وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
(QS. Az-Zariyat Ayat 56)
Pendidikan merupakan proses pembentukan manusia berkarakter (akhlak) unggul dan mulia yang memiliki kekuatan, keberanian dan kecerdasan untuk meraih predikat hamba Allah SWT yang terbaik.
Menurut Al-Qur’an paling tidak ada empat fungsi sejarah yang terangkum dalam q.s. 11/120 :
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَ ۚ وَجَآءَكَ فِى هَٰذِهِ ٱلْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah rasul-rasul, kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat (pelajaran) dan peringatan bagi orang yang beriman
Ke-empat fungsi itu, yaitu :
Sejarah berfungsi sebagai peneguh hati
Dalam bahasa Al-Qur’an Allah menegaskan bahwa Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal sholeh bahwa Allah akan menjadikan mereka sebagai penguasa di muka bumi, Allah akan meneguhkan dien yang diridhoinya, dan mengganti rasa takut dengan rasa aman. Semuanya tercantum dalam QS an-Nûr ayat 55 sebagai berikut :
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.
Sejarah berfungsi sebagai pengajaran
Sejarah merupakan pendidikan (Ma’uidzah) Allah terhadap kaum muslimin, sebagai peringatan dalam menjalani sunnah Rasul. Pelajaran yang Allah berikan dengan tujuan melahirkan sosok ummat yang memiliki kualitas mu’min, mujahid, istiqomah, shalihun dan shabirun. Ummat yang memiliki kualitas seperti ini baru bisa diperoleh melalui interaksi dan keterlibatan diri secara langsung dalam harakah perjuangan secara total. Dalam surat al-A’râf ayat 176, Allah swt berfirman yang artinya sebagai berikut :
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخْلَدَ إِلَى ٱلْأَرْضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ ۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا ۚ فَٱقْصُصِ ٱلْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
Dengan sejarah umat Islam dituntut untuk berfikir (QS al-A’râf : 176) dalam arti menjadikan sejarah sebagai pelajaran dan peringatan untuk menentukan langkah berikutnya dari suatu kesinambungan risalah dalam menggapai tujuan li ‘ila kalimatillâh.
3. Sejarah berfungsi sebagai peringatan
Selain menjelaskan fungsi sejarah, Al-Qur’an juga menegaskan tentang akhir dari perjalanan sejarah. Menurut Al-Qur’an nasib akhir sejarah adalah kemenangan keimanan atas kekafiran, kebajikan atas kemunkaran, kenyataan ini merupakan satu janji dari Allah swt yang mesti terjadi.
Sejarah juga mempunyai fungsi sebagai Nakala, yaitu peringatan terhadap generasi berikutnya melalui peristiwa yang yang menimpa generasi sebelumhya. Misal Allah menyiksa ummat dan para pelanggar ketentuan Allah (Qs. 2:66 ; 4 : 84)
Sejarah tidak akan berfungsi kalau tidak dihayati serta dipahami akan makna dan nilai dari setiap peristiwa sejarah. Banyak ayat al-Qur’an yang memerintahkan untuk melakukan penelitian (tandzirun) terhadap peristiwa sejarah. (Qs. 47 : 10 ; 12 : 109; 12 :46). Melalui pengkajian sejarah maka tidak akan ada setiap peristiwa besar atau kecil menjadi sia-sia tanpa tujuan. Aktifitas tandzirun tidak akan melahirkan zikra (peringatan), jika tidak dilandasi tadabbur (membaca ayat Kalamiyah Al-Qur’an).
Perjalanan suatu peristiwa sejarah ini tiada lain adalah sebagai ibadah kepada Allah dengan melaksanakan misi Ilahi yang diembankan kepada kita; sebagai jalan untuk menghantarkan kita pada tujuan tertinggi dalam kehidupan ini yakni tercapainya Rahmat dan Mardhatillah fi ad-dunya wa al-akhirah (Qs. 9 : 72)
4. Sejarah sebagai sumber kebenaran
Manusia selalu bertanya tentang siapa sebenarnya dirinya sendiri itu, berasal dari mana, harus menjalankan apa, dan akan kemana arah kehidupan ini. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu telah terjawab secara jelas melalui kitab suci Al-Qur’an.
Sebagai hudan, artinya sejarah memberi petunjuk arah bagi manusia. Orang yang memahami sejarah akan mengerti bahwa kehidupan ini dimulai dari mana, bagaimana menjalani hidup yang sebenarnya dan akan kemana perjalanan hidup ini berakhir. Jadi sejarah akan menerangi setiap langkah yang telah, sedang dan akan dijalani (Qs. 4 : 137-138 ; 12 : 111).
Sejarah sebagai tashdiq (membenarkan, meneguhkan), maksudnya sejarah menjadi legalitas (landasan kebenaran). Landasan kebenaran sejarah hari ini diukur dari peristiwa sejarah masa lalu; apakah ada kesinambungan dan kesesuaian antara sejarah hari ini dengan sejarah ummat masa lalu. Kesinambungan utama adalah : tidak terputusnya misi tauhid dan adanya kesamaan visi dan misi ideologi yang diperjuangkan dan ditegakan.
