謎 コ ー ド の 魔 導 書
謎 コ ー ド の 魔 導 書
KITAB SANDI KOMUNITAS SIHIR JEPANG - EAST REGION OF SORCERY
Sandi Tetsu (Iron Codes) – 鉄の暗号 (Tetsu no Angō)
Kategori ini mencakup sandi yang lebih kompleks dan menantang, membutuhkan pengetahuan mendalam, keterampilan, atau teknik khusus untuk memecahkannya.
Nama Sandi: 秘密の翼 (Himitsu no Tsubasa) - Sandi Sayap Rahasia - Secret Wings Cipher
Pencipta Sandi: Ryoumen Kotori, seorang penyihir mahir dalam seni ilusi dan sandi, terkenal di kalangan penyihir istana.
Tahun Penciptaan: 1423 M, pada masa periode Muromachi (室町時代)
Sejarah
Pada awal periode Muromachi, tepatnya di tahun 1423, komunitas penyihir Jepang menghadapi tantangan besar dalam menjaga komunikasi rahasia antar klan penyihir yang tersebar di berbagai wilayah. Penguasa saat itu, Ryoumen Yoshimitsu, memiliki banyak penasihat dan mata-mata yang terampil, sehingga komunikasi menjadi lebih berisiko untuk diketahui pihak luar. Karena kebutuhan untuk menjaga keamanan pesan rahasia, Ryoumen Kotori, seorang penyihir yang ahli dalam ilusi dan pengetahuan kuno, menciptakan sandi yang dapat menyamarkan pesan menggunakan simbol-simbol yang tampak acak bagi non-penyihir.
Kotori memilih simbol sayap sebagai inspirasi utama karena sayap melambangkan kebebasan dan penyamaran yang cepat—dua hal yang krusial dalam berkomunikasi secara rahasia. Sandi ini disebut "Himitsu no Tsubasa," yang berarti “Sayap Rahasia,” di mana pesan yang terenkripsi tampak seperti susunan huruf acak tetapi sebenarnya berisi makna tersembunyi.
Sandi ini segera menjadi terkenal di kalangan penyihir Jepang karena kekuatannya yang efektif dan rumit, serta ketepatan sistematisnya yang hampir tidak mungkin dibongkar oleh non-penyihir. Dengan menggunakan rumus yang tetap, sandi ini tetap digunakan secara turun-temurun dan akhirnya dianggap sebagai salah satu sandi klasik yang dihormati dalam komunitas sihir Jepang. Keberhasilan "Himitsu no Tsubasa" dalam menjaga kerahasiaan pesan membuatnya menjadi alat vital dalam perencanaan strategis dan koordinasi antar klan penyihir, terutama dalam masa-masa konflik dan ancaman eksternal.
Penjelasan Sandi
"Himitsu no Tsubasa" menggunakan kombinasi antara Shift Cipher dan Polyalphabetic Cipher dengan dua kunci yang tetap. Sandi ini dirancang agar setiap huruf dalam pesan asli diubah berdasarkan posisinya dalam pesan serta kunci yang telah ditentukan, sehingga menghasilkan enkripsi yang lebih kompleks dan sulit dipecahkan tanpa pengetahuan tentang kunci.
Komponen Sandi:
Kunci Utama (X): Angka pertama yang digunakan untuk pergeseran huruf.
Kunci Kedua (Y): Angka kedua yang digunakan untuk pergeseran huruf berdasarkan posisi dalam pesan.
Langkah-Langkah Enkripsi:
Persiapan Pesan:
Hapus spasi dan karakter non-alfabet dari pesan asli.
Ubah semua huruf menjadi huruf kapital.
Penentuan Kunci: Tentukan dua angka kunci, X dan Y, yang disepakati oleh pengirim dan penerima pesan. Contoh: X = 3, Y = 2.
Pengubahan Huruf ke Angka:
Setiap huruf diubah menjadi angka sesuai posisi dalam alfabet (A=0, B=1, ..., Z=25).
Penerapan Shift Cipher:
Untuk setiap huruf pada posisi (n) dalam pesan:
> Jika n adalah ganjil, terapkan pergeseran dengan kunci X: E(x) = (x + X)
> Jika n adalah genap, terapkan pergeseran dengan kunci Y: E(x) = (x + Y)
> E = Huruf asli
> x = Angka/Posisi huruf asli
Pengubahan Angka ke Huruf:
Hasil pergeseran diubah kembali menjadi huruf.
Pembentukan Pesan Tersandi: Gabungkan semua huruf hasil pergeseran menjadi pesan terenkripsi.
Contoh:
Pesan Asli: "RAHASIA"
Langkah-Langkah Enkripsi:
Hapus spasi dan karakter non-alfabet: "RAHASIA"
Ubah menjadi huruf kapital: "RAHASIA"
Tentukan kunci: X=3, Y=2
Ubah huruf ke angka: R=17, A=0, H=7, A=0, S=18, I=8, A=0
Terapkan shift:
Posisi 1 (ganjil): 17 + 3 (X) = 20 → U
Posisi 2 (genap): 0 + 2 (Y) = 2 → C
Posisi 3 (ganjil): 7 + 3 (X) = 10 → K
Posisi 4 (genap): 0 + 2 (Y) = 2 → C
Posisi 5 (ganjil): 18 + 3 (X) = 21 → V
Posisi 6 (genap): 8 + 2 (Y) = 10 → K
Posisi 7 (ganjil): 0 + 3 (X) = 3 → D
Hasil Enkripsi: UCKCVKD
Langkah-Langkah Dekripsi:
Persiapan Pesan Tersandi: Pastikan pesan terenkripsi hanya mengandung huruf kapital.
Pengubahan Huruf ke Angka:
Setiap huruf diubah menjadi angka sesuai posisi dalam alfabet (A=0, B=1, ..., Z=25).
Penerapan Reverse Shift Cipher:
Untuk setiap huruf pada posisi ke-n dalam pesan:
Jika n adalah ganjil, kurangi dengan kunci X: D(x) = (x - X)
Jika n adalah genap, kurangi dengan kunci Y: D(x) = (x - Y)
Pengubahan Angka ke Huruf: Hasil pengurangan diubah kembali menjadi huruf.
