Dipublikasikan pada tanggal 07 November 2025
Kawan Islam merupakan kajian yang diwadahi oleh Divisi Kerohanian sebagai upaya meningkatkan wawasan Islami anggota muda Himpunan Mahasiswa Jurusan Kimia. Program ini juga menjadi salah satu program kerja divisi yang dilaksanakan sebanyak tiga kali selama satu periode kepengurusan.
Kegiatan kawan islam pertama mengangkat tema "Adab sebelum Ilmu" yang dibawakan oleh Ustadz Dirhamzah membahas tentang perlunya Integrasi Etika dengan Penelitian Sains dalam pandangan Islam. Perintah penelitian berasal dari seruan "Iqra’" (Bacalah/Telitilah) yang objeknya meliputi Al-Qur'an dan alam semesta. Ilmu pengetahuan tanpa etika (atau sebaliknya) terbukti tidak mengangkat martabat manusia. Oleh karena itu, penelitian harus diimbangi dengan akhlak, sesuai prinsip "al-adabu fauqol ‘ilmi" (utamakan adab daripada ilmu). Etika penelitian dalam Islam didasarkan pada prinsip Integritas, Objektivitas, Transparansi, dan Bebas Plagiasi.
Kegiatan kawan islam Kedua mengangkat tema "Adab dalam Menuntut Ilmu " yang dibawakan oleh Ustadz Faiz Mahdi membahas tentang adab dalam menuntut ilmu merujuk pada norma-norma kesopanan dan etika terpuji yang diajarkan Islam. Menuntut ilmu adalah jalan yang memudahkan seseorang menuju surga, namun keberkahan hanya didapat oleh mereka yang menuntut ilmu dengan niat yang benar dan adab yang baik. Adab-adab tersebut meliputi niat yang ikhlas karena Allah, bukan demi popularitas, menghormati guru meskipun banyak belajar secara daring, merendahkan hati atau tawadhu', dan menjaga etika digital serta tidak asal menyebarkan ilmu tanpa tabayyun (teliti). Manfaat utama dari menjaga adab adalah membuat ilmu menjadi bermanfaat dan membuka jalan kesuksesan dunia dan akhirat, karena ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar.
Kegiatan kawan islam Ketiga mengangkat tema "Adab dalam Mengamalkan Ilmu" yang dibawakan oleh Ustadz Hamansah, S.Pd., M.Pd membahas tentang adab (akhlak dan sopan santun) lebih penting daripada ilmu. Sebagaimana Syekh Abdul Qadir Al-Jailani berpendapat, ia "lebih menghargai orang yang beradab daripada berilmu," karena jika hanya berilmu, Iblis pun memiliki ilmu yang lebih tinggi daripada manusia. Sesuai dengan penggalan nasihat, "Menjadi orang penting itu baik, tapi menjadi orang baik jauh lebih penting".