“Sudah lama punya keinginan untuk membuat catatan waktu sejarah nusantara, dua tahun lalu dengan mas serunting sakti mulai merintis time line sejarah Indonesia yang diposting di sukasejarah hanya sampai sekarang belum kelar. Mulai hari ini semoga bisa sedikit demi sedikit dilengkapi. dan untuk sementara saya simpan dulu di halaman ini. Bagi siapapun yang mau melengkapi silakan menambahnya di ruang komentar”.
https://serbasejarah.wordpress.com/garis-waktu-sejarah-nusantara/
Semua bangsa-bangsa Ras Nusantara ini adalah berasal keturunan dari satu generasi Manusia purba Tertua dan Pertama yang mulai muncul lahir di muka bumi sedunia ini, yaitu manusia purba generasi Meganthropus Paleo Nusantaraicus dan generasi-generasi Hominid dan Homo lainnya pada masa 1- 4 juta tahun dahulukala, dan yang fosil-fosilnya telah ditemukan di berbagai pulau dan daerah tersebar di seluruh kepulauan Nusantara. (Sumber: Anthropoaleontologi Von Koningswald; Geologi Van Bemmelen; Purwayuga Pangeran Wangsakerta, 1678).
Semasa Tahun 20.000 – 2.000 SM.
Sejak ribuan tahun purbakala yang menjadi urat nadi hubungan laut antara dunia Barat dan dunia Timur adalah jalur pelayaran dan perdagangan lewat: Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Karimata, Laut Sunda, sampai di Laut Cina Selatan. Pada jaman dahulu kala sampai abad ke-14 M, Semenanjung Malaya masih merupakan satu semenanjung tanah daratan kering memanjang sampai di ujungnya di wilayah Belitung (Pulau Belitung sekarang).
Pulau Jawa dan pulau Sumatra masih merupakan satu pulau yang panjang yang tersambung bersatu oleh sejalur tanah daratan kering di kawasan Panaitan (Pulau Panaitan sekarang) dan Ujung Kulon antara Lampung dan Jawa Barat. Pelabuhan Palembang masih terletak di tepi laut terbuka luas, yaitu Selat Malaka, dan tidak seperti sekarang berada di pedalaman sejauh 50 km dari tepi pantai. Begitu pula pelabuhan Jambi di Muara Tembesi (Muara Sabak) yaitu muara sungai Batanghari, masih terletak di tepi pantai laut terbuka Selat Malaka. Gunung Muria (Jepara) di Jawa Tengah masih merupakan suatu pulau terpisah dari daratan pulau Jawa.
Di kawasan sepanjang jalur perairan Nusantara ini, sejak ribuan tahun dahulu kala, telah bertumbuhan ratusan kerajaan-kerajaan kecil dan besar. Pelayaran dan perdagangan antar-pulau Nusantara dan dengan negeri-negeri luar di mancanegara telah berkembang ramai. Bahan-bahan dan barang- barang dagangannya diantaranya ialah: padi-padian, emas, perak, timah (bahan untuk perunggu), lada atau merica, rempah- rempah, alat-alat besi dan perunggu, gading gajah, dan banyak lagi lain-lainnya.
Kawasan Nusantara yang sangat strategis, subur makmur dan kayaraya ini selalu menjadi pusat perebutan kekuasaan diantara kerajaan-kerajaan pribumi Nusantara sendiri.
ORANG ASING PERTAMA DI NUSANTARA.
Th. 1500 – 1000 Sebelum Masehi:
Pelabuhan Singkil: Di pantai Samudera Hindia, kawasan Tanah Batak. Sudah terkenal ke negeri-negeri di Mesir-kuno dan Timur Tengah. Raja Nabi Sulaeman (Salomo) mengutus orang-orang Pnoenesia dari Sidon ke Singkil untuk membeli kamper di Singkil. Pelabuhan Singkil dan Barus sudah menguasai ekspor dari Tanah Batak (kamper = kapur Barus).
Pelabuhan Sorkam dan pelabuhan Mungkur memegang monopoli dunia ekspor kemenyan. Penjual tunggal untuk seluruh dunia. Kemenyan sangat digemari oleh penduduk negri-negri di Timur Tengah dan Mesir-Kuno. Digemari oleh Raja Nabi Sulaeman dan oleh raja-raja Hemitik dan Semitik.
Pelabuhan Natal sangat banyak ekspor Emas. Begitu banyak sampai didatangi oleh pedagang-pedagang bangsa Phoenesia sebelum jaman Rumawi, sebelum jaman Yunani. Daerah pertambangan emasnya ialah Mandailing di Tanah Batak Selatan.
Catatan:
Sejak jaman Nabi Sulaeman (Th. 1000 SM) kota Damaskus sudah merupakan pusat perdagangan distribusi rempah-rempah yang datang ke situ dari kepulauan Nusantara lewat jalan laut ke Kwang Tung (= Kanton) di negeri Cina, dan dari situ lewat jalan darat (jalan sutera) ke Damaskus.
