Hujan Asam: Ancaman Serius Bagi Masa Depan Bumi
Hujan Asam: Ancaman Serius Bagi Masa Depan Bumi
Dipublikasikan pada 30 November 2024
Hujan asam dapat mengancam kelangsungan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan di permukaan Bumi. Hujan asam adalah fenomena alam yang terjadi ketika air hujan memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi dari biasanya atau pH air hujan tersebut rendah. Berbeda dengan hujan pada umumnya, jenis hujan ini tidak bisa dijadikan sebagai sumber air, baik untuk kebutuhan pertanian, industri, maupun pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Meski memiliki dampak negatif, hujan asam dapat dicegah.
Penyebab Hujan Asam
Penyebab utama terjadinya hujan asam adalah aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOX). Aktivitas manusia yang menjadi sumber utama polutan-polutan tersebut yaitu pembakaran bahan bakar fosil, termasuk penggunaan kendaraan bermotor, pembangkit listrik, dan pabrik industri. Hujan asam terjadi ketika senyawa sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) menyebar di atmosfer setelah diangkut oleh angin atau arus udara.
Proses Terjadinya Hujan Asam
Terjadinya hujan asam berawal dari pembakaran bahan bakar fosil oleh kendaraan bermotor, pabrik, industri maupun pembangkit listrik. Dilansir dari situs U.S. Environmental Protectional Agency (US EPA), pembakaran bahan bakar fosil itu dapat menimbulkan asap dengan berbagai jenis zat, antara lain gas karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen oksida (NO2). Ketiga gas tersebut akan naik ke atmosfer dan bereaksi dengan oksigen di udara, lalu bereaksi dengan air. Selanjutnya, gas sulfur dioksida akan mengikat oksigen di udara, kemudian berubah menjadi sulfur trioksida. Sulfur trioksida tersebut akan bereaksi dengan air di udara dan terbentuklah air hujan berupa asam sulfat (H2SO4).
Sementara itu, gas nitrogen oksida yang naik ke atmosfer juga akan bereaksi menjadi oksigen yang membentuk gas nitrogen dioksida. Nitrogen dioksida tersebut akan kembali bereaksi dengan partikel air di udara, kemudian membentuk air hujan berupa asam nitrat (HNO3) dan asam nitrit (HNO2). Asam sulfat, asam nitrat, dan asam nitrit tersebut turun ke permukaan bumi dalam bentuk air hujan, salju, atau kabut yang memiliki sifat asam. Air hujan asam terebut lantas menyirami permukaan bumi dan merembes masuk ke dalam tanah, air dan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan semua makhluk hidup di bumi.
Dampak Hujan Asam
Hujan asam dapat menyebabkan kerusakan ekosistem perairan. Hujan asam membuat air danau, sungai, dan laut menjadi lebih asam. Kondisi ini sangat berbahay bagi kehidupan akuatik. Selain itu, hujan asam juga menyebabkan kerusakan hutan dan tanah. Hujan asam dapat melarutkan nutrisi penting dalam tanah sehingga pohon sulit menyerap nutrisi yang dibutuhkan. Dampak hujan asam bagi manusia yaitu bisa menyebabkan iritasi kulit dan mata, hingga dapat merusak bangunan dan infrastruktur.
Pencegahan Hujan Asam
Terjadinya hujan asam dapat dicegah melalui pengurangan emisi gas-gas penyebab hujan asam. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hujan asam yaitu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, sebisa mungkin gunakan transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki untuk jarak yang dekat. Hemat energi denga mematikan lampu dan peralatan elektronik saat tidak digunakan. Mengurangi produksi sampah dengan mendaur ulang kertas, plastik, dan bahan lainnya. Selain itu, penanaman pohon juga dapat membantu mencegah terjadinya hujan asam, karena pohon dapat membantu menyerap karbon dioksida penyebab hujan asam. Terapkan regulasi yang ketat dan mengembangkan teknologi ramah lingkungan. Setiap tindakan kecil yang kita lakukan, sekecil apapun akan berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab hujan asam.
Referensi
Azami, Takwim dan Anto Kustanto. “Pencemaran, Kerusakan Alam dan Caa Penyelesaiannya Ditinjau dari Hukum Lingkungan”. Qistie 16, no. 1 (2023): h. 1-17.
Dreamyseila, Aumita, dkk. “Dampak Hujan Asam: Solusi Berkelanjutan untuk Memperbaiki Ekosistem Atmosfer dalam Mencapai SDGs”. Kohesi 3, no. 4 (2024): h. 1-10.
Nitasari, Alfi Nur, dkk. “Reduksi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Air Hujan dengan Metode Analisis Komponen Utama”. Zeta Math 8, no. 1 (2023): h. 7-15.
Rahmawati, Cut. “Pelindung Dinding terhadap Hujan Asam Menggunakan Geopolimer Berbasis Nanosilika dan Cellulose Nanocystals”. Jurmateks 6, no. 1 (2023): h. 1-12.
Qudus, Nur, dkk. “Filter Air Hujan dari Adsorben Alami Eceng Gondok (Echhornia Crassipes)”. Konversi Alam 4, no. 4 (2024): h. 56-70.