Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 61/Permentan/PK.320/12/2015, Kementerian Pertanian telah menetapkan 25 (dua puluh lima) penyakit masuk pada PHMS (Penyakit Hewan Menular Strategis) sesuai dengan Kajian yang telah dilakukan Ditkeswan, yaitu Antrax, Rabies, penyakit mulut dan kuku (PMK), Bovine Spongiform Encephalophaty, Salmonellosis, Rift Valleh Fever, Brucellosis (Brucella abortus), Highly pathogenic Avian Influenza dan Low Phatogenic Avian Inflyenza, Porcine Reproductive and Resporatory Syndrom, Helminthiasis, Haemorrhagic Septicaemia/Septicaemia Epizootica, Naipah Virus Enchepalitis, Infectious Bovine Rhinotracheitis, Bovine Tuberculosis, Leprospirosis, Brucellosis (Brucella suis), Penyakit Jembrana, Surra, Pratuberculosis, Tocoplasmosis, Calssical Swine Fever, Sine Influenca Novel (H1N1), Campylobacteriosis, Cystticercosis, dan Q Fever.
Anthrax adalah penyakit menular yang akut atau perakut, bisa menyerang semua jenis ternak berdarah panas bahkan manusia. Penyakit ini bisa mengakibatkan angka kematian tinggi.
Penyebab penyakit anthrax pada sapi adalah Bacillus anthracis. Kuman Anthrax bisa membentuk spora yang bisa bertahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah, tahan terhadap kondisi atau lingkungan yang panas, dan bahan kimia atau desinfektan. Oleh karena itu, hewan yang mati yang terjangkit Anthrax dilarang melakukan pembedahan pada bangkainya supaya tidak membuka peluang bagi organisme untuk membentuk spora. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis.
Infeksi pada ternak bisa berasal dari tanah yang tercemar organisme atau kuman Anthrax. Kuman masuk tubuh ternak melalui luka, terhirup bersama udara atau tertelan. Pada manusia infeksi biasanya terjadi dengan perantaraan luka,bisa juga dengan melalui pernafasan para pekerja penyeleksi bulu domba atau melalui saluran pencernaan bagi orang yang memakan daging hewan penderita Anthrax yang dimasak tidak secara sempurna.
Gejala atau Tanda tanda penderita Anthrax yaitu sebagai berikut:
Kematian mendadak dan adanya perdarahan di lubang-lubang kumlah (lubang hidung, lubang anus, pori pori kulit).
Ternak mengalami kesulitan bernapas, demam tinggi, gemetar, berjalan sempoyongan, kondisi lemah, ambruk dan kematian secara cepat.
Pada kuda gejalanya biasanya kronis dan menyebabkan kebengkakan pada tenggorokan.
Pada manusia bisa terjadi tukak atau luka pada kulit dan kematian mendadak.
Pencegahan Penyakit Anthrax
Dilakukannya vaksinasi yang teratur tiap tahun di daerah wabah.
Pengawasan yang ketat dan teratur terhadap lalulintas atau keluar masuknya ternak.
Mengasingkan ternak yang sakit atau diduga sakit.
Bangkai ternak yang saki atau diduga sakit tidak boleh dibuka, namun harus dibakar atau dikubur dalam-dalam.
Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus PMK, bersifat akut dan menular sangat cepat pada sapi, kerbau, babi, kambing, domba dan hewan berkuku genap lainnya. PMK memiliki tingkat morbiditas yang sangat tinggi tetapi tingkat mortalitasnya rendah. Infeksi ditandai dengan pembentukan lepuh dan kemudian erosi pada selaput lendir mulut, diantara kuku, lekuk kaki dan puting susu. Kerugian ekonomi yang disebabkan PMK meliputi penyebaran penyakit yang sangat cepat dan meluas, penurunan berat badan, penurunan produksi susu, kehilangan tenaga, hambatan pertumbuhan, hambatan lalu lintas ternak termasuk penyebaran bibit antar daerah, berkurangnya sumber devisa karena hilangnya daya eksport ternak dan hasil-hasil pertanian lainnya, maka penyakit ini perlu mendapat perhatian pemerintah untuk mempertahankan status bebas.
Cara Penularan
Penyakit mulut dan kuku (PMK) menular dengan cepat. Virus masuk ke dalam tubuh hewan melalui mulut atau hidung dan virus memperbanyak diri pada sel-sel epitel di daerah nasofaring (Arzt et al. 2011), virus PMK kemudian masuk ke dalam darah dan memperbanyak diri pada kelenjar limfoglandula dan sel-sel epitel di daerah mulut dan kaki (teracak kaki) mengakibatkan luka/lepuh. Penularan PMK dari hewan sakit ke hewan lain terutama hewan yang peka dapat terjadi dengan dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan secara langsung terjadi karena adanya kontak langsung dengan hewan sakit, kontak dengan air liur dan leleran hidung, dan bahan-bahan yang terkontaminasi virus PMK, serta hewan karier. Sedangkan penularan secara tidak langsung terjadi karena kontak dengan bahan/alat yang terkontaminasi virus PMK, seperti petugas, kendaraan, pakan ternak, produk ternak berupa susu, daging, jerohan, tulang, darah, semen, embrio, dan feses dari hewan sakit. Penyebaran PMK dari suatu daerah ke daerah lain pada umumnya terjadi melalui perpindahan atau transportasi ternak yang terinfeksi, produk asal ternak tertular dan hewan karier atau hewan pembawa virus infektif dalam tubuh (Salt 1993).
