Menjemput Hidayah di Brunei (bagian 2)
Dua orang staf KBRI menjemputku di airport. Malam itu aku menginap di Gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia sebelum besoknya pindah ke rumah yang aku huni bersama empat teman sekantor.
Aku tidak lama tinggal di rumah tersebut. Singgih dan aku sepakat untuk mencari rumah lain.
Maka sore hari itu dengan mengendarai mobil Singgih, kami menuju ke Jalan Lambak di Bandar Seri Begawan, ibu kota Brunei. Kami mendapat informasi ada rumah yang mau dikontrakkan di daerah tersebut.
Tidak susah mencari alamat yang dicari, Bandar Seri Begawan jelas tidak sebesar kota Jakarta. Setelah parkir mobil di depan rumah yang dituju, aku keluar dari mobil untuk memastikan itu rumah yang mereka cari.
Aku memberikan salam kepada penghuni rumah yang aku mundur selangkah ketika kulihat pintu rumah terbuka ....... dan pemandangan yang aku dilihat tepat di depan mataku, benar-benar membuatku terpesona.... : seorang gadis cantik berambut panjang sebahu, berusia sekitar belasan tahun (tepatnya 16 tahun), tersenyum dan bertanya :"Mau ketemu siapa...?" Aku ketika itu berusia 24 tahun..... suara itu begitu merdu terdengar di kupingku.... dengan logat khas Melayu Brunei.
Aku memperhatikan gadis remaja itu mempunyai wajah yang khas sekali, alis matanya tebal, hidung mancung dan senyumnya benar-benar membuat jantung seperti berhenti berdetak :"Maaf.... apakah ini rumahnya Pangeran Pandu?"
"Iya betul.... tapi bapak saya sedang keluar.... ada keperluan apa ya?" Oooh jadi gadis cantik itu rupanya anak Pangeran Pandu.
"Saya Fasya, staf Kedutaan Besar Republik Indonesia, kami mendengar ada rumah yang mau dikontrakkan?"
"Iya betul.... Pak,..... tapi lebih jelasnya nanti bertemu langsung dengan bapak saya saja...., nanti malam saja kalau mau datang lagi."
Aku tersenyum geli di dalam hatinya dipanggil "Pak" oleh gadis itu :"Baiklah saya balik lagi malam ini kalau begitu... hmmm.... kita siapa namanya?" (Dalam Bahasa Brunei, kita = kamu (sopan). "Saya Putri .....", gadis itu memperkenalkan namanya . Di kemudian hari, aku mendapat info nama lengkap gadis itu adalah Putri Kirana, putri sulung dari Pangeran Pandu.
Setelah pamit dan mengucapkan salam, aku kembali ke mobil dan menceritakan kepada Singgih bahwa kami mesti kembali lagi ke rumah tersebut pada malam harinya.
"Kenapa kamu tersenyum-senyum sendiri kayak gitu, Fasya?" Singgih rupanya memperhatikan juga prilaku aku ini.
"Hmmmmm...... gadis Brunei tadi cantik banget........."
"Ah kamu ini, hati-hati lho.... kita ini staf Kedutaan Besar Republik Indonesia, segala gerak gerik kita dianggap orang disini mewakili negara kita..."
Aku hanya tersenyum..... dan ingatannya kembali ke gadis tadi.... Putri..., Putri Kirana....(bersambung)