KELAS X

SEMESTER GASAL



BAB I

PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI

PERTEMUAN 1 : HAKIKAT ILMU GEOGRAFI

A. Ruang Lingkup Pengetahuan Geografi

1. Definisi Geografi menurut para ahli

Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu gejala atau fenomena yang ada di permukaan bumi dilihat dari sudut pandang keruangan.

2. Ruang lingkup geografi

Terdiri dari 3 bagian, yaitu:

a. Geografi fisik, mempelajari gejala-gejala alam di permukaan bumi yang meliputi atmosfer, litosfer, hidrosfer dan biosfer. Gejala alam tersebut berkaitan dengan bentuk, repief, iklim, dan segala sesuatu tentang bumi, serta tentang proses-proses fisik yang terjadi di darat, laut dan udara yang berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia.

b. Geografi sosial / Geografi :Mempelajari segala aktifitas kehidupan manusia di bumi dan interaksinya dengan lingkungan, baik dalam lingkungan sosial, ekonomi maupun budaya.

c. Geografi Teknik: mempelajari cara-cara menvisualisasikan dan menganalisis data dan informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara, dan citra hasil penginderaan jauh

3. Berikut beberapa ilmu penunjang geografi.

a. Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari masalah atmosfer, misalnya,: suhu, udara, cuaca, angin, dan berbagai sifat fisika dan kimia atmosfer lainnya.

b. Klimatologi adalah ilmu yang menyelidiki masalah iklim.

c. Astronomi, adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit di luar atmosfer bumi,misalnya, matahari, bulan, bintang, dan ruang angkasa.

d. Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan, terutama batubatuannya,misalnya, sejarah kejadian, komposisi, struktur, dan proses perkembangan batuan.

e. Geomorfologi (morfo artinya bentuk) adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk muka bumi dan segala proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.

f. Ilmu tanah adalah ilmu yang mempelajari tanah-tanah secara keseluruhan, mencakup sifat fisik dan kimia tanah, struktur tanah, persebaran jenis tanah, dan sebagainya.

g. Hidrografi/hidrologi (hidro artinya air) adalah ilmu yang berhubungan dengan pencatatan, survei, serta pemetaan siklus air (tawar) yang ada di kerak bumi, baik yang berada di permukaan maupun yang ada di dalam kerak bumi, mencakup di dalamnya pola distribusi, sifat-sifat, dan karakteristik air.Turunan dari hidrologi, antara lain, limnologi (mempelajari tentang danau), hidrometeorologi (mempelajari kondisi air di udara), hidrologi fluvial (sungai), dan groundwater hidrology (hidrologi air tanah).

h. Oseanografi (ocean artinya laut) adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat fisik dan sifat kimia kelautan. Sifat fisik meliputi arus laut, gelombang, dan suhu air laut. Sifat kimia meliputi salinitas dan keasaman air laut. Kedua sifat tersebut berpengaruh terhadap ekosistem dan pemanfaatan laut.

i. Ekologi adalah ilmu tentang lingkungan hidup, mencakup di dalamnya hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya.

j. Biogeografi (bio artinya hidup) adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang faktor-faktor alam yang memengaruhi penyebaran makhluk hidup.

k. Geografi manusia adalah cabang ilmu geografi yang mengkaji tentang aspek sosial, ekonomi, dan penduduk. l. Geografi politik adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang negara yangditinjau dari sudut pandang letak negara tersebut di muka bumi, sehingga dapat diketahui kondisi alamnya, karakteristik penduduknya, dan dasar-dasar pengambilan kebijakan politik dari negara tersebut.

l. Geofisika adalah ilmu yang mengkaji sifat-sifat bumi (bagian dalam) dengan metode atau teknik fisika, misalnya dalam mengkaji gempa bumi, gravitasi, dan medan magnet.

m. Geografi penduduk adalah cabang ilmu geografi yang mengkaji tentang penduduk dan kaitannya dengan pengaruh lingkungan hidupnya sehingga dapat menampilkan karakter dan sosial-budaya yang beraneka ragam.

n. Geografi ekonomi adalah cabang ilmu geografi yang khusus mempelajari tentang ekonomi penduduk meliputi distribusi perekonomian penduduk yang dipengaruhi oleh kondisi alam.

o. Antropogeografi adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari persebaran bangsabangsa di muka bumi dilihat dari sudut pandang geografis, disebut juga etnografi.

p. Paleontologi adalah ilmu tentang fosil-fosil dari bentuk kehidupan di masa purba yang berada di bawah lapisan-lapisan bumi.

q. Geografi regional merupakan cabang ilmu geografi yang mempelajari kawasan tertentu secara khusus, misalnya, geografi Timur Tengah dan geografi Asia Tenggara.

r. Geografi fisik adalah cabang ilmu geografi yang mengkaji bentuk dan struktur permukaan bumi.

s. Geografi matematik adalah cabang ilmu geografi yang dapat digunakan untuk memperlihatkan bentuk, ukuran, dan gerakan bumi, misalnya, lintang dan bujur geografi, meridian, paralel, dan luas permukaan bumi.

t. Geografi historis adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari bumi ditinjau dari sudut sejarah dan perkembangannya

B. Objek studi Geografi

Secara garis besar objek studi geografi terbagi menjadi dua bagian besar yaitu geografi fisik dan geografi sosial. Gabungan antara geografi fisik dan geografi sosial terjadi geografi regional. Geografi fisik adalah bagian ilmu geografi yang mempelajari tentang semua peristiwa di muka bumi, baik di darat, laut, udara, maupun luar angkasa beserta faktor penyebab terjadinya. Geografi sosial adalah bagian dari ilmu geografi yang mempelajari tentang interaksi antar manusia, sedangkan geografi regional adalah ilmu yang mempelajari tentang perwilayahan dari negara-negara yang ada. Untuk lebih jelasnya lihat aspek-aspek geografi.