Pembentukan Pesan Asli: Gabungkan semua huruf hasil pengurangan menjadi pesan asli.
Contoh:
Pesan Tersandi: "UCKCVKD"
Langkah-Langkah Dekripsi:
Pastikan pesan tersandi hanya mengandung huruf kapital: "UCKCVKD"
Ubah huruf ke angka: U=20, C=2, K=10, C=2, V=21, K=10, D=3
Terapkan reverse shift:
Posisi 1 (ganjil): 20 - 3 = 17 → R
Posisi 2 (genap): 2 - 2 = 0 → A
Posisi 3 (ganjil): 10 - 3 = 7 → H
Posisi 4 (genap): 2 - 2 = 0 → A
Posisi 5 (ganjil): 21 - 3 = 18 → S
Posisi 6 (genap): 10 - 2 = 8 → I
Posisi 7 (ganjil): 3 - 3 = 0 → A
Hasil Dekripsi: RAHASIA
Modulus 26
Jika hasil penambahan lebih dari 26, kita harus menggunakan modulus 26 untuk mengonversinya kembali ke dalam rentang alfabet A-Z. Dengan begitu, angka hasil penambahan yang lebih dari 26 akan "berputar" kembali ke awal alfabet.
Contoh: Misalkan kita menggunakan kunci X=10, Y=5, dan kita mencoba mengenkripsi huruf S (yang nilainya 18) pada posisi ganjil, dengan kunci X=10. Mari lihat cara kerjanya:
Nilai Huruf Awal: S = 18
Tambah Kunci X (10): 18 + 10 = 28
Penerapan modulus 26 adalah 28 - 26 = 2
Jadi, hasilnya adalah 2, yang merupakan huruf C.
Kesimpulan Sandi
"Himitsu no Tsubasa" atau "Sandi Sayap Rahasia" adalah sandi yang dirancang dengan prinsip kombinasi antara Shift Cipher dan Polyalphabetic Cipher, menggunakan dua kunci tetap yang memberikan kompleksitas tambahan dalam proses enkripsi dan dekripsi. Sandi ini memungkinkan penyihir Jepang untuk berkomunikasi secara rahasia dengan aman, memastikan bahwa pesan yang disampaikan hanya dapat diakses oleh pihak yang memiliki pengetahuan tentang kunci enkripsi.
Keunggulan dari sandi ini terletak pada kesederhanaan rumus yang tetap serta variasi pergeseran berdasarkan posisi huruf dalam pesan, yang membuatnya sulit untuk dipecahkan tanpa pengetahuan tentang kedua kunci. Selain itu, cerita di balik penciptaannya menambah elemen mistis dan eksklusif, menjadikan "Himitsu no Tsubasa" sebagai bagian integral dari tradisi komunikasi rahasia dalam komunitas sihir Jepang.
Kisah Terkait
Di era modern, teknologi telah merambah hampir ke semua aspek kehidupan, termasuk praktik sihir tradisional. Meskipun begitu, beberapa klan penyihir Jepang masih mempertahankan metode komunikasi kuno mereka untuk menjaga keaslian dan keamanan pesan mereka. Salah satu cerita yang terkenal adalah mengenai klan Arashi, yang menggunakan "Himitsu no Tsubasa" untuk menyusun rencana perlawanan melawan ancaman luar yang mencoba menggusur keseimbangan alam.
Pada suatu malam yang remang di kuil tersembunyi di Gunung Fuji, pemimpin klan Arashi, Lady Mizuki, menerima sebuah pesan misterius yang tampaknya dikirim oleh klan saingan. Pesan tersebut berisi ancaman yang jika tidak direspon dengan cepat, dapat mengakibatkan kekacauan magis yang meluas. Menyadari bahaya yang mungkin timbul, Lady Mizuki memerintahkan salah satu anggota muda klan, Hiro, untuk menyusun balasan menggunakan "Himitsu no Tsubasa".
Hiro, yang baru saja mempelajari sandi tersebut dari guru tua mereka, segera bekerja untuk mengenkripsi pesan balasan yang berisi rencana strategis untuk menghadapi ancaman tersebut. Dengan hati-hati, ia mengaplikasikan kunci yang telah disepakati oleh klan mereka selama bertahun-tahun, memastikan bahwa pesan tersebut hanya dapat dibaca oleh anggota klan yang berwenang.
Ketika pesan balasan tiba kembali, Lady Mizuki dengan cepat mendekripsinya dan menyebarkan informasi kepada seluruh anggota klan. Rencana yang terungkap memungkinkan mereka untuk menyiapkan perisai magis yang kuat dan menyerang balik dengan koordinasi sempurna. Berkat efektivitas "Himitsu no Tsubasa", klan Arashi berhasil mengatasi ancaman tersebut tanpa ada bocoran informasi yang jatuh ke tangan musuh.
Kisah ini menjadi legenda di antara komunitas penyihir, menunjukkan betapa pentingnya "Sandi Sayap Rahasia" dalam menjaga keamanan dan keberlangsungan klan mereka. Di zaman di mana informasi dapat dengan mudah disebarkan melalui teknologi, keberadaan sandi ini mengingatkan bahwa kebijaksanaan tradisional masih memiliki tempat penting dalam dunia modern, terutama ketika keamanan dan kerahasiaan menjadi faktor yang krusial.
Dengan demikian, "Himitsu no Tsubasa" tidak hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga simbol warisan dan kebanggaan komunitas penyihir Jepang dalam menjaga tradisi dan kekuatan magis.
Nama Sandi: 幻影の符号 (Gen'ei no Fugou) - Sandi Bayangan - The Shadow Cipher
Pencipta Sandi: Ryoumen Kageharu, seorang penyihir legendaris, ahli jimat dan pesona ilusi
Tahun Penciptaan: 1281 M, pada masa Periode Kamakura (鎌倉時代)
Sejarah
Sandi Bayangan diciptakan oleh Ryoumen Kageharu, seorang ahli jimat yang terkenal akan kemampuannya dalam menciptakan pesona ilusi yang menipu mata manusia dan penyihir lainnya. Di era Kamakura, saat Jepang mengalami serangan dari bangsa Mongol, para penyihir Jepang menghadapi dilema besar: mereka perlu berkomunikasi di medan pertempuran tanpa mengungkapkan informasi penting kepada pihak musuh. Karena itu, Kageharu menciptakan Sandi Bayangan, yang menggunakan kombinasi pola matematis dan elemen-elemen yang terinspirasi dari bayangan—mengingat para penyihir Jepang sangat akrab dengan konsep ilusi dan bayangan dalam sihir mereka.