Th. 100 Sebelum Masehi:
Orang Persia pertama datang di Nusantara, ialah di daerah pantai Aceh Utara.
Th. 22 Sebelum Masehi :
Orang Cina pertama datang di Nusantara, yaitu di daerah Kalimantan Utara.
Th. 78 Masehi : Orang Hindu pertama datang di Nusantara, ialah di daerah pantai Aceh Utara.
EKSPANSI CINA KE NUSANTARA. TH. 100 – 565 M.
Tahun 1000 Sebelum Masehi:
Migrasi Cina ke Daratan Asia-Tenggara. Jaman Dinasti Chou Tahun 1122-249 SM.
Suatu suku bangsa Mongoloid yaitu suku bangsa Syan, terdesak oleh suku-suku bangsa Cina dan bermigrasi ke daerah-daerah daratan Asia Tenggara di sebelah Selatan. Di sana mereka bercampurbaur asimilasi dengan suku-suku bangsa pribumi asli seperti suku-suku bangsa: Karen, Senoi, Meo, Munda, Sakai, dan lain-lainnya. Suku-suku bangsa pribumi ini tergolong ras Nusantara, yang oleh orang Barat disebut Austronesia, dan yang sejak 600.000 tahun dahulu kala telah bermigrasi ke sana menjadi penduduk penghuni pertama di kawasan daratan Asia Tenggara pada masa jauh terlebih dahulu sebelum munculnya manusiapurba Cina-Mongoloid “Pekinensis” atau “Sinanthropus” di dunia. Sejak terjadinya asimilasi suku bangsa Syan dengan suku-suku bangsa pribumi itu, maka mulailah muncul kerajaan-kerajaan baru di kawasan daratan Asia Tenggara, yaitu kerajaan Syan yang kemudian disebut Syanka atau Siam; kerajaan Syan Pao Cha yang kemudian disebut Kam Pao Cha atau Kamboja; dan kerajaan Syan Pao Nam yang kemudian disebut Syan Nam atau An Nam dan Syan Pao, Syan Pa atau Campa. Kamboja dan Anam bersatu juga disebut Syan Pao Nam, Sya Pa Nao atau Yawana.
Tahun 210 Sebelum Masehi :
Migrasi Cina ke Teluk Tongkin. Jaman Dinasti Ch’in Tahun 246-210 SM.
Kaisar Ch’in Shih Huang Ti di lembah sungai Hoang Ho (sungai Kuning) menaklukkan, menguasai dan mempersatukan seluruh kerajaan-kerajaan kecil dengan tangan-besi menjadi satu negara besar Cina. Banyak penduduk Cina yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Kaisar Ch’in. Sebagian dari mereka bermigrasi ke negeri-negeri di sekelilingnya. Sebagian penduduk yang bermigrasi itu meresap masuk menjarah ke daerah-daerah di sekitar Teluk Tongkin yaitu wilayah Hoa Binh dan Dongson do An Nam yang sekarang disebut Vietnam. Di sana mereka berdiam dalam perkampungan-perkampungan Cina atau pecinan-pecinan. Sementara orang Cina bercampurbaur asimilasi dengan suku-suku bangsa pribumi.
Tahun 100 Sebelum Masehi :
Cina Menyerbu dan Menjajah Daerah Teluk Tongkin. Jaman Dynasti Han Tahun 206 SM. – 220 M. Bangsa Cina dari negeri Cina menyerbu, merampok, membunuh dan kemudian menjajah daerah-daerah kawasan Teluk Tongkin, yaitu negeri-negeri di kawasan An Nam dan Kamboja. Terjadi lagi migrasi besar-besaran penduduk dari negeri Cina ke daerah-daerah yang direbutnya itu dan mereka bertinggal disana dalam perkampungan-perkampungan Cina yang disebut pecinan. Teluk Tongkin dan sekitarnya dijajah oleh negeri Cina.
Tahun 100 Masehi :
Agama Budha Masuk ke Negeri Cina.Jaman Dinasti Han Tahun 206 SM -220 M.
Pada tahun 64 M Agama Budha dari India masuk ke negeri Cina, dibawa oleh orang-orang India lewat jalan darat di Asia Tengah.
Pada tahun 100 M. Agama Budha oleh Kaisar Han Wu Ti dijadikan “agama negara” atau “agama resmi” di negeri Cina. Keadaan Agama Budha demikian itu berlangsung sampai akhir jaman Dinasti Tang (Th. 618 – 906 M).
Tahun 100 – 400 M. :
Kerajaan Funan atau Fun An (=Pnom Penh). Jaman akhir Dinasti Han Th. 206 SM – 220 M.