Objek geografi juga mencakup interaksi antara manusia dan lingkungannya. Manusia hidup dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dibumi. Pemanfaatan tersebut berupa permanfaat lahan pertania, tambang, laut dan sebagainya.

Dari pemanfaatan sumber daya terseubt, itu berarti bahwa ada interaksi antar manusia dan lingkungannya yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu kebutuhan pokok maupun kebutuhan tambahan. Interkasi manusia dan sumber daya alam tersebut menjadi kajian ruang lingkup ilmu geografi agar keberlangsungannya tetap terjaga. Sangatlah bijak jika kita selalu menjaga dan memelihara alam dengan sebaik-baiknya.


PERTEMUAN 2

A. Konsep Geografi

Konsep dasar geografi merupakan unsure penting dalam memahami fenomena atau kejadian geografi. Penjabaran konsep geografi selalu berkaitan dengan penyebaran, relasi, fungsi, bentuk, dan proses yang terjadi. Konsep dasar geografi terdiri atas sepuluh konsep sebagai berikut :

1. Konsep lokasi ; Konsep lokasi terdiri atas dua macam, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.Lokasi absolut terkait dengan garis lintang dan garis bujur. Lokasi relatif adalah lokasi suatu tempat yang dilihat dari wilayah lain.

2. Konsep jarak : Konsep jarak menunjukkan jarak antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya dan memiliki peranan penting dalam kehidupan social, ekonomi, ataupun kepentingan pertahanan.

3. Konsep keterjangkauan :Konsep keterjangkauan tidak hanya dipengaruhi oleh jarak, tetapi juga dipengaruhi oleh medan.

4. Konsep pola : Konsep pola berkaitan dengan susunan, bentuk, dan persebaran fenomena dalam ruang muka bumi.

5. Konsep morfologi : Konsep morfologi terkait dengan pembentukan morfologi muka bumi.

6. Konsep: Konsep aglomerasi menjelaskan adanya suatu fenomena yang cenderung mengelompok.Sebagai contoh adanya pengelompokan kegiatan ekonomi seperti industry dan perdagangan.Selain itu, juga terjadi pengelompokan antara suatu kelompok yang berasal dari daerah tertentu.

7. Konsep nilai kegunaan : Konsep nilai kegunaan berkaitan dengan nilai guna suatu wilayah.Tiap wilayah memiliki nilai kegunaan berbeda yang dapat dikembangkan menjadi potensi yang menunjang perkembangan suatu wilayah.

8. Konsep interaksi dan interdependensi : Konsep interaksi dan interdependensi menunjukkan keterkaitan dan ketergantungan satu daerah dengan daerah lain. Suatu daerah berinteraksi dengan daerah lain guna memenuhi kebutuhan penduduknya karena tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi dari daerahnya sendiri. Contoh : interaksi antara kota dan desa.

9. Konsep diferensiasi areal : Konsep diferensiasi areal menunjukkan bahwa suatu tempat memilikiperbedaan dengan tempat lain atau suatu daerah memiliki kekhasan. Perbedaan dapat terjadi dalam hal misalnya bentang alam, penduduk, perekonomian, dan perkembangan wilayah.Contoh : di daerah pantai penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan dan di daerah pegunungan penduduk bermata pencaharian sebagai pekebun.

10. Konsep keterkaitan ruangan

Konsep keterkaitan ruangan menunjukkan derajat keterkaitan antar wilayah, baik keterkaitan unsure alam maupun social.Perbedaan potensi wilayah mendorong terjadinya interaksi antar wilayah berupa pertukaran barang, manusia, ataupun budaya.Contoh : Kota Jakarta didukung daerah sekitarnya yang memasok tenaga kerja.


KATA KUNCI PENYELESAIAN SOAL KONSEP GEOGRAFI

  1. Lokasi: kalau ada angka astronomis dan posisi satu sama lain

2. Jarak: kalau ada angka km dan waktu

3. Morfologi: kalau ada gambaran permukaan bumi yang berupa dataran, bukit, gunung, dataran tinggi, pegunungan

4. Keterjangkauan: kalau ada kondisi daerah yang sulit diakses/mudah karena ada rintangan

5. Pola: kalau ada istilah pemukiman menyebar, memusat, atau pola sungai dendritik dll

6. Nilai guna: kalau disebutkan manfaat dari tempat tersebut

7. Interaksi: kalau ada hubungan saling menguntungkan antar tempat

8. diferensiasi: kalau ada dua unit wilayah yang dibedakan

9. Aglomerasi: kalau suatu gejala dipusatkan/dibangun di satu lokasi

10. Asosiasi: kalau ada kecenderungan kaitan gejala dalam satu wilayah


B. Prinsip Geografi

Suatu fenomena yang terjadi dapat dipahami dan dijelaskan keterkaitannya dengan fenomena lain. Dalam ilmu geografi terdapat empat prinsip yang digunakan.Prinsip-prinsip tersebut dapat membedakan ilmu geografi dengan ilmu-ilmu lainnya.Empat prinsip geografi dijelaskan sebagai berikut.