Untuk mengimplementasikan sandi ini, Kageharu membuat formula rahasia yang menyandikan pesan dalam dua lapisan: pertama, setiap huruf dienkripsi berdasarkan posisi mereka dalam pesan, dan kedua, mereka dikonversi ke dalam bentuk bayangan simbolis yang hanya bisa dipahami oleh pengguna terlatih. Sandi ini menjadi marak digunakan sebagai cara bertukar pesan dalam organisasi penyihir tersembunyi.
Penjelasan Sandi
Sandi Bayangan menggeser setiap huruf sesuai dengan pola berulang (pola angka bayangan), yaitu 7, 3, 1, -2. Pola ini mewakili pergerakan bayangan yang berayun—tiga langkah maju dan satu langkah mundur, mengilustrasikan bayangan yang selalu berubah.
Komponen Sandi:
Alfabet diposisikan sesuai angka (A=1, B=2, ....., Z=26)
Buat Kunci Perulangan: Kunci dasar yang digunakan adalah 7, 3, 1, -2, di mana pola ini akan terus berulang hingga semua huruf dalam pesan terenkripsi. Artinya, tiap empat posisi huruf menggunakan kunci dasar 7,3,1,-2 untuk tiap hurufnya.
Enkripsi Tiap Huruf: Setiap huruf dalam pesan digeser sesuai nilai kunci. Jika hasil geseran melebihi Z, gunakan modulus 26 untuk mengembalikan dalam alfabet.
Dekripsi Tiap Huruf: Untuk membongkar sandi, terapkan kunci perulangan namun balik nilai geserannya menjadi negatif (contoh: 7 menjadi -7).
Langkah-Langkah Enkripsi:
Pesan Asli: MAGIC
M (13): 13+7 = 20 (T)
A (1): 1+3 = 4 (D)
G (7): 7+1 = 8 (H)
I (9): 9-2 = 7 (G)
C (3): 3+7 = 10 (J)
Pesan Terenkripsi: TDHGJ
Langkah-Langkah Dekripsi:
Pesan Terenkripsi: TDHGJ
T (20): 20-7 = 13 (M)
D (4): 4-3 = 1 (A)
H (8): 8-1 = 7 (G)
G (7): 7+2 = 9 (I)
J (10): 10-7 = 3 (C)
Pesan Terbongkar: MAGIC
Modulus 26
Jika hasil penambahan lebih dari 26, kita akan menggunakan operasi modulus 26 untuk mengembalikan hasil ke dalam rentang alfabet A-Z. Dengan menggunakan modulus 26, kita memastikan bahwa perhitungan "berputar" kembali ke awal alfabet ketika hasilnya melebihi 26, sehingga sandi tetap berada dalam urutan alfabet yang benar.
Contoh: Misalkan kita ingin mengenkripsi huruf Y (yang memiliki nilai posisi 26 dalam alfabet) dengan pergeseran +7 dalam sandi Bayangan.
Nilai Huruf Awal: Y = 26
Tambah Kunci (+7): 26+7 = 33
Penerapan modulus 26 adalah 33-26 = 7
Jadi, hasilnya adalah 7, yang merupakan huruf G.
Untuk mendekripsinya, tinggal menambahkan 26 pada G (7), sehingga kembali menjadi 33 lalu dikurangi dengan nilai pergeseran kunci (-7) sehingga membongkar huruf asli yaitu Y (26).
Kesimpulan Sandi
Sandi Bayangan atau Gen'ei no Fugou adalah sandi yang sederhana namun efektif, yang memanfaatkan pergeseran angka berulang sebagai "bayangan" dari pesan asli. Sandi ini dapat digunakan untuk bertukar pesan rahasia dengan cepat, mudah dienkripsi dan didekripsi hanya oleh mereka yang memahami kunci dan pola pergeseran, tanpa membutuhkan alat lain. Diciptakan dalam masa konflik, sandi ini telah menjadi salah satu warisan abadi dalam dunia sihir Jepang, memadukan seni bayangan dengan ilmu sandi.
Kisah Terkait
Di tahun 2024, sandi Gen'ei no Fugou masih digunakan oleh beberapa penyihir sebagai media bertukar pesan penting. Sebuah pesan rahasia tiba di Mahoutokoro, sekolah sihir terkenal, ditujukan kepada murid-murid senior yang bersiap untuk misi besar pertama mereka di luar negeri. Pesan itu tampak biasa, hanya beberapa huruf aneh yang tampak seperti kode, namun mereka tahu ini adalah sandi bayangan.
Salah satu murid, Yuki, dengan cepat mengenali pola kunci 7, 3, 1, -2 yang pernah dipelajarinya dalam pelajaran sejarah sihir kuno. Dengan menggunakan keterampilannya, Yuki berhasil menguraikan pesan itu, mengungkapkan peringatan yang diberikan oleh salah satu penyihir senior yang telah melakukan misi serupa sebelumnya. Pesan itu mengingatkan agar mereka berhati-hati dengan “bayangan” mereka sendiri, karena sihir di luar negeri memiliki cara yang berbeda dalam mendeteksi kehadiran sihir Jepang.
Setelah menerima pesan itu, Yuki dan kelompoknya memasukkan pesan tersebut kembali dalam Sandi Bayangan sebelum mengirimkannya ke mentor mereka, memastikan bahwa hanya mereka yang paham cara membongkar sandi ini yang akan menerima pesan. Kode yang sangat sederhana ini telah menjadi bagian penting dari identitas dan tradisi mereka, mengingatkan mereka akan betapa pentingnya menjaga rahasia—bahkan di dunia yang semakin terbuka.