Indonesia pernah menjadi negara tertular PMK (Ronohardjo et al. 1984), dan penyakit ini pertama kali dilaporkan pada pada tahun 1887 di Malang, yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah Indonesia, seperti pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan.
Namun pada tahun 1990, Indonesia berhasil dibebaskan kembali dari PMK yang status bebasnya dinyatakan dinyatakan dalam Resolusi OIE no XI tahun 1990 (Ditkeswan 2014). Pada tahun 2013 pemerintah Indonesia menetapkan bahwa PMK merupakan penyakit hewan menular strategis (PHMS) yang harus diwaspadai dan dicegah (Menteri Pertanian 2013). Sampai saat ini Indonesia masih dinyatakan bebas dari PMK dan tanpa program vaksinasi yang diputuskan dengan Resolusi OIE no XV tahun 2019 (OIE 2019c).
Nampaknya tahun 2022 Indonesia tidak lagi bebas PMK dengan munculnya kembali PMK di Jawa Timur yang dikonfirmasi oleh PUSVETMA pada tanggal 5 Mei 2022.
Biosekuriti merupakan serangkaian tindakan yang meliputi: 1.). Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans, 2). Melarang pemasukan ternak dari daerah lain, terutama daerah tertular, 3). Melakukan tindakan karantina dengan ketat, 4). Menjaga kondisi ternak dengan manajemen pemeliharaan yang baik, 5). Meningkatkan sanitasi dan mendesinfeksi kandang dan sekitarnya secara berkala.
Tindakan biosekuriti tersebut harus diterapkan secara bersama-sama dan kompak oleh seluruh masyarakat baik dari unsur Pemerintah maupun petani, peternak dan pengusaha khususnya pengusaha yang terkait dengan bidang pertanian, peternakan.
Sumber bacaan:
https://distanpangan.baliprov.go.id/penyakit-mulut-dan-kuku-pmk/
Jembrana merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus yang biasanya ditemukan pada Sapi Bali. Virus yang menyebabkan penyakit Jembrana pada sapi bali adalah berasal dari virus Retroviridae, sub-family Lentivirinae.
Virus ini merupakan virus baru dan merupakan virus yang satu kelompok dengan virus HIV pada manusia. Penularan penyakit Jembrana ini pada Sapi Bali berasal dari gigitan lalat yang menghisap darah, misalnya Tabanus rubidus.
Penyakit Jembrana ini berawal dari Kabupaten Jembrana, Bali, sekitar tahun 1964 sapi-sapi ternak di Bali terkena penyakit dengan gejala tertentu yang kemudian dinamakan penyakit Jembrana.
Setelah itu, penyakit Jembrana menyebar hingga ke wilayah di Indonesia lainnya seperti Jawa Timur dan Kalimantan.
Gejala :
Suhu tubuh sapi meningkat hingga 42 derajat celcius
Sapi mengalami diare yang disertai dengan darah
Adanya bercak-bercak darah pada sapi
Kematian secara mendadak
Sapi terlihat seperti mengalami depresi, tidak bisa tenang seperti biasanya
Adanya pembengkakan pada kelenjar limfeprescapularis, prefemoralis, parotis.
Keluar cairan dari hidung sapi
Penyakit ini bisa saja tertular dari gigitan nyamuk, lalat ataupun caplak. Serangga tersebut merupakan serangga penghisap darah.
Proses penularan terjadi saat serangga tersebut menghisap darah hewan sapi yang telah terinfeksi secara otomatis virus akan terbawa oleh serangga dan bisa menular ke hewan sapi lainnya saat serangga tersebut menghisap darah sapi yang sehat.
Cara penularan yang lain bisa juga melalui transmisi melalui jarum suntik bekan sapi yang telah terinfeksi.
Penyakit Jembrana pada Sapi Bali sebenarnya dapat dicegah. Bagaimanakah cara untuk mencegahnya? Berikut ini adalah tipsnya.
Melakukan karantina selama beberapa hari antara sapi yang baru datang dari lingkungan yang berbeda dengan sapi yang sudah ada di peternakan anda. Jika Sapi yang baru datang sudah dinyatakan sehat maka barulah anda gabungkan antara tempat sapi lama dengan sapi yang baru datang.
Jika ada sapi yang sakit, segeralah isolasi agar tidak menular ke sapi lainnya. Segerlah melakukan tindakan pengobatan kepada sapi yang sakit.
Melakukan Vaksinasi jembrana sesuai dengan dosis yang disarankan oleh dokter kepada sapi untuk menghindari dari terkenanya penyakit Jembrana.
Memberikan makanan yang cukup pada sapi dan vitamin yang cukup pada sapi agar sapi sehat dan kebal terhadap segala penyakit termasuk penyakit Jembrana.
Menjaga kebersihan kandang sapi dengan menyemprotkan cairan khusus serangga agar lalat yang menyebabkan penyakit Jembrana tidak bersarang di kandang sapi.
Sumber : https://agrotek.id/hewan/penyakit-jembrana/