1) Prinsip DistribusiPrinsip distribusi atau penyebaran : prinsip yang menerangkan bahwa persebaran fenomena geografi di permukaan bumi tidak merata. Misalnya, kesuburan tanah antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya tidak sama.

2) Prinsip Interelasi : Manusia dan alam memiliki keterkaitan yang erat.Interelasi yang terjadi di alam dapat timbul, baik antara alam dengan alam itu sendiri maupun alam dengan manusia.Misalnya, banjir bandang terjadi akibat penggundulan hutan yang dilakukan oleh manusia.

3) Prinsip Deskripsi : Fenomena alam dan manusia menunjukkan saling keterkaitan.Keterkaitan antaraaspek alam (lingkungan) dan aspek manusia dapat dideskripsikan atau dijabarkan.Pendeskripsian itu melalui fakta, gejala masalah, serta sebab akibat secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik dan diagram. Pendeskripsian ini akan membantu untuk memahami berbagai fenomena alam maupun sosial yang terjadi di permukaan bumi.

4) Prinsip Korologi : Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebab interelasi, dan deskripsi.Fenomena alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, fungsi, dan bentuk


A. Aspek Geografi

Willian Kirk menyusun stuktur lingkungan geografi menjadi dua sebagai berikut.

1. Aspek Fisikal

Aspek Fisikal geografi meliputi hal-hal berikut.

a. Aspek topologi, membahas hal-hal yang berkenaan dengan letak atau lokasi suatu wilayah, bentuk muka buminya, luas area, dan batas-batas wilayah yang mempunyai ciri-ciri khas tertentu.

b. Aspek biotik, membahas karakter fisik dari manusia, hewan, dan tumbuhan.

c. Aspek nonbiotik, membahas tentang tanah, air, dan atmosfer (termasuk iklim dan cuaca).

2. Aspek Nonfisik

Aspek ini menitikberatkan pada kajian manusia dari segi karakteristik perilakunya.Pada aspek ini manusia dipandang sebagai fokus utama dari kajian geografi dengan memperhatikan pola penyebaran manusia dalam ruang dan kaitan perilaku manusia dengan lingkungannya.Beberapa kajian pada aspek ini diantaranya sebagai berikut.

a. Aspek sosial, membahas tentang adat, tradisi, kelompok masyarakat, dan lembaga sosial.

b. Aspek ekonomi, membahas tentang industri, perdagangan, pertanian, transportasi, dan pasar.

c. Aspek budaya, membahas tentang pendidikan, agama, bahasa, dan kesenian.

d. Aspek politik, misalnya membahas tentang kepartaian dan pemerintahan.

B. Pendekatan Geografi

Dalam ilmu geografi terdapat pendekatan-pendekatan khusus yang digunakan.Pendekatan tersebut merupakan ciri khas dari ilmu geografi untuk menjelaskan berbagai fenomena alam maupun social.Tiga pendekatan dalam ilmu geografi sebagai berikut.

1. Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang. Pendekatan keruangan mendasarkan pada perbedaan sifat penting lokasi seperti struktur, pola, dan proses.Struktur keruangan berkaitan dengan elemen pembentuk ruang yang berupa kenampakan titik (point features), kenampakan garis (lines features), dan kenampakan area (areal features).

2. Pendekatan Kelingkungan atau Ekologi (Ecological Approach)

Pendekatan kelingkungan merupakan analisis berdasarkan interaksi manusia dengan lingkungannya yang membentuk ekosistem.Pendekatan lingkungan menekankan pada keterkaitan antara suatu fenomena geosfer dengan variable lingkungan yang ada.Kerangka analisis pendekatan kelingkungan tidak hanya mengaitkan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan fisik, tetapi juga mengaitkan hubungan makhluk hidup dengan fenomena alam dan dan perilaku manusia.

3. Pendekatan Kompleks Wilayah

Pendekatan kompleks wilayah mendasarkan pada kombinasi antara pendekatan keruangan dan pendekatan kelingkungan (ekologi).Pendekatan ini menekankan pengertian areal differentiation, yaitu tiap-tiap wilayah memiliki perbedaan karakteristik. Perbedaan ini mendorong suatu wilayah berinteraksi dengan wilayah lain. Permintaan dan penawaran dari berbagai wilayah yang berbeda menimbulkan interaksi wilayah sehingga menyebabkan suatu wilayah berkembang.Contoh pendekatan kompleks wilayah adalah perencanaan daerah transmigrasi


PERTEMUAN 3

BAB II

PENGETAHUAN DASAR PEMETAAN, PENGINDRAAN JAUH, DAN SIG

A. PENGERTIAN, JENIS, DAN FUNGSI PETA

  • Pengertian Peta

  1. Peta secara umum adalah rupa permukaan bumi yang digambarkan menggunakan suatu sistem proyeksi dengan skala tertentu sehingga dapat disajikan dalam bidang datar.