Nama Sandi: 夜明けの絵文字 (Yoake no Emoji) - Sandi Fajar - Dawn Cipher
Pencipta Sandi: Tsukiyomi Ayako, seorang penyihir, ahli simbolisme dan jimat pelindung
Tahun Penciptaan: 1055 M , pada pertengahan masa Periode Heian (平安時代)
Sejarah
Pada periode Heian, Jepang berada di puncak kemegahan seni dan kebudayaan, di mana estetika dan simbolisme memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam praktik-praktik sihir. Tsukiyomi Ayako adalah seorang penyihir terhormat yang bertugas menjaga simbol-simbol magis kuno di Kuil Izumo, sebuah kuil terkenal yang dianggap sebagai tempat komunikasi dengan dunia roh.
Saat itu, banyak penyihir berkomunikasi melalui pesan yang dikirim menggunakan simbol kuno yang berhubungan dengan waktu dan alam. Namun, karena munculnya konflik dengan kelompok lain yang berusaha mencuri rahasia sihir Jepang, Ayako menciptakan Sandi Fajar (Yoake no Emoji) untuk melindungi informasi penting yang perlu disampaikan kepada rekan-rekan penyihir lainnya.
Ayako memilih “fajar” sebagai tema simbolis sandi ini, yang menggambarkan harapan dan perlindungan dari ancaman yang datang di malam hari. Sandi ini didasarkan pada pergeseran huruf yang mengikuti siklus matahari, dari kegelapan (huruf awal pesan) menuju fajar (huruf akhir pesan) dengan menggunakan nilai pergeseran yang berbeda-beda setiap kali huruf dipindahkan, layaknya pergerakan matahari yang selalu berubah.
Penjelasan Sandi
Sandi Fajar mengikuti pola pergeseran berdasarkan nilai absolut dalam tiga tahap berturut-turut, yang diulang hingga akhir pesan:
Tahap 1 (Senja): Pergeseran +2 (huruf bergerak maju 2 langkah)
Tahap 2 (Malam): Pergeseran -3 (huruf bergerak mundur 3 langkah)
Tahap 3 (Fajar): Pergeseran +5 (huruf bergerak maju 5 langkah)
Langkah-Langkah Enkripsi:
Setiap huruf dalam pesan dipindahkan sesuai urutan pola: Senja, Malam, Fajar.
Aturan posisi huruf A=1
Jika hasil pergeseran melampaui alfabet, gunakan modulus 26 untuk menyesuaikan kembali ke rentang A-Z.
Ulangi pola tiga tahap tersebut hingga seluruh huruf pesan tersandi.
Contoh:
Pesan Asli: MAGIC
M (13): 13+2 (Senja) = 15 (O)
A (1): 1-3 (Malam) = 24 (X)
G (7): 7+5 (Fajar) = 12 (L)
I (9): 9+2 (Senja) = 11 (K)
C (3): 3-3 (Malam) = 26 (Z)
Pesan Terenkripsi: OXLKZ
Langkah-Langkah Dekripsi:
Pesan Terenkripsi: OXLKZ
O (15): 15-2 (Senja) = 13 (M)
X (24): 24+3 (Malam) = 1 (A)
L (12): 12-5 (Fajar) = 7 (G)
K (11): 11-2 (Senja) = 9 (I)
Z (26): 26+3 (Malam) = 3 (C)
Pesan Terbongkar: MAGIC
Modulus 26
Jika hasil penambahan lebih dari 26, kita akan menggunakan operasi modulus 26 untuk mengembalikan hasil ke dalam rentang alfabet A-Z. Dengan menggunakan modulus 26, kita memastikan bahwa perhitungan "berputar" kembali ke awal alfabet ketika hasilnya melebihi 26, sehingga sandi tetap berada dalam urutan alfabet yang benar.
Contoh: Misalkan kita ingin mengenkripsi huruf Y (yang memiliki nilai posisi 26 dalam alfabet) dengan pergeseran +3 dalam sandi Fajar.
Nilai Huruf Awal: Y = 25
Tambah Kunci Geser Malam (+3): 25+3 = 28
Penerapan modulus 26 adalah 28-26 = 2
Jadi, hasilnya adalah 2, yang merupakan huruf B.
Untuk mendekripsinya, tinggal menambahkan 26 pada B (2), sehingga kembali menjadi 28 lalu dikurangi dengan nilai pergeseran malam (-3) sehingga membongkar huruf asli yaitu Y (25).
Kesimpulan Sandi
Sandi Fajar atau Yoake no Emoji adalah sandi yang memanfaatkan pola perubahan yang berulang seperti waktu, menciptakan lapisan perlindungan yang tidak mudah ditebak. Karena pola pergantiannya terus berulang dengan tiga langkah, sandi ini juga bisa disesuaikan dengan panjang pesan yang berbeda, sehingga sangat fleksibel untuk mengirimkan pesan dalam jumlah panjang sekalipun. Sandi ini memperkuat komunikasi rahasia antar penyihir dan menunjukkan betapa pentingnya simbolisme waktu dalam sihir Jepang.
Kisah Terkait
Di sebuah ruang tersembunyi di Mahoutokoro pada tahun 2024, seorang murid bernama Asahi menemukan catatan kuno yang ditinggalkan oleh penyihir legendaris, Tsukiyomi Ayako. Catatan itu berisi peringatan bahwa "bayangan jahat" sedang mengintai, yang mungkin mengancam keselamatan komunitas sihir Jepang. Bersama teman-temannya, Asahi memutuskan untuk mencoba menyingkap arti di balik peringatan tersebut.
Saat mereka berusaha membaca catatan, mereka menyadari bahwa tulisan Ayako berisi serangkaian huruf yang tampak tak teratur. Salah satu temannya yang mahir dalam sandi mengenali pola itu sebagai Sandi Fajar. Dalam ketegangan dan rasa ingin tahu, mereka mulai menerapkan pola pergeseran tiga tahap sesuai dengan aturan sandi ini.
Begitu mereka menyelesaikan dekripsi, pesan rahasia Ayako terbaca: “Hati-hatilah pada saat fajar berikutnya, karena kegelapan yang besar mungkin muncul di cakrawala.” Peringatan itu mengingatkan mereka akan legenda kuno mengenai bayangan misterius yang bisa menembus batas sihir.
