Coaching untuk Supervisi Akademik
Pada Modul 2.3 ini saya banyak belajar tentang penerapan coaching, terutama dalam Supervisi Akademik. Pengalaman saya selama ini saat diobservasi, saya merasa cemas karena khawatir tidak bisa melaksanakan pembelajaran yang baik di kelas. Hal itu tentu membuat perasaan kurang nyaman saat mengajar karena merasa ada yang mengamati dan tidak biasa. Saat observasi, kepala sekolah mengamati cara saya mengajar serta metode dan media yang saya gunakan saat pembelajaran. Setelah kegiatan observasi, kepala sekolah memberikan sedikit umpan balik dari kegiatan pembelajaran yang saya lakukan.
Pada alur Ruang Kolaborasi, saya bersama beberapa CGP Angkatan 9 lainnya yang tergabung dalam satu kelompok, bersama-sama mempraktikkan proses coaching secara daring. Di sini, kami sama-sama belajar dan mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching, yaitu Kehadiran Penuh (Presence), Mendengarkan Aktif, dan Mengajukan Pertanyaan Berbobot. Dalam praktik ini, kami yang terdiri dari tiga CGP, melaksanakan peran masing-masing, yaitu sebagai Coach, Coachee, dan Observer. Kami bergantian mempraktikkan tiga peran tersebut secara daring.
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.
Ruang Kolaborasi
Kegiatan Ruang Kolaborasi ini dilaksanakan secara daring oleh 3 CGP. Pada sesi ini, saya satu kelompok dengan Bapak Sukri Hosen dan Bapak Arif. Kami berperan sebagai Coach, Coachee, dan Observer/Pengamat secara bergantian. Dari praktik ini, kami bisa merefleksi praktik yang telah dilakukan dengan menulis apa yang telah baik dan yang masih perlu dikembangkan.
Demonstrasi Kontekstual
Pada alur ini saya bersama 3 CGP Angkatan 9 lainnya yaitu Bapak Sukri Hosen, Bapak Arif, dan Ibu Novita Purnama Basta berada di Kelompok C untuk melakukan praktik Coaching secara luring. Kami berperan sebagai Supervisor/Pengawas, Kepala Sekolah/Coach, dan Guru/Coachee secara bergantian. Pada hari Jumat, 1 Desember 2023, tepatnya pukul 14.00 WIB, kami sepakat untuk melakukan praktik. Awalnya kami melakukan latihan untuk praktik yang akan direkam tersebut. Sekitar satu jam kami latihan, setelah itu kami sepakat untuk praktik rekaman setelah melaksanakan salat Asar. Praktik pertama saya sendiri, Fathor Rahman sebagai Supervisor bersama Ibu Novita sebagai Coach dan Bapak Sukri Hosen sebagai Coachee. Alhamdulillah, prosesnya berjalan lancar.
Pada sesi kedua, giliran Ibu Novita, Bapak Arif, dan saya sendiri melakukan praktik dan rekaman sesuai peran yang telah ditentukan. Setelah itu, kami istirahat untuk salat maghrib dan baru melanjutkan praktik lagi setelah waktu isya. Alhamdulillah untuk sesi ketiga dan keempat juga berjalan lancar, walaupun saat itu beberapa kali turun hujan sehingga kami harus menunggu reda dulu untuk melanjutkan rekaman. Kegiatan ini selesai pada pukul 20.00 WIB. Banyak sekali pengalaman yang kami dapatkan dari praktik secara luring ini. Kami bisa berperan sebagai Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru secara bergantian. Kami juga bisa lebih paham tentang kompetensi inti coaching yang sangat penting untuk diterapkan dalam Supervisi Akademik.
Pra Observasi
Observasi
Pasca-Observasi
Proses Latihan
Proses Latihan
Elaborasi Pemahaman
Elaborasi Pemahaman
Seperti sebelumnya, pada kegiatan Elaborasi Pemahaman, kami dibimbing oleh instruktur dan bergabung di ruang virtual dengan CGP lain yang berbeda Fasilitator. Di sini, kami mengajukan pertanyaan terkait materidan praktik yang telah dilakukan serta mendapat penguatan apa yang telah dipelajari bersama. Salah satu hal yang saya pahami dari kegiatan ini bahwa, sebelum melakukan coaching, kita harus konfirmasi dulu pada rekan/coachee bahwa dia memang bersedia untuk melakukan coaching. Karena ada orang yang memang sebenarnya kebutuhannya bukan coaching, tapi mentoring, training, atau yang lainnya.
Selain itu, saya juga paham bahwa jika ada solusi yang ingin disampaikan oleh coach, seharusnya jangan pada saat proses coaching, tapi pilih waktu yang lain setelah melakukan proses coaching.