  2. Menurut Perhimpunan Kartografi Internasional, peta merupakan gambaran atau representasi unsur-unsurkenampakan abstrak yang dipilh dari permukaan bumi, dalam kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa

  • Jenis-jenis Peta

  1. Peta Umum : menggambarkan segala sesuatu di permukaan bumi secara umum) , meliputi :

a. Peta korografi : peta yang menampilkan permukaan seluruh atau sebagian permukaan bumi secara umum)

b. Peta topografi : peta yang menampilkan relief atau bentuk permukaan bumi

c. Peta dunia : peta umum dengan berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah sangat luas)

  1. Peta tematik : menggambarkan segala sesuatu di permukaan bumi secara khusus

  2. Peta berdasarkan skalanya

a. Peta Kadaster (memiliki skala yang sangat besar, yaitu 1 : 100 sampai 1 : 5.000)

b. Peta skala besar (memiliki skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000)

c. Peta skala sedang (memiliki skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000)

d. Peta skala kecil (memiliki skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000

  • Fungsi Peta

  1. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu wilayah di muka bumi.

  2. Memperlihatkan atau menggambarkan fenomena-fenomena dan bentuk-bentuk pada permukaan bumi.

  3. Memperlihatkan ukuran, luas daerah, dan jarak di permukaan bumi.

  4. Menyajikan informasi dalam konteks keruangan

  • Tujuan Peta

  1. Membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk navigasi atau perencanaan.

  2. Analisis data spasial

  3. Menyimpan informasi

  4. Membantu dalam pembuatan suatu desain

  5. Komunikasi informasi ruang

PERTEMUAN 4


  • Komponen Peta

Komponen-komponen atau unsur-unsur peta antara lain

1. Judul ;Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas tengah, atas kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin diletakkan di kanan atas.

2. Legenda : Legenda adalah keterangan dari simbol-simbol yang merupakan kunci untuk memahami peta.

3. Orientasi/tanda arah : Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas peta. Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat sebagai petunjuk arah.

4. Skala : Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah legenda. Skala dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Skala angka. Misalnya 1 : 2.500.000. artinya setiap 1 cm jarak dalam peta sama dengan 25 km satuan jarak sebenarnya.

b. Skala garis. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horizontal yang memiliki panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm atau lebih untuk mewakili jarak tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta.

c. Skala verbal, yakni skala yang ditulis dengan kata-kata.

5. Simbol : Peta Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya,Berdasarkan bentuknya simbol dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

a. Simbol Garis : Simbol garis digunakan untuk mewakili data geografis yang berhubungan dengan jarak, contoh : sungai, jalan, rel dan batas wilayah.

b. Simbol Titik : Simbol Titik digunakan untuk mewakili tempat, contoh : kota, gunung dan objek-onjek penting lainnya.

c. Simbol Area : Simbol Area digunakan untuk mewakili suatu luasan tertentu, contoh : danau, rawa, gurun dan hutan.

6. Tipe Huruf (Lettering) : Lettering berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada. Macam penggunaan letering:

Obyek Hipsografi ditulis dengan huruf tegak, contoh: Surakarta

Obyek Hidrografi ditulis dengan huruf miring, contoh: Laut Jawa

7.Garis Astronomis : Garis astronomis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah yang dibentuk secara berlawanan arah satu sama lain sehingga embentuk vektor yang menunjukan letak astronomis.

8. Inset ;Inset adalah peta kecil yang disisipkan di peta utama. Macam-macam inset antara lain:

Inset penunjuk lokasi, berfungsi menunjukkan letak daerah yang belum dikenali

Inset penjelas, berfungsi untuk memperbesar daerah yang dianggap penting

Inset penyambung, berfungsi untuk menyambung daerah yang terpotong di peta utama

9. Garis Tepi Peta : Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta dan untuk meletakkan garis astronomis, secara beraturan dan benar pada peta

10. Sumber dan Tahun Pembuatan : Sumber peta adalah referensi dari mana data peta diperoleh.

11.. Garis Lintang dan Garis Bujur : Garis lintang adalah garis yang melintang dari arah barat - timur atau dari arah timur - barat Garis bujur adalah garis yang membujur dari arah utara - selatan atau selatan - utara.


PERTEMUAN 5

Menghitung SKALA PETA

Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarang yang sebenarnya dari lokasi tempat yang digambarkan dalam peta.

Skala peta mempunyai fungsi untuk mengitung jarak sesungguhnya antara dua lokasi yang tergambar di peta.

  • Pengertian Jarak pada Peta
    Jarak pada peta ialah jarak antara satu wilayah ke wilayah lain yang terdapat pada peta mewakili jarak sebenarnya di atas permukaan bumi. Jarak pada peta ini umumnya menggunakan satuan cm

  • Pengertian Jarak Sebenarnya
    Jarak sebenarnya ialah jarak sebenarnya antara satu wilayah ke wilayah lain. Jarak sebenarnya umumnya menggunakan satuan km.

