Dipublikasikan pada 23 Agustus 2025
Cacing parasit merupakan salah satu masalah kesehatan global yang sering diabaikan. Infeksi cacing usus dapat menyebabkan anemia, malnutrisi, hingga keterlambatan perkembangan pada anak-anak. Dalam dunia medis, pengendalian infeksi ini sangat bergantung pada obat cacing atau anthelmintik. Menariknya, efektivitas obat-obat ini tidak terlepas dari riset kimia yang mendalam, mulai dari penemuan struktur molekul hingga mekanisme kerja di dalam tubuh.
Infeksi cacing sering tidak disadari karena gejalanya ringan. Namun, ada beberapa tanda yang dapat dikenali:
· Nafsu makan menurun meski tubuh tetap kurus.
· Anemia atau pucat, terutama bila infeksi sudah berat.
· Gatal di sekitar anus, khususnya pada malam hari (umum pada infeksi Enterobius).
· Perut buncit tetapi badan kurus.
· Sering sakit perut atau diare tanpa sebab jelas.
· Lemas, mudah lelah, dan lesu.
· Pertumbuhan anak terhambat, baik tinggi maupun berat badan.
· Benzimidazole Derivatives (Albendazole, Mebendazole)
Mengikat protein β-tubulin pada cacing, menghambat pembentukan mikrotubulus sehingga cacing kehilangan kemampuan menyerap glukosa.
· Macrocyclic Lactones (Ivermectin, Moxidectin)
Menarget kanal ion glutamat-klorida pada sel saraf cacing, menyebabkan kelumpuhan otot.
· Tetrahydropyrimidines (Pyrantel Pamoate)
Bekerja sebagai agonis pada reseptor asetilkolin nikotinik sehingga memicu kontraksi otot berlebihan hingga cacing lumpuh.
· Salicylanilides & Derivatives (Closantel, Niclosamide)
Menghambat fosforilasi oksidatif di mitokondria cacing, sehingga energi parasit terganggu dan cacing mati.
Keunggulan obat cacing terletak pada selektivitas molekulnya. Penelitian kimia medisinal dirancang agar obat hanya aktif pada parasit, tetapi aman bagi manusia. Misalnya, target utama seperti kanal ion atau tubulin pada cacing memiliki perbedaan struktur dengan manusia, sehingga meminimalkan efek samping. Namun, tantangan yang muncul adalah resistensi obat. Cacing dapat bermutasi, mengubah bentuk target protein sehingga obat tidak lagi efektif. Fenomena ini mendorong ahli kimia untuk terus mencari senyawa baru atau memodifikasi struktur lama agar tetap ampuh.
· Kesehatan Masyarakat: Program pemberian obat cacing massal di sekolah-sekolah menurunkan angka infeksi dan memperbaiki gizi anak.
· Veteriner & Pertanian: Pada hewan ternak, pemberian obat cacing meningkatkan produktivitas dan mencegah kerugian ekonomi.
· Riset Ilmiah: Studi senyawa kimia anthelmintik membuka peluang penemuan obat antiparasit lain, bahkan dikaji potensinya untuk penyakit non-parasit.
Obat cacing bukan sekadar pil kecil yang diminum setiap enam bulan, tetapi hasil panjang dari riset kimia, biologi, dan farmakologi. Dengan memahami cara kerjanya, serta mengenali ciri-ciri infeksi cacing sejak dini, kita bisa lebih menghargai peran sains dalam menjaga kesehatan masyarakat. Selain itu, ancaman resistensi menegaskan perlunya riset lanjutan agar obat cacing tetap efektif di masa depan.
Keiser, J. & Utzinger, J. (2019). Anthelmintic drugs-chemistry, biology and clinical applications. Nature Reviews Drug Discovery, 18(9), 698–717.
Campbell, W.C. (2016). History of the discovery of the anthelmintic properties of ivermectin. PLoS Negl Trop Dis, 10(9), e0005051.
Lam, S.S. et al. (2022). Advances in benzimidazole anthelmintics: chemistry and applications. ChemMedChem, 17(16), e202200228.
Geary, T.G. (2021). The macrocyclic lactones: chemical diversity and mechanism of action. IJ for Parasitology: Drugs and Drug Resistance, 15, 9–19.