Kerajaan Funan yang berdiri pada awal abad ke-2 M. Meliputi kawasan Kamboja, Siam dan Semenanjung Malaya bagian utara, mengusir penjajah Cina dari kawasan Teluk Tongkin. Kapal-kapal perang dan bajak-bajak laut Cina dihancurkan. Tetapi orang-orang Cina tetap bercokol di sana dalam pecinan-pecinan dan ikut hidup bernaung di bawah pemerintahan kerajaan Funan. Kemudian dalam abad ke-5 Kamboja melepaskan diri dari kerajaan Funan dan mendirikan kerajaan sendiri.
Catatan :
Sejak jaman ribuan tahun purbakala telah ramai berkembang lalu-lintas pelayaran dan perdagangan antara kerajaan-kerajaan di kepulauan Nusantara dengan kerajaan-kerajaan di daerah Asia Tenggara.
Tahun 100 – 200 M :
Negeri Cina Meluaskan Ekspansinya ke Nusantara. Jaman Akhir D1nasti Han Th. 206 SM – 220 M. Negeri Cina mulai mengembangkan ekspansi penjajahannya ke kawasan kepulauan Nusantara. berpangkalan di Kwan Tung (= Kanton) yang sekaligus dijadikan pusat bandar dan pelabuhan perdagangan di Cina Selatan. Dikirimkan ekspedisi-ekspedisi kapal dagang, kapal perang dan perampok-perampok, bajak-laut Cina ke Formusa (Taiwan), daerah-daerah Filipina ke daerah Kalimantan sebelah Utara, Laut Cina Selatan,Teluk Siam, Kalimantan Barat, Semenanjung Malaya sampai masuk ke Selat Malaka. Sementara orang Cina ada yang menyasar terdampar ke daerah Minahasa di Sulawesi Utara.
Di tempat-tempat pelabuhan dagang ekspedisi-ekspedisi Cina itu menurunkan orang-orang Cina untuk menetap di sana sebagai pedagang. Mereka bertinggal dalam perkampungan-perkampungan Cina yang disebut pecinan. Banyak barang-barang hasil perdagangan dan hasil perampokan atau perampasan bajak-laut Cina mengalir ke Kwan Tung (Kanton) yang di waktu sebelum itu hanya menjadi pusat penampung perdagangan transit saja.
Bahan dan barang perdagangan itu dari Kwan Tang (Kanton) masuk ke pedalaman negeri Cina dan sebagian dari Peking diperdagang kan ke negeri-negeri di Asia Tengah sampai ke negeri-negeri di wilayah Rumawi melalui jalan darat (Jalan Sutera) di Asia Tengah.
Nusantara Sampai Tahun 1000-an
sekitar 100
Kerajaan “Dvipantara” atau “Jawa Dwipa” dilaporkan oleh cendikiawan India berada di Jawa dan Sumatra.
Aji Saka memperkenalkan sistem penulisan ke Jawa berdasarkan skirp dari India Selatan.
Raja-Raja Hindu menguasai daerah sekitar Kutai di Kalimantan.
Kerajaan “Langasuka” didirikan di sekitar Kedah di Malaya.
sekitar 130
Berdirinya kerajaan Salakanagara di Jawa Barat
Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, Salakanagara (Salaka = Perak) inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang.
Raja pertama Salakanagara bernama Dewawarman yang berasal dari India. Ia mula-mula menjadi duta negaranya (Palawa, India) di Pulau Jawa. Kemudian Dewawarman menjadi menantu Aki Tirem atau Sang Aki Luhurmulya. Istrinya atau anak Aki Tirem bernama Pwahaci Larasati. Saat menjadi raja Salakanagara, Dewawarman I ini dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara. Permaisurinya bergelar Dewi Dwani Rahayu. Dewawarman berkuasa selama 38 tahun dari tahun 130 sampai 168M.
Rajatapura adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I – VIII).
Raja-raja Salakanagara:
Dewawarman II (Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra) 168 – 195 M
Dewawarman II (Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra) 168 – 195 M
Dewawarman III ( Prabu Singasagara Bimayasawirya) 195 – 238 M
Dewawarman IV (Darma Satyanagara) 238 – 251 M
Dewawarman V ( Darma Satyajaya) 251 – 289 M
Dewawarman VI (Prabu Gayanadewa Linggabumi) 289 – 308 M
Dewawarman VII (Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati) 308 – 340 M
Dewawarman VIII (Spatikarnawa Marmandewi) 340 – 362 M
Daerah kekuasaan Salakanagara, meliputi Jawa bagian barat dan semua pulau di sebelah barat Nusa Jawa.
340
Prabu Bima Digjaya Satyaganapati (Dewawarman VII) wafat. Senapati Krodamaruta menggantikannya hanya selama 3 bulan.
Tibalah di Rajatapura, Senapati Krodamaruta dari Calankayana bersama beberapa ratus anggota pasukan lengkap. Krodamaruta adalah putera Senapati Gopala Jayengrana, yaitu putera Dewawarman VI yang keempat. Kodramaruta langsung merebut kekuasaan dan tanpa menghiraukan adat pergantian kekuasaan. ia dinobatkan menjadi penguasa Salakanagara.