  • Cara Menghitung Skala Pada Peta

    1. Membandingkan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan

contoh soal : jika ada skala 1:500.000, itu artinya jarak 1 cm pada peta setara dengan 500.000 cm pada jarak yang sebenarnya.

Latihan soal 1

Pada sebuah peta berskala 1:10.000.000, jarak antara kota A dan kota B adalah 5 cm. Berapakah jarak sebenarnya antara kota A dan kota B.

KERJAKAN LATIHAN SOAL DI ATAS !!!! UPLOUD PEKERJAAN KALIAN DI PRESENSI HARIAN KALIAN!!

PERTEMUAN KE 6

Perhatiakan contoh soal Berikut !

Pada sebuah peta berskala 1:10.000.000, jarak antara kota A dan kota B dipeta adalah 5 cm. Berapakah jarak sebenarnya antara kota A dan kota B?

Jawab:

Jarak sesungguhnya = 5 cm / 1 : 10.000.000

= 5 cm Ă— 10.000.000 / 1

= 50.000.000 cm

Jadi, jarak sesungguhnya antara kota A dan B adalah 50.000.000 cm atau 500 km.

dan PAHAMI RUMUS LENGKAP SKALA PETA DIBAWAH INI

Dibawah ini adalah rumus lengkap menghitung skala peta, untuk mencari

  1. skala peta

  2. jarak sebenarnya

  3. Jarak dipeta

Latihan soal 2

Jarak antara kota C dan kota D pada suatu peta adalah 8 cm. Jarak sebenarnya antara kota C dan kota D adalah 160 km. Berapakah skala peta tersebut berdasarkan satuan cm?

langkah menghitung

  1. ubah jarak sebenarnya yang masih Km ke dalam satuam Cm

  2. masukan dalam rumus , pastikan satuan jarak di peta dan jarak sebenarnya sudah sama yaitu Cm

  3. hitunglah skala peta dengan menggunakan rumus diatas


PROYEKSI PETA

Penggambaran bentuk permukaan bumi yang melengkung jika digambarkan pada bidang datar pasti akan mengalami kesalahan.


Untuk menghindari atau memperkecil kesalahan, dipilihlah cara penggambaran peta dengan proyeksi.


Proyeksi peta adalah cara pemindahan permukaan bumi yang melengkung ke bidang datar.


Agar peta yang dibuat dengan baik, terdapat tiga kategori jenis proyeksi yang dapat digunakan, yaitu harus conform, equivalent, dan equidistant.

  1. Conform

Conform artinya bentuk-bentuk bidang daerah. pulau, dan benua yang digambar pada peta harus sesuai dengan bentuk aslinya di alam.


  1. Equivalent

Equivalent artinya daerah-daerah atau bidang-bidang yang digambarkan harus sebanding luasnya dengan apa yang terdapat di alam


  1. Equidistant

Equidistant artinya jarak-jarak yang digambarkan pada peta harus tepat perbandingannya dengan keadaan sesungguhnya.


Berdasarkan jenis proyeksinya, proyeksi peta dibedakan atas 4 jenis, yaitu proyeksi zenital (zenital), proyeksi silinder (cylindrical), proyeksi kerucut (conic), dan proyeksi unik (unique).


1. Proyeksi Zenital

Proyeksi zenital adalah proyeksi dengan bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola bumi



2. Proyeksi Silinder

Proyeksi silinder adalah keadaan ketika semua paralel berupa garis horisontal dan semua meridian berupa garis lurus vertikal. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambarkan daerah ekuator, sebab di arah kutub terjadi pemanjangan garis (pemekaran).


3. Proyeksi Kerucut

Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan bola bumi pada kerucut yang menyinggung atau memotong bola bumi. Bindang kerucut itu kemudian dibuka sehingga bentangannya ditentukan oleh sudut puncaknya.

PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH

  1. Pengertian Pengertian Penginderaan Jauh

Istilah Penginderaan Jauh (remote sensing) pertama kali diperkenalkan oleh Parker di Amerika Serikat pada akhir tahun 1950-an dari Instansi Kelautan Amerika Serikat.

Pada awal tahun 1970-an, istilah serupa juga digunakan di Prancis dengan sebutan teledetection, di Jerman dengan istilah fenerkundung serta di Spanyol dengan istilah teleperception.

Beberapa ahli mendefinisikan penginderaan jauh sebagai berikut.

Lilesand dan Kiefer (1979)

Penginderaan Jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dngan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontal langsung terhadap objek atau gejala yang dikaji

Lindgren (1985)

Penginderaan Jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan mengatasi tentang bumi.

American Society of Photogrametry

Penginderaan Jauh adalah pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat objek atau fenomena dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji.

2.. Komponen Penginderaan Jauh


1. Sumber Tenaga

Dalam Penginderaan Jauh harus ada sumber tenaga, baik sumber tenaga alamiah maupun sumber tenaga buatan.


Tenaga ini mengenai obyek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor.

Ia juga dapat berupa tenaga dari obyek yang dipancarkan ke sensor.


Dalam penginderaan jauh harus ada sumber tenaga yaitu matahari yang merupakan sumber utama tenaga elektro magnetik alami.