Keesokan harinya, saat fajar, Asahi dan teman-temannya bersiap di tepi tebing, menjaga pandangan mereka di langit timur. Meski tak ada ancaman yang muncul, mereka menyadari bahwa peringatan Ayako lebih dari sekadar ancaman fisik—itu adalah pengingat untuk selalu waspada terhadap ancaman tersembunyi di sekitar mereka. Dalam keheningan itu, mereka menyadari bahwa sandi kuno ini mengajarkan mereka bukan hanya cara berkomunikasi, tetapi juga nilai kebijaksanaan dan perlindungan yang abadi.
Nama Sandi: Kage-no-Kiri (影の霧) - Kabut Bayangan - Shadow Mist
Pencipta Sandi: Ryoumen Shizuru, penyihir master yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan kabut dan bayangan
Tahun Penciptaan: 1246 M, pada masa Periode Kamakura (鎌倉時代)
Sejarah
Pada masa periode Kamakura, Jepang menghadapi ketegangan yang meningkat antara penyihir dan prajurit samurai yang mulai memperoleh kekuatan lebih besar. Penyihir di kalangan komunitas magis merasa terancam karena keterbukaan dunia magis yang semakin banyak diketahui oleh para samurai yang mencoba memanfaatkannya untuk kepentingan politik. Dalam usaha untuk menjaga kerahasiaan antara penyihir, Ryoumen Shizuru, seorang penyihir master yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan kabut dan bayangan, menciptakan sebuah sistem sandi baru yang menggunakan elemen kabut dan bayangan sebagai simbol penyembunyian pesan rahasia.
Pada saat itu, kabut (kiri, 霧) dianggap sebagai simbol dari kedalaman misteri dan ketidakjelasan, sedangkan bayangan (kage, 影) mewakili hal-hal yang tersembunyi, sulit dilihat atau dikenali. Kombinasi dari dua elemen ini menjadi dasar dari sandi yang disebut Kage-no-Kiri (Kabut Bayangan). Sandi ini menggunakan simbol visual dan perpindahan posisi huruf berdasarkan "lapisan bayangan" yang semakin gelap, yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang menguasai teknik ini. Sandi ini juga dirancang agar pesan yang disandikan bisa terselubung dalam ketidakjelasan, seperti kabut yang menutupi penglihatan.
Ryoumen Shizuru menciptakan sandi ini dalam upaya untuk melindungi komunikasi antar penyihir yang berada dalam jaringan tersembunyi di sekitar wilayah Kamakura, yang pada saat itu mulai diteror oleh pengawasan yang lebih ketat dari pihak samurai. Sandi ini tersembunyi dalam gerakan huruf dan simbol yang hanya bisa dimengerti oleh kalangan tertentu dalam komunitas penyihir.
Penjelasan Sandi
Sandi Kage-no-Kiri menggunakan prinsip rotasi huruf dengan lapisan berlapis yang berhubungan dengan "bayangan" dan "kabut". Dalam sandi ini, pesan akan dipindahkan dengan cara mengganti posisi huruf berdasarkan urutan tertentu, namun dengan lapisan yang berubah-ubah.
Setiap huruf dalam pesan akan dipindahkan ke posisi baru berdasarkan nilai numerik huruf itu di dalam alfabet, dengan sejumlah perubahan yang ditentukan oleh posisi huruf sebelumnya dalam pesan. Ada tiga lapisan rotasi yang digunakan, yang memengaruhi pergerakan huruf-huruf dalam pesan.
Lapisan 1
1 langkah (A → B, B → C, dst.)
Lapisan pertama adalah rotasi sederhana, bergerak maju satu posisi.
Lapisan 2
3 langkah (A → D, B → E, dst.)
Lapisan kedua lebih kompleks, bergerak tiga posisi maju.
Lapisan 3
5 langkah (A → F, B → G, dst.)
Lapisan ketiga bergerak lima posisi maju, menciptakan kabut lebih tebal.
Langkah-Langkah Enkripsi:
Pesan asli: "RAHASIA"
Langkah pertama (Lapisan 1):
R → S
A → B
H → I
A → B
S → T
I → J
A → B
Pesan setelah lapisan 1: "SBIBTJB"
Langkah kedua (Lapisan 2):
S → V
B → E
I → L
B → E
T → W
J → M
B → E
Pesan setelah lapisan 2: "VELWME"
Langkah ketiga (Lapisan 3):
V → A
E → J
L → Q
W → B
M → R
E → J
Pesan setelah lapisan 3: "AJQBRJ"
Pesan yang disandikan adalah "AJQBRJ".
Langkah-Langkah Dekripsi:
Pesan disandikan: "AJQBRJ"
Langkah pertama (Lapisan 3 - mundur 5 langkah):
A → V
J → E
Q → L
B → W
R → M
J → E
Pesan setelah lapisan 3: "VELWME"
Langkah kedua (Lapisan 2 - mundur 3 langkah):
V → S
E → B
L → I
W → T
M → J
E → B
Pesan setelah lapisan 2: "SBIBTJB"
Langkah ketiga (Lapisan 1 - mundur 1 langkah):
S → R
B → A
I → H
B → A
T → S
J → I
B → A
Pesan asli: "RAHASIA"
Kesimpulan Sandi
Sandi Kage-no-Kiri adalah sistem enkripsi yang menggunakan tiga lapisan rotasi berbeda berdasarkan posisi huruf dalam pesan. Setiap lapisan memberikan tingkat kesulitan berbeda dalam mengungkap pesan, mirip dengan kabut yang semakin menebal. Dengan cara ini, pesan yang disandikan tetap aman dan sulit dibaca tanpa pengetahuan tentang urutan lapisan.
Kisah Terkait
Pada masa kini, Kage-no-Kiri digunakan oleh komunitas penyihir tersembunyi di seluruh Jepang. Di zaman modern, meskipun teknologi sihir telah maju, banyak penyihir masih menggunakan sandi ini untuk berkomunikasi secara aman dan tanpa terdeteksi oleh dunia luar.