Spatikarnawa Marmandewi puteri sulung Dewawarman VII, dinobatkan menjadi penguasa Salakanagara ia bergelar Prabu Darmawirya Dewawarman. Pada masa pemerintahan Dewawarman VIII, kehidupan penduduk makmur sentosa. Ia sangat memajukan kehidupan keagamaan. Kebanyakan penduduk pemeluk agama Ganesa atau Ganapati hanya sedikit yang memuja Wisnu dan Siwa.
358
Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395).
Salakanagara berubah menjadi kerajaan daerah.
Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.
Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga. Pada naskah wangsakerta, sebuah dokumen yang ditulis di cirebon bertahun tahun kemudian menunjukkan raja pertama Tarumanagara berkuasa sejak tahun 358 dan menerunkan raja raja sampai tahun 699. Jayasingawarman manjdi raja pertama Tarumanagara selama 24 tahun dari 358 – 382 M. selanjutnya penerus Kerajaan Tarumanagara antara lain :
Darmayawarman 382 – 395 M
Purnawarman 395 – 434 M
Wisnuwarman 434 – 455 M
Indrawarman 455 – 515 M
Gandrawarman 515 – 535 M
Suryawarman 535 – 561 M
Kertawarman 561 – 628 M
Sudawarman (adik Kertawarman) 628 – 639 M
Dewamurti 639 – 640 M
Nagajayawarman 640 – 666 M
Linggawarman 666 – 669 M
363
Kerajaan Indraprasta yang terletak di Cirebon Girang atau Cirebon Selatan (Sekarang Kabupaten Cirebon) didirikan oleh Sang Maharesi Santanu, seorang maharesi dari daerah Sungai Gangga India
Seperti halnya Sang Maharesi Jayasingwarman pendiri Tarumanagara, Sang Maharesi Santanu beserta para pengikutnya meninggalkan negeri asalnya untuk menyelamatkan diri dari kerajaan pasukan Samudra Gupta Maurya. Ia singgah di Srilanka dan Benggala, baru kemundian menuju Jawa Barat, yang pada waktu itu merupakan Salakanagara yang diperintah oleh Dewawarman VIII.
Sang Maharesi Santanu masih mempunyai pertalian kekeluargaan dengan Sang Dewawarman VIII. Santanu membangun sebuah desa di tepi Kali Cirebon, yang diberinya nama Indraprahasta. Gunung Cereme, yang berdiri dekat daerahnya, diberinama Indrakila dan Kali Cirebon yang melewati daerahnya diberi nama Gang-ganadi.
Kerajaan Indraprahasta kemudian berkembang menjadi kerajaan besar. Maharesi Santanu menjadi rajanya yang pertama (363 – 398 M) dengan gelar Praburesi Indraswara Sakala Kretabuwana.
397
Ibukota kerajan baru dibangun di daerah yg lebih dekat ke pantai oleh Maharaja Purnawarman (Raja Tarumanagara ketiga (395-434)). Ibukota kerajaan baru tersebut dinamai Sundapura — pertamakalinya nama “Sunda” digunakan.
398-399
Jayasatyanagara menjadi penerus Maharesi Santanu di Kerajaan Indraprasta. Jayasatyanagara menjadi raja kedua Indraprahasta (398 – 421 M). Dia adalah putra sulung dari permaisuri Indari.
Pada tahun 399 M, Jayasatyanagara harus mengakui kekuasaan Sri Maharaja Purnawarman dari Tarumanagara. Sejak itulah Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara.
417
Purnawarman memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
sekitar 425
Agama Budha sampai di Sumatra.
Catatan di Indonesia pada masa ini masih kurang, tapi kita tahu bahwa kebudayaan yang kompleks sudah terbentuk. Kerajaan-kerajaan di Sumatra dan Jawa ditunjukkan pada catatan-catatan dari Cina, karena para duta dikirim ke sana. Para pedagang Arab dan Persia juga mengetahui tentang darah tersebut, dan bahkan Romawi dan Yunani memiliki laporan dari jarak daerah yg sangat jauh.
Catatan dari Indonesia sangat sedikit, karena penulisan dilakukan pada daun palem dan bahan bahan lainnya yang tidak dapat bertahan lama. Banyak pengetahuan kita berdasarkan pada Bangunan atau Prasasti Batu. Pada saat kita mulai mendapatkan sejarah Sumatra dan Jawa secara jelas, telah ada bangunan-bangunan besar terbuat dari batu, perabotan-perabotan yang bagus, musik dan tarian tradisional sebanyakyang kita ketahui sekarang.
sekitar 500
Awal kerajaan Srivijaya di dekat Palembang
526
Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara.
sekitar 600
Kerajaan Melayu berkembang di sekitar (yang kita sebut sekarang) Jambi, di Sumatra.
Catatan Cina dari masa ini menunukkan kerajaan-kerajaan di Jambi dan Palembang di sumatra, dan tiga kerajaan di Jawa. Kerajaan sebelah barat berhubungan dengan Prasasti Taruma Negara, Kerajaan di bagian tengah disebut “Kalinga”, dan kerajaan sebelah timur dengan ibukota mungkin didekat Surabaya atau Malang.