Penginderaan jauh dengan memanfaatkan tenaga alamiah disebut penginderaan jauh sistem pasif.

2. Atmosfer

Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang sehingga hanya sebagian kecil tenaga elektromagnetik yang dapat mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh.


Jendela atmosfer yang paling dikenal orang dan digunakan dalam penginderaan jauh hingga sekarang spektrum tampak yang dibatasi oleh gelombang 0,4 m s/d 0,7 m.


Tenaga elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak seluruhnya dapat mencapai permukaan bumi secara utuh karena sebagian terhalang oleh atmosfer.


Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir- butir yang ada di atmosfer, seperti debu, uap air, dan berbagai macam gas.


Proses penghambatannya dapat terjadi dalam bentuk serapan, pantulan, dan hamburan.

3 Sensor

Tenaga yang datang dari obyek di permukaan bumi diterima dan direkam oleh sensor. Tiap sensor mempunyai kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik.


Disamping itu juga kepekaanya berbeda dalam merekam obyek terkecil yang masih dapat dikenali dan dibedakan terhadap obyek lain atau terhadap lingkungan sekitarnya.


Kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran obyek terkecil ini disebut resolusi spasial. Resolusi spasial ini merupakan petunjuk bagi kualitas sensor.


Semakin kecil obyek yang dapat direkam olehnya, semakin baik kualitas sensornya.


Berdasarkan atas proses perekamannya, sensor dibedakan atas sensor fotografik dan sensor elektromagnetik.


1. Sensor Fotografik

Pada sensor fotografik, proses perekamannya berlangsung dengan cara kimiawi.

Tenaga elektromagnetik diterima dan direkam pada lapisan emulsi film yang dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya.


Fotonya disebut foto satelit atau foto orbital. Jadi, dalam proses ini film berfungsi sebagai penerima tenaga dan sekaligus sebagai alat perekamannya.


Jika pemotretan dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya, citranya disebut foto udara. Jika pemotretannya dilaku kan melalui antariksa, citranya disebut citra orbital atau foto satelit.


2. Sensor Elektrik

Berbeda dengan sensor fotografik, sensor elektronik menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik.


Alat penerima dan perekamnya berupa pita magnetik atau detektor lainnya, buka film.


Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetik ini kemudian dapat diproses menjadi data visual maupun menjadi data digital yang siap dikomputerkan.


Pemrosesannya menjadi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan memotret data yang direkam oleh pita magnetik yang telah diujudkan secara visual pada sejenis layar televisi, atau dengan menggunakan film perekam khusus.


Hasil akhirnya memang berupa foto dengan sebagai alat perekamnya, akan tetapi film disini hanya berfungsi sebagai alat perekam saja, bukan sebagai alat penerima tenaga secara langsung yang sekaligus sebagai alat perekam.


Oleh karena itu, hasil akhirnya tidak disebut foto udara, melainkan disebut citra penginderaan jauh yang untuk mudahnya disingkat dengan citra.


Citra meliputi semua gambaran visual planimetrik yang diperoleh dengan jalan penginderaan jauh. Jadi foto udara termasuk citra, akan tetapi tidak semua citra berupa foto udara.


Kepekaan sensor tidak sama. Sensor fotografik hanya peka terhadap spektrum tampak (0,4 ÎĽm - 0,7ÎĽm) dan perluasannya, yaitu spektrum ultraviolet dekat (0,3ÎĽm - 0,4ÎĽm) dan spektrum inframerah dekat (0,7ÎĽm - 0,9ÎĽm).


Sensor elektronik lebih besar kepekaanya, yakni meliputi spektrum tampak dan perluasannya, spektrum inframerah termal, dan spektrum gelombang mikro.

5. Perolehan Data

Perolehan data bisa dilakukan manual maupun secara visual, maupun dengan numerik atau digital. Perolehan data dengan cara manual yaitu dengan cara menginterpretasi foto udara secara visual.

6. Pengguna Data

Tingkat kemampuan dari penerapan sistem penginderaan jauh ditentukan oleh pengguna data. Kemampuan pengguna data dalam menerapkan hasil penginderaan jauh juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang mendalam tentang disiplin ilmu masing-masing maupun cara pengumpulan data dari sistem penginderaan jauh.



JENIS CITRA PENGINDERAAN JAUH

Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor.


Data indraja juga berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data visual dibedakan menjadi dua, yaitu data citra dan data noncitra.


Data citra dalah berupa gambaran yang mirip dengan wujud aslinya atau minimal berupa gambaran planimetri. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik.


Citra indraja adalah gambaran suatu gejala atau objek sebagai hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan cara optic, elekrooptik, maupun elektronik.


Citra dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra nonfoto (nonphotographic image)


CITRA FOTO

Citra foto adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi sebagai hasil pemotretan dengan menggunakan kamera. Citra foto dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera, sudut liputan kamera, jenis kamera, wahana yang digunakan, dan system wahananya.


1) Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan

Berdasarkan spectrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu sebagai berikut.

  • Citra foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum ultraviolet.

  • Citra foto ortokromatik, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari warna biru hingga sebagian warna hijau.