Suatu malam, seorang penyihir muda bernama Shiro menerima pesan penting dari gurunya menggunakan sandi Kage-no-Kiri. Pesan itu berkaitan dengan potensi ancaman yang mungkin datang dari kelompok penyihir gelap yang ingin menghancurkan keseimbangan dunia sihir Jepang. Shiro segera membuka pesan yang sudah disandikan dan menyadari bahwa pesannya berisi instruksi untuk melindungi artefak sihir kuno yang bisa mengubah jalannya pertempuran antara penyihir baik dan jahat.
Dengan kemampuan untuk membongkar pesan ini, Shiro merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Meskipun ia tahu betul bahwa komunikasi seperti ini tidak boleh jatuh ke tangan yang salah, ia juga merasa diberkahi oleh warisan ilmu sihir yang telah diturunkan padanya, termasuk sandi kuno yang telah digunakan selama berabad-abad.
Pesan yang disandikan dengan Kage-no-Kiri memberikan Shiro keyakinan dan keberanian untuk melangkah ke hadapan, mengetahui bahwa pesan yang ia terima aman dari mata musuh.
Nama Sandi: Kawa no Kurayami (川の暗闇) - Sandi Sungai Kegelapan - River of Darkness Cipher
Pencipta Sandi: Mizushima Haruto, seorang penyihir ahli dalam manipulasi air dan ilusi
Tahun Penciptaan: 1224 M, pada masa Periode Kamakura (鎌倉時代)
Sejarah
Pada awal periode Kamakura, muncul desas-desus bahwa beberapa kelompok non-magis mulai menyadari keberadaan komunitas sihir yang tersembunyi di sepanjang Sungai Kitakami. Sungai ini bukan hanya menjadi pusat kehidupan, tetapi juga tempat ritual sihir dan aliran energi yang menghubungkan penyihir dengan kekuatan alam. Dalam kondisi tersebut, Mizushima Haruto, seorang penyihir yang terkenal dengan kemampuan untuk mengendalikan air, menyadari bahwa perlu adanya cara untuk menjaga kerahasiaan pesan yang disampaikan antar penyihir.
Haruto menciptakan Kawa no Kurayami dengan memanfaatkan konsep aliran dan kedalaman, di mana pesan tersembunyi di dalam lapisan-lapisan angka yang menggambarkan "arus air" yang kompleks. Setiap lapisan arus mewakili kode yang lebih dalam, dan hanya mereka yang mengetahui metode penghitungan khusus dapat memecahkan pesan tersembunyi di dalamnya. Teknik ini dirancang agar pesan rahasia tidak dapat ditemukan tanpa perhitungan yang teliti. Selama berabad-abad, Kawa no Kurayami menjadi sandi andalan kelompok penyihir di wilayah Tohoku untuk menjaga komunikasi yang aman.
Penjelasan Sandi
Sandi Kawa no Kurayami menggunakan serangkaian angka yang mewakili posisi huruf dalam pola berlapis yang mengikuti arus dan kedalaman sungai. Sistem ini membutuhkan penghitungan bertingkat dan mengacu pada "kedalaman" dan "kecepatan arus" sebagai petunjuk kunci.
Langkah-Langkah Enkripsi:
Pisahkan Pesan: Bagi pesan asli menjadi beberapa kata.
Tentukan Kedalaman dan Arus:
Setiap kata diberikan kedalaman tertentu (1-3) dan kecepatan arus (1-3). Kedalaman menunjukkan lapisan sandi, dan kecepatan arus menentukan pengulangan perhitungan.
Konversi Huruf ke Posisi Angka: A=1, B=2, C=3, ..., Z=26.
Penghitungan Arus: Untuk setiap huruf, jumlahkan posisi huruf tersebut dengan kedalaman dan arus. Ulangi proses ini sesuai dengan nilai kecepatan arus.
Hasil Enkripsi: Hasil akhir berupa serangkaian angka yang mewakili posisi huruf yang sudah dikodekan ke angka (A=1).
Tabel Kedalaman, Arus, dan Operasi: Klik di Sini
Contoh Enkripsi:
Pesan Asli: “JAGA SIHIR”
Pisahkan menjadi kata-kata: "JAGA" dan "SIHIR"
Atur kedalaman dan arus. Misalnya:
"JAGA" (kedalaman 2, arus 2)
"SIHIR" (kedalaman 3, arus 3)
Konversi huruf ke angka:
"J"=10, "A"=1, "G"=7, "A"=1
"S"=19, "I"=9, "H"=8, "I"=9, "R"=18
Hitung untuk "JAGA" dengan kedalaman 2 dan arus 2:
"J"=10 → 10 + (2 x 2) = 14
"A"=1 → 1 + (2 x 2) = 5
"G"=7 → 7 + (2 x 2) = 11
"A"=1 → 1 + (2 x 2) = 5
Hasil: "JAGA" = 14, 5, 11, 5
Hitung untuk "SIHIR" dengan kedalaman 3 dan arus 3:
"S"=19 → 19 + (3 x 3) = 28
"I"=9 → 9 + (3 x 3) = 18
"H"=8 → 8 + (3 x 3) = 17
"I"=9 → 9 + (3 x 3) = 18
"R"=18 → 18 + (3 x 3) = 27
Hasil: "SIHIR" = 28, 18, 17, 18, 27
Pesan tersandi: 14, 5, 11, 5, 28, 18, 17, 18, 27
Langkah-Langkah Dekripsi:
Pesan Tersandi: 14, 5, 11, 5, 28, 18, 17, 18, 27
Atur kedalaman dan arus:
"14, 5, 11, 5" → kedalaman 2, arus 2 (untuk "JAGA")
"28, 18, 17, 18, 27" → kedalaman 3, arus 3 (untuk "SIHIR")
Hitung mundur:
"14" → 14 - (2 x 2) = 10 = "J"
"5" → 5 - (2 x 2) = 1 = "A"
"11" → 11 - (2 x 2) = 7 = "G"
"5" → 5 - (2 x 2) = 1 = "A"
"28" → 28 - (3 x 3) = 19 = "S"
"18" → 18 - (3 x 3) = 9 = "I"
"17" → 17 - (3 x 3) = 8 = "H"
"18" → 18 - (3 x 3) = 9 = "I"
"27" → 27 - (3 x 3) = 18 = "R"
Pesan asli: JAGA SIHIR
Kombinasi Kedalaman dan Arus
Dalam sandi Kawa no Kurayami, kedalaman dan kecepatan arus bisa dikombinasikan dalam berbagai variasi sesuai kebutuhan. Jadi, kedalaman 1, kecepatan arus 3 adalah kombinasi yang mungkin dan dapat digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas dan variasi dalam pengiriman pesan. Kombinasi kedalaman dan kecepatan arus dalam sandi Kawa no Kurayami dioperasikan menggunakan rumus yang mengombinasikan posisi huruf asli dengan hasil kali antara kedalaman dan kecepatan arus.