612
Cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh.
Kata Galuh diartikan secara tradisional oleh orang Jawa Barat, galeuh atau inti. Dari pengertian tersebut, timbul pergeseran kata inti menjadi hati, sebagai inti dari manusia. Dalam pengertian lain, kata galeuh disejajarkan dengan kata galih, kata yang halus dari beuli(beli). Wajar jika dalam perkembangan selanjutnya, timbul dua sebutan Galuh Pakuan dengan Galih Pakuan.
Van Der Meulen mengemukakan tentang adanya tiga kerajaan Galuh, antara lain sebagai berikut :
1. Galuh Purba (Galuh Lama) yang berpusat di daerah Ciamis (Jawa Barat)
2. Galuh Utara (Galuh Baru = Galuh Lor = Galuh Luar) yang berpusat di daerah Dieng
3. Galuh yang berpusat di Denuh (Tasikmalaya)
Kendan Cakal Bakal Galuh
Ndeh nihan carita parahiyangan. Sang Resiguru mangyuga Rajaputra miseuweukeun Sang Kandiawan lawan Sang Kandiawati, sida sapilanceukan. Ngangaranan maneh Rahiyangta Dewaraja. Basa lamku ngarajaresi ngangaranan maneh Rahiyangta ni Medang Jati. Inya Sang Layuwatang. Nya nu nyieun Sanghiyang Watang Ageung.
Terjemahannya :
” Ya inilah kisah para leluhur. Sang Resiguru beranak Rajaputra. Rajaputra beranak Sang Kandiawan dan Sangkandiawati, sepasang kakak-beradik. Sang Kandiawan menamakan dirinya Rahiyangta Dewaraja. Waktu ia menjadi rajaresi menamakan dirinya Rahiyangta di Medang Jati, yaitu Sang Layuwatang. Dialah yang membangun balairung besar”. (Danasasmita, 1983)
Ternyata tokoh Resiguru dalam carita parahiyangan itu adalah menantu Sri Maharaja Suryawarman, penguasa Tarumanagara VII (515 – 535 M). Kisah Sang Rajaresiguru Manikmaya, Raja Kendan, memperoleh keturunan beberapa putera dan puteri. Salah seorang diantaranya bernama Rajaputra Suraliman.
Dalam usia 20 tahun, Sang Suraliman tampak ketampanannya dan sudah mahir ilmu perang (yuddhenipuna. Oleh karena itu ia diangkat menjadi Senapati dan kemudian menjadi panglima bala tentara (baladhika ning wadyabalad Tarumanagara, oleh kakeknya.
Setelah Sang Rajaresiguru Kendan wafat, Sang Baladhika Suraliman, dirajakan di Kendan sebagai penguasa baru. penobatan Rajaputra Suraliman berlangsung pada tanggal 12 bagia genap bulan Asuji tahun 490 saka ( 5 Oktober 568 M). Sang Suraliman selalu unggul dalam perang.
Dalam perkawinan dengan puteri Bakulapura (Kutai) keturunan keluarga Kundungga yang bernama Dewi Mutyasari, Sang Suraliman mempunyai seorang putera dan seorang puteri. Yang sulung bernama Sang Kandiawan. disebut juga Sang Rajaresi Dewaraja atau Sang Layuwatang. Dan sang adik bernama Sang Kandiawati.
Sang Suraliman menjadi Raja Kendan selama 29 tahun (568 – 597 M). Sang Suraliman digantikan oleh puteranya, Sang Kandiawan. Ketika ayahnya (Sang Suraliman) menjadi penguasa Kendan, Sang Kandiawan telah menjadi raja daerah di Medang Jati atau Medang Gana. Karena itu ia digelari Rahiyangta ri Medang Jati.
Setelah Sang Kandiawan menjadi penguasa Kendan menggatikan ayahnya, ia berkedudukan di Medang Jati, tidak di Kendan. Sang Kandiawan menjadi Raja Kendan selama 15 tahun (567 – 612 M). Sang Kandiawan mengundurkan diri dari tahta kerajaan, lalu menjadi petapa di Layung watang daerah Kuningan. Sebagai pengganti dirinya, ia menunjuk putera bungsu yaitu Sang Wretikandayun yang waktu itu sudah menjadi Rajaresi di Menir.
Seperti dalam cerita pantun Lutung Kasarung, tahta kerajaan oleh Prabu Tapa diwariskan kepada puterinya yang bungsu Purbasari. Dasar pertimbangannya, Purbalarang sebagai puteri sulung lebih terpikat oleh urusan duniawi.
Sang Wretikandayun dinobatkan menjadi penguasa baru menggantikan ayahnya pada tahun 534 saka atau 612 M. Ketika naik tahta, Sang Wretikandayun berusia 21 tahun. Ketika dinobatkan ia tidak berkedudukan di Kendan ataupun Medang Jati. Untuk pemerintahannya, Sang Wretikandayun mendirikan ibu kota baru yang diberi nama Galuh (Permata).