  • Citra foto inframerah modifikasi, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari warna merah dan sebagian warna hijau.

  • Citra inframerah asli, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah.

  • Citra foto pankromatik, yaitu citra foto yang dibuat demgan menggunakan seluruh spektrum tampak.


2) Posisi Sumbu Kamera

Berdasarkan posisi sumbu kamera terhadap permukaan bumi citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu citra foto vertical dan citra foto condong.

  • Citra foto vertikal, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi. kemiringan sumbu kamera sebesar 10 - 40

  • Citra foto condong, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera miring, umumnya membentuk sudut sebesar 100 atau lebih.


3) Jenis Kamera

Berdasarkan kamera yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu citra foto tunggal dan citra foto jamak.

  • Citra foto tunggal, yaitu citra foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Oleh karena itu, setiap objek hanya tergambar dalam satu lembar foto.

  • Citra foto jamak, yaitu citra foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan objek liputan yang sama.


4) Warna yang Digunakan

Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto berwarna dibedakan menjadi 2, yaitu citra foto warna asli (true color) dan citra foto warna semua (false color).


5) Sistem Wahana

Berdasarkan wahana yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu citra foto udara dan citra foto satelit.

  • Citra foto udara, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang bergerak di udara, contohnya laying-layang, balon udara, dan pesawat terbang.

  • Citra foto satelit, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang bergerak di ruang angkasa, umumnya satelit.



CITRA NON FOTO

Citra nonfoto adalah gambar atau citra tentang suatu objek yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera dengan cara memindai (scanning). Citra nonfoto dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, sensor yang digunakan, dan wahana yang digunakan.


1) Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu citra inframerahtermal, citra radar, dan citra gelombang mikro.

  • Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan menggunkan spectrum inframerah termal.

  • Citra radar, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang mikro dan sumber tenaga buatan.

  • Citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang mikro.


2) Sensor yang Digunakan

Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra tunggal dan citra multispektral.

  • Citra tungal, yaitu citra yang dibuat dengan dengan menggunakan sensor tunggal.

  • Citra multipektral, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan sensor saluran jamak.


3) Wahana yang Digunakan

Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra dirgantara dan citra satelit.

Citra dirgantara

Citra dirgantara yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di udara atau dirgantara


Citra satelit

Citra satelit yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di antariksa. Citra ini dibedakan menurut penggunaanya, sebagai berikut:

  • Citra satelit untuk penginderaan jauh

  • Citra satelit untuk penginderaan cuaca

  • Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi

  • Citra satelit untuk penginderaan laut

INTERPRETASI CITRA

Unsur-unsur interpretasi citra sebagai berikut:

1. Rona (tone/color tone/grey tone) adalah tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada citra.


Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0,4 - 0,7) ÎĽm.


Di dalam penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar. Jadi, rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.


Warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.


Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila ia hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4-0,5)ÎĽm, (0,5-0,6)ÎĽm, atau (0,6-0,7)ÎĽm.


Warna Berdasarkan Pantulan


a = tampak biru karena memantulkan saluran biru


b = tampak kuning karena menyerap sinar biru


Sebaliknya bila obyek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan warna hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka obyek akan tampak dengan warna kuning.


Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan di dalam ujud hitam putih, warna menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih beraneka.


Ada tingkat kegelapan di dalam warna biru, hijau, merah, kuning, jingga, dan warna lainnya.


Meskipun tidak menjelaskan cara pengukurannya, Ester et al. (1983) mengutarakan bahwa mata manusia dapat membedakan 200 rona dan 20.000 warna.


Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto berwarna lebih mudah bila dibandingkan dengan pembedaan obyek pada foto hitam putih.


Pernyataan yang senada dapat diutarakan pula, yakni pembedaan obyek pada citra yang menggunakan spektrum sempit lebih mudah darpada pembedaan obyek pada citra yang dibuat dengan spektrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna.


Asas inilah yang mendorong orang untuk menciptakan citra multispektral.


Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya rona dan warna di dalam mengenali obyek.


Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya.


Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya.


Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar.


Mengingat pentingnya rona dan warna sebagai unsur dasar, maka perbincangannya akan melebihi unsur interpretasi lainnya.


Perbincangan rona akan meliputi: (1) cara pengukuran rona, (2) faktor yang mempengaruhi rona, (3) cara pengukuran warna, (4) faktor yang mempengaruhi warna.

2. Bentuk

Mencerminkan konfigurasi atau kerangka obyek, baik bentuk umum (shape) maupun bentuk rinci (form) untuk mempermudah pengenalan data.

3. Ukuran

Ukuran adalah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, volume lereng, ketinggian tempat dan kemiringan.


Ukuran dapat mencirikan obyek sehingga dapat dijadikan sebagai ciri pembeda dengan obyek lainnya


Karena ukuran obyek pada ctra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.


Contoh:

Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau industri. Rumah mukim pada umumnya lebih kecil bila dibandingkan dengan kantor atau industri.


Lapangan orlahraga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat, lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tenis, dan sekitar 8 m x 15 m bagi lapangan bulu tangkis.


Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga ditentukan oleh volumenya. Volume kayu dapat ditaksir berdasarkan tinggi pohon, luas hutan, serta kepadatan pohonnya, dan diameter batang pohon.

4. Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan atau pengolangan rona pada citra. Dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu tekstur halus, sedang dan kasar.


Contoh:

Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.


Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan bertekstur kasar


Permukaan air yang tenang bertekstur halus.

5. Pola

Pola adalah kecenderungan bentuk suatu obyek , misal pola aliarn sungai, jaringan jalan dan pemukiman penduduk.


Pola atau susunan keruangan merupakan ciri bagi beberapa obyek alamiah.


Contoh:

Pola aliran sungai sering menandai bagi struktur geologi, litologi, dan jenis tanah. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan.


Pola aliran yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang sehingga pengikisan berlangsung efektif.


Pola aliran dendritik mencirikan jenis tanah atau jenis batuan serba sama dengan sedikit atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan.


Pola aliran dendritik pada umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vulkanik, dan endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis.


Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap jalan.


Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

6. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada pada daerah gelap. Obyek yang berada pada daerah gelap biasanya tidak terlihat atau hanya samar-samar.


Meskipun demikian bayangan sering menjadi kunci penting pada pengenalan beberapa obyek yang justru lebih tampak pada bayangannya.


Contoh:

Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi lebih tampak dari bayangannya.


Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis pada foto berskala 1:5.000 juga lebih tampak dari bayangannya.


Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan

7. Situs

Situs merupakan tempat kedudukan suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya.


Situs diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar.


Estes dan Simonet (1975), mengartikan situs sebagai letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Di dalam pengertian ini, Monkhouse (19740 menyebutkan situasi, seperti misalnya letak kota (fisik) terhadap wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap persil tanahnya.


Oleh Vanzuidam (1979), situasi juga disebut situs geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu daerah atau wilayah terhadap sekitarnya.


Misalnya letak iklim yang banyak berpengaruh terhadap interpretasi citra untuk geomorfologi.


Menurut Estes dan Simonet (1975), letak obyek terhadap bentang darat seperti misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, di sepanjang tepi sungai, dsb.


Situs semacam ini oleh Van Zuidam (1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu obyek atau tempat terhadap daerah sekitarnya.


Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang dipengaruhi oleh faktor situs seperti: (1) beda tinggi, (2) kecuraman lereng, (3) keterbukaan terhadap sinar, (4) keterbukaan terhadap angin, (5) ketersediaan air permukaan dan air tanah.


Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses atau perujudan lainnya.


Contoh:

Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya menggerombol (pola) dan situsnya di air payau maka yang tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah.


Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendari pengatusan air yang baik.


Situs permukiman memanjang pada umumnya pada igir beting pantai, pada tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan.

8. Asosiasi

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain.


Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk adanya obyek lain.


Contoh

Disamping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi panjang serta dengan ukuran sekitar 100 x 80 m, lapangan sepakbola ditandai dengan adanya gawang yang situsnya pada bagian tengah garis belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang. Kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola. Gawang tampak pada foto udara berskala 1:5.000 atau lebih besar.


Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang)


Gedung sekolah disamping ditandai oleh ukuran bangunan yang relatif besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olah raga. Pada umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan olah raga di dekatnya.

9. Konvergensi Bukti

Di dalam mengenali sebuah obyek pada pada foto udara atau pada citra lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi citra.


Sebaiknya digunakan unsur interpretasi citra sebanyak mungkin. Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang digunakan, semakin menciut lingkupnya ke arah titik simpul tertentu.


Inilah yang dimaksud dengan konvergensi bukti, atau bukti-bukti yang mengarah ke satu titik simpul.


Sebagai contoh, misalnya pada foto udara terlihat tetumbuhan yang tajuknya berbentuk bintang.


Pohon tersebut jelas berupa pohon palma, akan tetapi kemungkinannya masih cukup luas. Mungkin palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, nipah, enau, dan sagu.


Di dalam contoh ini terdapat lima kemungkinan berdasarkan satu unsur interpretasi citra, yaitu berdasarkan bentuk tajuk saja.


Bila ditambah satu unsur interpretasi citra lagi misalnya pola, kemungkinannya akan menjadi lebih menciut.


Misalnya saja tetumbuhan tersebut polanya tidak teratur, maka kemungkinan yang lima itu menciut menjadi tiga yaitu nipah, enau, atau sagu.


Pohon kelapa dan kelapa sawit pada umumnya ditanam orang dengan pola tanam yang teratur.


Kemungkinan yang tinggal tiga itu akan menciut bila ditambah dengan satu unsur interpretasi lagi, misalnya ukuran.


Bila ukuran tetumbuhan tersebut 10 meter atau lebih, maka kemungkinannya tinggal dua, yaitu enau atau sagu.


Nipah merupakan pohon palma yang tak berbatang yang tinggi tajuknya hanya sekitar 3 meter atau kurang.


Bila ditambah satu unsur interpretasi citra lagi yaitu situsnya di tanah becek dan berair payau, maka kemungkinan tersebut benar-benar menciut menjadi satu titik simpul, yaitu bahwa yang tergambar pada foto tersebut tidak lain kecuali sagu.


Enau merupakan tumbuhan darat yang tidak terdapat pada air payau.