1. Larung Sesaji di Gunung Kelud
Larung Sesaji merupakan ritual adat yang diadakan pada bulan Suro.Ritual ini dilakukan di tepian kawah Anak Gunung Kelud.Tujuan diadakannya Larung Sesaji Gunung Kelud ini adalah menyukuri perlindungan Tuhan pada masyarakat sekitar sekaligus menolak bala.Dalam ritual ini, masyarakat akan membawa sesaji berupa hasil bumi seperti sayur dan buah-buahan.Selain itu juga terdapat tumpeng dengan lauk-pauk yang akan didoakan terlebih dahulu kemudian diperebutkan oleh masyarakat.Masyarakat biasanya juga akan makan bersama-sama dalam ritual ini.
2. Ritual Satu Suro di Petilasan Sri Aji Jayabaya
Saat bulan Suro masyarakat Kediri juga menggelar kirab budaya yang digelar di area petilasan Sri Aji Joyoboyo.Sebelum ritual satu suro berlangsung, akan ada doa yang dilakuakn bersama untuk meminta berkah dari Tuhan.Keesokan harinya ritual dibuka denga arak-arakan pusaka oleh masyarakat dengan mengenakan pakaian adat.Mulai dari Balai Desa Menang menuju area petilasan Sri Aji Joyoboyo dan diakhiri dengan prosesi tabur bunga setaman di Pamuksan.
3. Grobyak Ikan Suroan
Grobyak adalah salah satu acara ritual Suroan dengan menangkap ikan secara ramai-ramai oleh masyarakat di Sumber Gundi.Acara ini diadakan sekali dalam setahun.Masyarakat biasanya menggunakan alat-alat tangkap sederhana dan tradisonal.Berbagai jenis ikan seperti ikan Nila, Lele, Tombro, Patin, Gabus atau Kutuk merupakan penghuni asli Sumber Gundi.
4. Jaranan
Seni Jaranan Kediri adalah jenis kesenian kuda lumping mulai muncul sejak abad ke-11 di Wengker atau Ponorogo yang diciptakan oleh Raja Ponorogo pada masa itu, tepatnya pada tahun 1045 masehi, seusai bunuh dirinya puteri Daha atau Kediri.
5. Wayang Mbah Gandrung
Mbah Gandrung hanya ada di di Desa Pagung,Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Wayang ini punya cerita yang kebanyakan diwarisi mistis dan mitos. Masih kuat bertahan di tengah gempuran budaya kontemporer. Tak mudah bagi masyarakat untuk menyaksikan pagelaran budaya lokal Kediri yang bernama Wayang Mbah Gandrung ini . Mereka hanya pentas setiap Suro, bulan di penanggalan Jawa. Atau bila beruntung menunggu bila ada orang yang nanggap.