Contoh Perhitungan Kedalaman 1, Kecepatan Arus 3:
Formula: Posisi Huruf + (Kedalaman x Kecepatan Arus)
Dalam hal ini, untuk setiap huruf, tambahkan posisinya dengan hasil kali antara kedalaman (1) dan kecepatan arus (3)
Dalam penghitungan kombinasi, rumus operasi di tabel tidak digunakan
Misalnya, jika kita ingin menyandikan huruf "K" (dengan posisi 11 dalam alfabet):
Kedalaman 1, Kecepatan Arus 3: Posisi K+(1×3)= 11+3=14 (N)
Contoh Enkripsi Kombinasi
Jika kita menyandikan kata "MAJI":
Konversi huruf ke angka:
"M" = 13, "A" = 1, "J" = 10, "I" = 9
Hitung untuk "MAJI" dengan kedalaman 1, kecepatan arus 3:
"M"=13 → 13 + (1 x 3) = 16
"A"=1 → 1 + (1 x 3) = 4
"J"=10 → 10 + (1 x 3) = 13
"I"=9 → 9 + (1 x 3) = 12
Hasil sandi untuk "MAJI" adalah 16, 4, 13, 12.
Contoh Dekripsi Kombinasi
Untuk membongkar kembali sandi ini, cukup lakukan penghitungan sebaliknya dengan mengurangi hasil kali antara kedalaman dan kecepatan arus dari angka tersandi:
"16" → 16 - (1 x 3) = 13 = "M"
"4" → 4 - (1 x 3) = 1 = "A"
"13" → 13 - (1 x 3) = 10 = "J"
"12" → 12 - (1 x 3) = 9 = "I"
Dengan cara ini, pesan asli "MAJI" berhasil dikembalikan dari pesan tersandi 16, 4, 13, 12.
Modulus 26
Modulus 26 memastikan bahwa jika hasil posisi setelah operasi penjumlahan (untuk enkripsi) atau pengurangan (untuk dekripsi) berada di luar batas alfabet, posisi tersebut akan "dibungkus" kembali ke awal alfabet.
Kesimpulan Sandi
Sandi Kawa no Kurayami adalah sandi yang memanfaatkan konsep kedalaman dan kecepatan arus sungai, menciptakan sistem penghitungan bertingkat yang sulit dipahami oleh mereka yang tidak memiliki pengetahuan tentang kombinasi kedalaman dan arus. Dengan metode ini, pesan bisa disembunyikan di balik angka-angka yang tampak acak dan rumit.
Kisah Terkait
Pada tahun 2024, Kawa no Kurayami kembali digunakan oleh sebuah kelompok kecil penyihir muda bernama Aozora no Dōmei yang beroperasi di wilayah Sendai. Kelompok ini menemukan ancaman yang berpotensi membahayakan komunitas sihir mereka karena pengawasan yang semakin ketat dari dunia non-magis. Dalam situasi darurat, salah satu anggota, Yuki Aihara, menerima pesan rahasia yang tersandi dengan pola angka aneh.
Awalnya, Yuki merasa bingung, tetapi ingatannya tentang sandi yang pernah dipelajarinya dalam pelatihan bersama Aozora no Dōmei menuntunnya untuk membongkar pola angka tersebut. Setelah beberapa kali perhitungan, Yuki berhasil menyingkap pesan yang menginformasikan tentang lokasi pertemuan rahasia, tempat mereka akan membahas rencana untuk melindungi komunitas sihir dari ancaman tersebut.
Dengan sandi kuno ini, mereka merasa aman untuk bertukar pesan meski dalam situasi genting, sebab Kawa no Kurayami memberikan mereka perlindungan dan rasa persatuan yang dibutuhkan.
Nama Sandi: 鏡の闇 (Yami no Kagami) - Cermin Kegelapan - Mirror of Darkness
Pencipta Sandi: Ryoumen Hikaru, seorang penyihir ahli ilusi dan bayangan
Tahun Penciptaan: 1347 M, pada masa Periode Muromachi (室町時代)
Sejarah
Pada awal periode Muromachi, konflik antar klan sihir semakin memanas akibat persaingan dan perebutan wilayah magis. Dalam lingkungan politik yang penuh tipu muslihat ini, penyihir dari klan Ryoumen menciptakan cara unik untuk mengirim pesan rahasia yang sulit dipecahkan oleh penyihir dari klan lain. Ryoumen Hikaru, yang dikenal sebagai ahli sihir ilusi dan bayangan, menciptakan sandi ini untuk berkomunikasi secara tersembunyi dengan sekutunya. Sandi ini menggunakan prinsip bayangan refleksi seperti cermin, yang membuatnya tampak seolah-olah pesan yang asli tersembunyi di balik pantulan. “Yami no Kagami” menjadi sandi yang populer di antara kalangan penyihir hingga akhirnya terlupakan seiring dengan modernisasi sandi dan alih generasi.
Sandi ini dikenal rumit karena menggunakan kombinasi dua lapisan enkripsi yang melibatkan pembacaan cermin dan perhitungan angka untuk menyusun kembali pesan aslinya. Bagi yang tidak mengetahui kunci “pembacaan cermin” dan pola angka yang benar, pesan akan terlihat seperti rangkaian huruf tak bermakna.
