PROSESI KAKANDE-KANDEA
Pekakande-Kandea dilakukan pada acara-acara untuk menyambut tamu-tamu penting yang berkunjung ke Daerah ini. Saat ini Pekakande-Kandea juga merupakan arena kebersamaan untuk memupuk rasa persatuan melalui Adat dan hubungan kekeluargaan serta Silaturahmi yang penuh keakraban.
PESTA ADAT MATA’A
Ma’taa merupakan warisan budaya peninggalan masyarakat Laporo yang rutin diadakan dua kali setahun. Ma’taa mengandung makna bersenang-senang setelah berhasil dalaM suatu usaha yang diwujudkan dalam bentuk makan bersama. Dengan izin sultan beberapa buah tombak dan gong diserahkan kepada parabela (pejabat yang merupakan perpanjangan tangan Sultan diluar ibukota kesultanan)
RITUAL GORANA OPUTARITUAL GORANA OPUTA
Ritual ini merupakan akulturasi tradisi adat dengan ajaran Islam yang mengandung arti tentang permohonan Paduka Sri Sultan kepada sang Maha Pencipta. Gorana Oputa juga merupakan gambaran tentang tanggung jawab pemimpin saat ini yang disimbolkan sebagai sultan, yang mana tugas utamanya adalah sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai pemimpin bidang keagamaan.
TUTURANGIANA ANDALA ATAU PAKANDEANA
Tujuan ritual ini adalah memanjatkan do’a kepada yang Mahakuasa agar senantiasa diberi perlindungan dan keselamatan serta hasil tangkapan yang melimpah selama mereka berada di laut mencari ikan. Juga merupakan suatu ungkapan rasa syukur kepada tuhan atas segalakarunia yang telah diberikan.
TARI MANGARU
Tari Mangaru berasal dari kisah seorang ksatria dari Pulau Muna yang bergelar Rajawali. Karena merasa sudah tidak ada yang bisa mengalahkan dia, akhirnya dia pun menantang para anggota Sara Wolio (anggota Dewan Legislatif Kesultanan Buton) untuk aduk ekuatan dan kesaktian.