Galuh berada di lahan yang diapit oleh Sungai Cimuntur dan Citanduy. Lokasi bekas Galuh sekarang dikenal sebagai Desa Karang Kamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.
669
Sang Maharaja Linggawarman, Raja Tarumanagara ke duabelas wafat. Beliau digantikan oleh menantunya, Sang Tarusbawa, dengan gelar Sri Maharaja Tarusbawa Darmawaskita Manumanggalajaya Sunda Sembawa.
Penobatan dilangsungkan pada tanggal 9 bagian terang bulan Jesta tahun 591 Saka (18 Mei 669 M).
Ketika Tarumanagara diperintah oleh mertuanya, pamor kerajaanya sudah sedemikian merosot. Sang Tarusbawa berupaya mengembalikan kejayaan Tarumanagara seperti ketika pemerintahan di pegang oleh Purnawarman (395 – 434 M). Sang Tarusbawa lahir dan dibesarkan di Sundapura (Kota Sunda) bekas ibukota Tarumanagara.
Tindakan pertama, Sang Tarusbawa merubah nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda, mengambil nama kota kelahirannya yang waktu itu berfungsi dari sebutan Sundapura menjadi Sunda Sembawa (Tanah kabuyutan).
Tindakannya tersebut, dimanfaatkan oleh Sang Wretikandayun untuk memerdekakan Kerajaan Galuh dari kekuasaan Kerajaan Sunda
sekitar 670
Seorang pengembara Cina mengunjungi Palembang, Ibukota Srivijaya.
Candi Hindu dibangun di dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah.
Sekitar masa ini, Kerajaan Sunda pertama bangkit setelah berakhirnya kerajaan Tarumanegara.
686
Srivijaya mengambil alih kerajaan Melayu di Jambi, dan mengirim pasukan ekspedisi melawan kerajaan di Jawa.
Batu bertulis tertanggal 683 dan 686 dari sumatra selatan dan Bangka menggambarkan kegiatan militer Srivijaya melawan Melayu dan Jawa. Batu-tersebut adalah tulisan-tulisan Malayo-Polynesia tertua yang diketahui.
sekitar 700
Kerajaan Suwawa berkembang di Sulawesi Utara
Srivijaya telah menaklukkan Kedah, di semenanjung Malaya.
sekitar 732
Sanjaya mendirikan wangsa Sanjaya di Jawa Tengah.
sekitar 770
Raja Sailendra, Vishnu (atau Dharmatunga) mulai membangunn Borobudur.
Awal kegiatan pembangunan di Prambanan.
782
Raja Sailendra, Vishnu dilanjutkan oleh Indra (atau Sangramadhanamjaya)
sekitar 790
Kerajaan Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (sekarang Kamboja); menguasai Chenla selama sekitar 12 tahun.
sekitar 812
Raja Sailendra, Indra dilanjutkan oleh Samaratungga.
sekitar 825
Borobudur selesai dibangun, dibawah kekuasaan Samarunga.
sekitar 835
Samaratungga meninggal. Putranya Balaputra direbut tahtanya oleh mertua saudarinya, Patapan dari wangsa Sanjaya, yang menggantikan agama Budha di Jawa dengan Hindu.
sekitar 838
Patapan dilanjutkan oleh putranya Pikatan (atau Jatiningrat).
846
Kerajaan Tidore dikunjungi oleh utusan Khalifah Al-Mutawakkil dari Baghdad.
sekitar 850
Pikatan mengalahkan pasukan Balaputra, kemudian mengundurkan diri dari tahta untuk menjadi petapa. Dia dilanjutkan oleh Kayuwani.
Balaputra, yang berhak atas tahta Sailendra, melarikan diri ke Sumatra dan mengambil kekuasaan di Srivijaya.
Raja Warmadewa menguasai Bali.
Pada sekitar masa ini kita memiliki versi Ramayana dalam bahasa Jawa Kuno. Pengerjaannya cukup rumit, dan mungkin ada pengerjaan semacam ini sebelumnya yang tidak berhasil.
898
Raja Sanjaya, Balitung mengambil kekuasaan di Jawa Tengah.
Batu bertuliskan tentang Raja Balitung merupakan yang pertama menbutkan “Mataram” di Jawa Tengah.
910
Raja Sanjaya, Daksa meneruskan Balitung di Mataram. Dia mulai membangun candi Hindu yang besar, di Prambanan.
919
Raja Sanjaya, Tulodong meneruskan Daksa, berkuasa sampai 921
924
Raja Sanjaya, Wawa mengambil tahta Mataram. berkuasa sampai 928.
929
Raja Sanjaya, Mpu Sindok mengambil kuasa. Dia memindahkan pemerntahan dari Mataram ke Jawa Timur (dekat Jombang).
Letusan besar Gunung Merapi pada tahun 928 atau 929 menjadi alasan Raja Mataram pindah ke Timur.
947
Sri Isana Tunggawijaya, putri Mpu Sindok, meneruskan Mpu Sindok sebagai penguasa di Jawa Timur.
