1) Neraca
Alat utama yang digunakan dalam analisis gravimetri adalah neraca. Menimbang merupakan suatu tahap yang paling penting dalam analisis gravimetri dan analisis kuantitatif pada umumnya, oleh karena itu neraca yang digunakan harus memiliki persyaratan neraca yang baik, diantaranya:
a. Neraca harus mempunyai kedapatulangan atau ketelitian yang baik.Ketelitian (presisi) dapat dinyatakan dalam simpangan bakusederet penimbangan dari massa yang sama, hal ini tergantung dari kualitas neraca, lingkungan dimana neraca ditempatkan, dan keterampilan penimbang. Untuk ketelitian yang baik, lingkungan harus bebas getaran, neraca dilindungi terhadap aliran udara dan terhadap uap yang korosif.
b. Neraca harus stabil, artinya lengan harus kembali ke posisi horizontal setelah berayun (untuk neraca ayun). Ini dicapai dengan penyesuaian pusat gaya berat yang baik.
c. Neraca harus peka, artinya bobot 0,1 mg dapat dideteksi dengan mudah pada beban rata-rata. Neraca yang ideal bebas dari gesekan, lengan neraca kokoh dan kepekaannya tidak tergantung pada beban. Namun pada kebanyakan neraca, kepekaannya akan menurun dengan bertambahnya beban yang ditimbang. Oleh karena itu, untuk neraca ayun, jangan menimbang zat pada piring-piring neraca melebihi 40% batas maksimumnya.
Secara garis besar neraca yang digunakan dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan tingkat ketelitiannya, yaitu neraca kasar, sedang dan halus. Neraca kasar dengan ketelitian kurang atau sama dengan 0,1 g, neraca sedang dengan ketelitian antara 0,01 g - 0,001 g dan neraca halus dengan ketelitian lebih besaratau sama dengan 0,0001 g.
Sebelum melakukan penimbangan, perhatikanlah hal-hal berikut.
a. Neraca harus diletakan secara mendatar di atas meja yang tidak dapat bergetar, tidak langsung terkena cahaya matahari, tidak dekat dengan sumber panas dan harus bebas dari bahan yang mudah menguap dan korosif.
b. Kedudukan neraca harus diatur jika sewaktu-waktu timbangan bergerak, sehingga tepat horizontal dengan waterpass.
c. Persiapan pendahuluan; siapkan alat dan zat yang akan ditimbang, seperti spatula, kaca alroji atau botol timbang atau kertas timbang tergantung dari sifat zat yang ditimbang, tissu dan sikat halus untuk membersihkan piringan neraca jika terjadi tumpahan zat. Periksa kebersihan neraca, terutama piringan neraca, kedataran dan kesetimbangan neraca.
Perhatikan angka pada neraca harus pada posisi nol sebelum penimbangan, dan dikembalikan pada posisi semula setelah penimbangan.
d. Suhu benda yang akan ditimbang harus sama dengan suhu neraca.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan penimbangan bahan yaitu:
a. Penimbangan dilakukan dalam keadaan tertutup, manipulasi menimbang (menambahkan atau mengurangi zat) dilakukan melalui jendela samping.
b. Menimbang zat sebaiknya dalam botol timbang (untuk zat yang dapat mengalami perubahan di udara), zat yang stabil dapat ditimbang di atas kaca arloji atau kertas timbang.
c. Selama menimbang gunakanlah alat-alat seperti penjepit atau tang yang digunakan untuk menyimpan atau mengambil wadah untuk menimbang bahan dan lainnya. Jangan sekali-kali langsung dipegang dengan tangan.
Bila penimbangan telah selesai, kembalikan tombol ke posisi nol dan periksa kebersihan neraca, pastikan tidak ada benda yang tertinggal di piringan neraca, kemudian tutuplah pintu neraca.
2) Oven
Selain neraca, oven juga merupakan alat penting dalam analisis gravimetri, terutama gravimetri dengan metode penguapan. Diperlukan oven dengan suhu yang terkalibrasi untuk menjamin suhu pemanasan yang diperlukan dalam analisis, sesuai dengan jenis bahan atau sampel yang diuapkan.
Jika analisis yang dilakukan menyangkut analisis kuantitatif yang mengharuskan pemanasan bahan atau sampel pada suhu dan waktu tertentu, maka pada saat penggunaan oven hendaknya suhu oven dipastikan telah mencapai suhu yang diinginkan atau sesuai dengan prosedur kerja. Selain itu selama proses pemanasan bahan di dalam oven, tidak disarankan untuk membuka oven sampai waktu pemanasan telah selesai. Hal ini untuk menjamin kebenaran data hasil analisis karena tidak ada perubahan suhu selama proses analisis. Dapat dipastikan terjadi penurunan suhu ketika pintu oven dibuka.
3) Krus porselen
Krus porselen sering digunakan untuk memijarkan endapan dan memanaskan sejumlah kecil zat padat karena harganya murah dan tahan terhadap temperatur tinggi tanpa mengakibatkan perubahan yang berarti. Kecuali untuk beberapa reaksi seperti pelelehan dengan natrium karbonat atau zat basa lain, penguapan dengan asam flourida dan pelelehan pirosulfat, karena reaksi tersebut akan menyebabkan kerusakan secara kimia terhadap krus porselen. Krus porselen dipasaran tersedia dalam berbagai ukuran, diantaranya 10 ml, 15 ml, 25 ml, 30 ml, 40 ml, 50, 100 ml dan 150 ml.
4) Krus Platinum
Selain krus porselen terdapat juga krus platina.
