , saya menulis sebuah artikel berupa pemahaman awal terkait dengan Paradigma couching berdasarkan pertanyaan pemantik di LMS. Tulisan ini saya unggah dalam edublog.org pribadi saya.  Kemudian dilanjutkan Eksplorasi Konsep dengan jumlah 5 Sub materi, yaitu :

ž   2.3 - 2.1 Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan, terdiri 9 page

membahas tentang coaching, perbedaan antara metode pengembangan diri coaching, mentoring, konseling, fasilitasi dan training, konsep coaching secara umum, bagaimana coaching dilakukan dalam konteks pendidikan, paradigma coaching dilihat dari system Among yang merupakan konsep dari Ki Hajar Dewantara

ž   2.3 - 2.2. Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching, terdiri 7 page

tentang eksplorasi paradigma berpikir coaching dan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi, juga mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervise akademik, selain itu disana juga dijabarkan perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat, dibantu dengan video percakapan coaching yang membantu saya memahami tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang coach yang baik.

ž   2.3 - 2.3. Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching, terdiri 9 page

tentang kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching , disini dipelajari alur coaching mulai dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab yang diakronimkan menjadi TIRTA, diharapkan akan seperti air yang mana komunikasi bisa mengalir, disini juga dibahas tentang inti coaching yaitu presence kehadiran penuh yang terlihat pada coach, dengan memberikan perhatian penuh akan apa yang disampaikan oleh coachee, menjadi seorang pendengar aktif dengan sesekali memberikan tanggapan atas apa yang sedang dibicarakan oleh coachee, dan dibahas tentang keterampilan membuat pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching, selain itu, modul ini juga membahas tentang jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana aksi, coaching untuk melakukan refleksi, coaching untuk memecahkan masalah dan coaching melakukan kalibrasi, selanjutnya di forum diskusi eksplorasi kami saling melakukan pemantapanpemahaman dengan berdiskusi antar CGP.

ž   2.3 - 2.4 Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching, terdiri 11 page

Ditampilkan video contoh pelaksanaan couching dengan couchee : Pak Lukman dalam usahanya mengembangkan kompetensi dirinya sebagai seorang kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi akademik terhadap rekan-rekan gurunya.

 

ž   Forum Diskusi Eksplorasi Konsep, Modul 2.3 dimana CGP ditugaskan untuk membuat pernyataan mengenai keterkaitan keterampilan coaching dengan supervisi akademik, CGP menanggapi jawaban dari minimal 3 CGP lainnya.

 

 

Pada modul 2.3.a.5 yaitu ruang kolaborasi saya mendapatkan giliran berpasangan  berpasangan dengan Pak Hadi Sunarto, guru dari SMP Negeri 1 Madiun, melakukan sebuah percakapan coaching untuk memberikan pengalaman coaching secara nyata dengan teman sesama CGP, dan hasil percakapan divideokan dan diunggah sebagai salah satu tugas dari LMS, kemudian dilanjutkan  pembelajaran modul 2.3.a.6 demonstrasi kontekstual, saya di masukkan kemabli  dengan rekan 1 guru dengan Pengajar Praktik Bu Sisilia Ary Widayanti yang beranggotakan 4 orang yaitu :Pak Widodo, Bu Nurul Aini, Bu Ika Purwasari dan Bu Pudji Noerhayati, kami membuat video percakapan dengan 1 CGP menjadi observer, 1 CGP lain menjadi coach, dan 1 CGP lainnya menjadi Coachee, kemudia 1 lagi membantu untuk merekam dengan gawai seadanya.  kami melakukan secara bergiliran, kegiatan ini menambah pemahaman kami tentang bagaimana seharusnya menjadi observer, apa yang perlu diperhatikan pada saat pra observasi, saat observasi dan pasca observasi. Selanjutnya saya belajar modul 2.3.a.7 yaitu elaborasi pemahaman bersama Ibu Pudji Astuti membahas tentang coaching dan supervisi akademik lebih dalam lagi. Dan kemudian saya membuat koneksi antar materi modul 2.3, dengan memberikan refleksi saya denga apa yang saya peroleh dan bagaimana rencana  ke depannya, selanjutnya yaitu membuat rancangan aksi nyata yang berkaitan dengan supervisi akademik yang dilakukan dengan teman sejawat.

 

2. Feelings (Perasaan)

Saya merasa mendapatkan ilmu baru terkait dengan paradigma couching ini, hingga saya merasa semangat mengikuti aktivitas pembelajaran tentang coaching ini. Dalam modul ini saya merasa tertantang untuk bisa mengimplementasikan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di sekolah.

Kemudian ada rasa senang karena bisa belajar dan praktik langsung dengan teman-teman CGP lainnya. Setelah melakukan praktik couching, saya merasa masih banyak hal yang perlu di dalami  diantaranya bagaimana menyampaikan pertanyaan pemantik, mendengarkan dengan sabar, membuat pertanyaan berbobot,dan bagaimana bersikap sebagai coach yang baik.

 

3. Findings (Pembelajaran)

Banyak pembelajaran yang saya dapatkan dalam modul 2.3 ini. Diantaranya pemahaman dan pengalaman tentang couching. Paradigma couching, couching untuk supervise akademik. Bedanya dengan mentoring, fasilitasi, konseling dan training. Dalam modul ini kita juga  diajak untuk meninjau kembali materi pembelajarn pada modul sebelumnya. mulai dari konsep Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pembelajaran, tentang peran dan nilai guru penggerak, tentang pembelajaran berdiferensiasi yang berkaitan juga dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional yang semuanya berkaitan dengan coaching dan supervise akademik.  Dalam pembelajaran  modul ini juga saya mencoba merancang sebuah aksi nyata supervisi akademik terhadap rekan sejawat, untuk membantunya mengembangkan dan mendapatkan solusi secara mandiri tanpa adanya intervensi.

 

4. Future (Penerapan)

CGP diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran dikelas, menciptakan kepemimpinan kelas , menjadi coch teman sejawat dan bahkan  menjadi pemimpin Satuan Pendidikan.

Ketrampilan couching sangat penting bagi CGP dalam melaksanakan nilai, peran dan pemimpin. Seperti kita ketahui couching bisa kita gunakan dalam memcahkan permasalaahan murid-murid secara mandiri, membantu permasalahan rekan-rekan sejawat dan mendesain ekosistem Pendidikan dengan budaya positif di sekolah.

 

Demikian saya merefleksikan materi Couching untuk Supervisi Akademik Modul 2.3

Semoga dapat bermanfaat mendorong kemajuan Pendidikan di tanah air, serta menumbuhkan budaya positif di sekolah.

 

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam dan Bahagia.


Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Couching Untuk Supervisi Akademik

2.2 AKSI NYATA PEMBELAJARAN SOSIAL & EMOSIONAL DI KELAS

2.3 AKSI NYATA SUPERVISI AKADEMIK