Penjelasan Sandi
Prinsip Dasar Sandi:
Cermin Refleksi: Setiap huruf dalam pesan dibalik secara horizontal, layaknya bayangan dalam cermin. Sebagai contoh, huruf “A” menjadi “Z”, “B” menjadi “Y”, dan seterusnya. Ini disebut sebagai “pembacaan cermin”.
Matriks Pola Angka Berlapis: Untuk setiap huruf, gunakan matriks pola angka sebagai penambah atau pengurang
Perhitungan Berlapis (Lapisan Kegelapan): Setelah pesan dipantulkan, sebuah perhitungan angka diterapkan pada posisi huruf hasil pembalikan dengan pola angka acak yang diketahui oleh pembuat pesan dan penerima. Pola ini diputar dalam bentuk matriks angka.
Tabel Refleksi Cermin dan Matriks Pola Angka Berlapis: Klik di sini
Cara Menentukan Kolom dan Pola Matriks yang Digunakan
Posisi Huruf dalam Pesan: Setiap huruf dalam pesan diberi nomor urut sesuai posisi mereka. Misalnya, jika kita memiliki pesan berisi lima huruf (contoh: "MAGIC"), maka:
M (posisi ke-1)
A (posisi ke-2)
G (posisi ke-3)
I (posisi ke-4)
C (posisi ke-5)
Pemilihan Kolom Pola Matriks Berdasarkan Posisi Huruf. Kolom pada pola matriks dipilih berdasarkan posisi huruf dalam pesan. Misalnya:
Huruf pertama menggunakan kolom pertama, baris pertama (+3).
Huruf kedua menggunakan kolom kedua, baris pertama (-2).
Huruf ketiga menggunakan kolom ketiga, baris pertama (+4).
Huruf keempat menggunakan kolom keempat, baris pertama (-1).
Huruf kelima kembali ke kolom pertama, baris kedua (-5)
Dan seterusnya. Apabila seluruh kolom dan baris telah habis, kembali ke kolom pertama, baris pertama.
Penggunaan Nilai Pola dalam Matriks untuk Operasi pada Huruf: Setiap nilai pada kolom matriks yang sesuai ditambahkan atau dikurangkan dari nilai posisi alfabet hasil "pembacaan cermin".
Perhatikan bahwa jika hasilnya melebihi 26 (huruf Z), digunakan modulus 26 agar kembali ke dalam rentang alfabet.
Contoh Enkripsi:
Pesan asli adalah “MAGIC”
Pembalikan Cermin:
M → N
A → Z
G → T
I → R
C → X
Hasilnya adalah: NZTRX
Perhitungan Matriks:
N (14) + 3 (matriks kolom 1, baris 1) = Q (17)
Z (26) - 2 (matriks kolom 2, baris 1)= X (24)
T (20) + 4 (matriks kolom 3, baris 1)= X (24)
R (18) - 1 (matriks kolom 4, baris 1)= Q (17)
X (24) - 5 (matriks kolom 1, baris 2)= S (19)
Hasil akhir terenkripsi: QXXQS
Langkah-Langkah Dekripsi:
Pesan terenkripsi "QXXQS"
Pembalikan Matriks:
Q (17) - 3 = N (14)
X (24) + 2 = Z (26)
X (24) - 4 = T (20)
Q (17) + 1 = R (18)
S (19) + 5 = X (24)
Hasilnya adalah: NZTRX
Pembacaan Cermin Terbalik:
N → M
Z → A
T → G
R → I
X → C
Hasil asli pesan: MAGIC
Modulus 26
Modulus 26 memastikan bahwa jika hasil posisi setelah operasi penjumlahan (untuk enkripsi) atau pengurangan (untuk dekripsi) berada di luar batas alfabet, posisi tersebut akan "dibungkus" kembali ke awal alfabet.
Kesimpulan Sandi
Sandi Yami no Kagami menggabungkan pembacaan bayangan cermin dengan perhitungan berlapis, menghasilkan metode sandi kompleks yang sangat efektif dalam menyembunyikan pesan. Kombinasi kedua metode ini membuat sandi sulit dipecahkan tanpa mengetahui pola angka matriks dan metode pembalikan cermin. Hanya mereka yang mengetahui teknik penuh sandi ini yang dapat mengembalikan pesan ke bentuk aslinya.
Kisah Terkait
Pada era modern, sandi Yami no Kagami dianggap warisan rahasia di kalangan komunitas sihir Jepang. Generasi muda penyihir di Mahoutokoro menemukan kembali sandi ini melalui teks kuno yang disimpan di perpustakaan tersembunyi sekolah. Kaito, seorang siswa yang berbakat dalam seni magis, menemukan cara untuk menggunakan sandi ini untuk menyampaikan pesan rahasia ke teman-temannya saat berencana untuk menyelidiki sumber kekuatan misterius di sekitar Gunung Fuji.
Kaito dan teman-temannya mengetahui bahwa di balik fenomena energi yang muncul, ada sebuah kelompok yang disebut “Hitori no Yoru” (夜の独り), yang kabarnya menguasai teknik sihir terlarang. Mereka memutuskan untuk berkomunikasi menggunakan Yami no Kagami agar setiap pesan tidak bisa dibaca oleh guru atau penyihir lain yang mungkin memantau aktivitas mereka.
Suatu malam, Kaito mengirim pesan kepada rekannya, Misaki, menggunakan sandi Yami no Kagami. Pesan itu berisi rencana mereka untuk bertemu di kuil tua pada malam purnama, ketika energi sihir mencapai puncaknya. Dengan perhitungan yang matang, pesan itu berhasil disampaikan dan dijawab menggunakan sandi yang sama. Berkat Yami no Kagami, Kaito dan teman-temannya berhasil mempertahankan kerahasiaan rencana mereka, melanjutkan petualangan mereka tanpa terdeteksi oleh para penjaga magis sekolah.
Penggunaan sandi ini membuat mereka merasakan kedekatan dengan masa lalu dan memberikan tantangan tersendiri dalam berkomunikasi. Kaito menyadari bahwa ilmu sihir kuno dan sandi yang diturunkan generasi demi generasi masih memiliki peran penting dalam menjaga hubungan rahasia, membangkitkan rasa hormat dan kehormatan atas warisan sihir yang ada.