Krus ini tidak murni terbuat dari logam murni platinum karena logam murninya terlalu lunak, oleh karena itu selalu diperkeras dengan sedikit rodium, iridium, atau emas. Aliase ini sedikit mudah menguap pada temperatur 1100oC, tetapi tetap mempertahankan sifat utama platinum murni. Kelebihan dari krus ini adalah lebih tahan terhadap reaksi kimia dan kebanyakan pereaksi, termasuk alkali karbonat leleh dan asam fluorida, daya hantar panas sangat tinggi dan sangat sedikit mengadsorpsi uap air.
Pemanasan dengan menggunakan krus platinum hendaknya menggunakan segitiga silika sebagai penopangnya, segitiga nikrom atau logam lain sebaiknya dihindari, begitupun segitiga tanah liat mungkin mengandung cukup besi untuk dapat merusak platinum. Krus tang yang digunakan untuk menjepit krus platinum harus dilapisi dengan platinum pada ujungnya, tang besi atau kuningan yang tidak disalut akan meninggalkan noda pada krus.
5) Desikator
Zat-zat yang telah dikeringkan dengan pemanasan baik itu dalam ovenmaupun pemijaran, sebaiknya tidak terbuka di udara terlalu lama karena zat tersebut akan cepat menyerap uap air dari udara. Untuk mencegahnya dapat disimpan dalam suatu wadah yang dinamakan desikator. Demikian juga untuk beberapa zat yang begitu peka terhadap kelembaban udara sehingga harus selalu disimpan di dalam desikator. Desikator adalah wadah kaca bertutup yang dirancang untuk menyimpan objek dalam suatu atmosfer kering.
Di dalam desikator terdapat piringan porselen yang dilengkapi dengan lubang-lubang untuk menyimpan krus dan sebagainya. Bibir desikator yang berupa kaca asah harus dilapisi vaseline atau pelumas lain agar desikator tetap kedap udara, tetapi pelumas yang dilapiskan tidak perlu terlalu banyak karena akan menggelincirkan tutup desikator. Berbagai macam bahan pengering dapat digunakan untuk mengisi desikator. Bahan bahan tersebut tidak sama daya pengeringnya; ada yang dengan mudah dapat di”regenerasi” (dikembalikan ke keadaan semula dengan cara dikeringkan sehingga dapat dipakai lagi setelah jenuh dengan uap air); harga bahan pengering juga mungkin sangat berbeda-beda.
Kalsium oksida merupakan bahan yang baik untuk digunakan, karena dapat mengondisikan udara di dalam desikator cukup kering. Kapur tohor dapat pula digunakan jika tidak menghendaki bahan yang terlalu murni, selain itu kapur tohor mudah diperoleh dengan harga yang murah pula. Dalam hal ini regenerasi tidak diperlukan, kapur yang telah terpakai dapat dibuang begitu saja atau dimanfaatkan sebagai pupuk atau yang lainnya. Kapur tohor yang berupa serbuk, jika dipakai dalam desikator harus dimasukkan ke dalam busa atau kaleng kemudian ditutup dengan kain halus agar debunya tidak mengganggu.
Peralatan atau bahan dalam keadaan panas bila akan disimpan didalam desikator sebaiknya ditunggu ditunggu 5 - 10 detik agar udara terpanasi atau memuai sebelum mengembalikan tutup desikator. Ketika membuka kembali, tutup itu hendaknya digeser sangat perlahan untuk mencegah masuknya udara secara mendadak, karena terdapat vakum parsial di dalam desikator tersebut. Vakum parsial terjadi karena udara yang memuai kemudian mendingin. Masuknya udara yang terlalu keras dapat meniup zat atau endapan dari dalam krus yang didinginkan. Untuk menangani zat padat dalam jumlah besar disarankan untuk menggunakan desikator vakum. Desikator ini dapat dihampakan sehingga dapat mengeringkan lebih cepat daripada tipe tanpa vakum.
Desikator vakum ada yang terbuat dari kaca berat, plastik atau bahkan logam, dirancang tahan terhadap penghampaan. Zat atau sampel yang dikeringkan hendaknya ditutup dengan kaca arloji (ukuran besar atau standar), untuk menghindari penyusutan mekanis akibat penyedotan maupun pengembalian udara. Udara yang dikembalikan ke dalam desikator harus ditiupkan perlahan-lahan. Pengering yang digunakan pada desikator vakum sama dengan pengering untuk desikator biasa.
6) Spatula
Dalam suatu kegiatan analisis di laboratorium, baik itu menimbang atau sekedar mengambil bahan kimia berbentuk serbuk ataupun kristal, mencampurkan dua pereaksi atau lebih, membutuhkan alat untuk membantu pekerjaan-pekerjaan tersebut. Peralatan yang cocok adalah batang pengaduk atau spatula. Spatula dapat terbuat dari stainless steel, alumunium, ataupun kayu. Dalam pemilihannya tentu harus kita pertimbangkan sesuai aplikasi penggunaanspatula tersebut. Jika zat atau bahan yang kita ambil bereaksi dengan alumunium, maka tentu harus kita pilih spatula yang berbahan stainless atau kayu.
Selain dari bahan, setiap model spatula dirancang sesuai dengan aplikasi di laboratorium itu sendiri. Misalnya jenis micro doublespatula yang hanya mampu digunakan untuk mengambil sampel atau bahan dalam kisaran 5 gram, tentu berbeda dengan spatula spoon yang dapat digunakan untuk mengambil lebih dari 30 gram sampel.
Itulah sebagian besar peralatan yang digunakan pada analisis gravimetri, sedangkan alat-alat pendukung lainnya yang sudah Anda ketahui berupa alat-alat gelas yang diperlukan dalam proses pelarutan bahan, pengendapan, penyaringan, dan pencucian endapan, diantaranya: Erlenmeyer, Kaca arloji, Botol timbang, Krustang, Batangpengaduk,Corong saring dan lain sebagainya.