Raja Udayana dari Bali, ayah Airlangga, lahir.
985
Dharmavamsa menjadi raja Mataram. Dia menaklukkan Bali dan menemukan tempat tinggal di Kalimantan Barat.
Dharmavamsa juga dikenang karena memerintahkan penerjemahan Mahabarata kedalam bahasa Jawa.
992
Raja Chulamanivarmadeva dari Srivijaya mengirimkan duta besar ke Cina untuk meminta perlindungan terhadap pasukan Dharmavamsa dari Jawa.
1006
Srivijaya menyerang dan menghancurkan ibukota Mataram. Istananya dibakar, dan Dharmavamsa terbunuh. Airlangga (15 tahun) melarikan diri. Beberapa tahun kekacauan terjadi di Jawa Timur setelahnya.
PENGENDALIAN PROSES
Proses pendidikan memiliki komponen internal yang dapat dikendalikan oleh lembaga pendidikan. Sedangkan terhadap komponen eksternal proses pendidikan, lembaga dapat beradaptasi jika dirasa berpengaruh baik dan diisolasi jika dirasa berpengaruh tak baik.
Komponen internal manajemen lembaga pendidikan terdiri dari tenaga pendidik dan non-pendidik, anggaran, kurikulum, administrasi, prasarana dan sarana. Sedangkan komponen eksternal manajemen lembaga yang perlu beradaptasi atau diisolasi adalah faktor politik, ekonomi, sosial-budaya, dan alam. Manajemen lembaga yang baik adalah yang mampu menjalankan proses secara efektif dan effisien dilingkungan yang mendukung proses tersebut berjalan sempurna. Kualitas dasar, tujuan, dan peserta pendidikan juga menentukan proses pendidikan dan kualitas lulusannya. Semua komponen saling terkait satu dan lainnya dalam menentukan proses pendidikan dan kualitas lulusannya.
Kurkulum merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan (lihat Gambar 2) dan peranan lembaga sekolah adalah memastikan kurikulum berjalan efektif dan efisien dalam proses pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Kurikulum berfungsi sebagai perangkat lunak (software) dalam proses pendidkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang terdiri dari program-program pendidikan yang dilaksanakan oleh guru dan murid serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan dan penilaian kinerja proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Gambar 2. Proses pendidikan lingkungan internal dan eksternal
Evaluasi dan pengendalian proses adalah langkah penting dalam memastikan bahwa proses pendidikan berjalan efektif dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Dalam konteks ini, lembaga pendidikan harus melakukan evaluasi terhadap komponen internal dan eksternal yang mempengaruhi proses pendidikan, serta mengendalikan kualitas lulusan berdasarkan temuan evaluasi tersebut.
Komponen internal manajemen lembaga pendidikan, seperti tenaga pendidik dan non-pendidik, anggaran, kurikulum, administrasi, prasarana, dan sarana, merupakan faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh lembaga pendidikan. Evaluasi terhadap komponen-komponen ini perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa mereka berfungsi dengan baik dan mendukung proses pendidikan yang efektif. Misalnya, evaluasi terhadap tenaga pendidik dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi dan kualitas pengajaran mereka, sedangkan evaluasi terhadap kurikulum dapat dilakukan untuk memastikan relevansi dan keefektifan program pendidikan.
Sementara itu, komponen eksternal manajemen lembaga pendidikan, seperti faktor politik, ekonomi, sosial-budaya, dan alam, tidak dapat langsung dikendalikan oleh lembaga pendidikan. Namun, lembaga pendidikan harus mampu beradaptasi terhadap faktor-faktor ini jika dianggap berpengaruh positif terhadap proses pendidikan. Sebaliknya, jika faktor-faktor eksternal tersebut dianggap berpengaruh negatif, lembaga pendidikan harus dapat mengisolasi diri atau mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan dampaknya.
Pengendalian kualitas juga melibatkan evaluasi terhadap kualitas dasar, tujuan, dan peserta pendidikan. Lembaga pendidikan perlu mengevaluasi apakah kualitas dasar yang diharapkan dari lulusan tercapai, apakah tujuan pendidikan nasional tercermin dalam proses pendidikan mereka, dan apakah peserta pendidikan menerima pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka. Evaluasi ini membantu lembaga pendidikan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam proses pendidikan mereka serta mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
STRUKTUR KURIKULUM
Model struktur kurikulum nasional Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Struktur Kurikulum Pendidikan Nasional
Struktur kurikulum sekolah alam disusun mengacu pada struktur kurikulum pendidikan nasional diatas. Kompetensi lulusan yang terdiri sikap, ketrampilan, dan pengetahuan diterjemahkan kedalam tiga kategori yaitu soft skills, hard skills, dan life skills. Dimana, pendidikan dasar lebih dominan pembentukan soft-skill. Sedangkan pendidikan menengah lebih dominan pembentukan hard-skill dan life-skills. Seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Model distribusi kurikulum dan jenjang pendidikan