WAYANG KULIT PURWA GAGRAG YOGYAKARTA
ꦮꦪꦁꦏꦸꦭꦶꦠ꧀ꦥꦸꦂꦮꦒꦒꦿꦒ꧀ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ
ꦮꦪꦁꦏꦸꦭꦶꦠ꧀ꦥꦸꦂꦮꦒꦒꦿꦒ꧀ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ
Wayang Yogyakarta menggunakan cerita sebagaimana wayang dari daerah lain, yaitu mengacu pada kitab Mahabharata karya Empu Wyasa dan kitab Ramayana karya Empu Walmiki. Sebagai acuan untuk wayang, sebagian cerita di dalam kedua kitab tersebut telah di-sanggit (diubah, diolah) oleh para empu dan pujangga Jawa agar sesuai dengan kondisi masyarakat di Pulau Jawa.
Terdapat ciri khusus yang membedakan wayang Yogyakarta dengan wayang gaya daerah lain. Beberapa pendapat menyebutkan bahwa ciri khas wayang gagrag/gaya Yogyakarta di antaranya:
memiliki tubuh gemuk/tambun
posisi tubuh menghadap ke muka
posisi kaki terbuka lebar
kaki digambarkan lebih pendek dari yang seharusnya
mempunyai tangan yang sangat panjang (sampai menyentuh kaki)
Adapun wayang dapat dibagi berdasar kelompok/ golongan: dewa, satria, pandhita/brahmana, raksasa, abdi, dan putri. Selain keenam golongan tersebut, pada laman ini juga dilengkapi beberapa item yang mendukung suatu pagelaran di luar tokoh wayang. Berikut daftar koleksi Wayang Kulit Purwa Gagrag Yogyakarta yang tersimpan pada Lab. Budaya Prodi Pendidikan Bahasa Jawa FBSB UNY berdasarkan pembagian golongan tersebut:
BATHARA GURU (ꦧꦛꦫꦒꦸꦫꦸ)
BATHARA NARADA (ꦧꦛꦫꦤꦫꦢ)
SANG HYANG ANTABOGA (ꦱꦁꦲꦾꦁꦄꦤ꧀ꦠꦧꦺꦴꦒ)
BATHARA BAYU (ꦧꦛꦫꦧꦪꦸ)
BATHARA KALA (ꦧꦛꦫꦏꦭ)
BATHARA YAMADIPATI (ꦧꦛꦫꦪꦩꦢꦶꦥꦠꦶ)
BIMA (ꦧꦶꦩ)
ABIMANYU (ꦄꦧꦶꦩꦚꦸ)
WISANGGENI (ꦮꦶꦱꦁꦒꦼꦤꦶ)
NAKULA (ꦤꦏꦸꦭ)
DURYUDANA (ꦢꦸꦂꦪꦸꦢꦤ)
DURSASANA (ꦢꦸꦂꦱꦱꦤ)
CITRAKSA (ꦕꦶꦠꦿꦏ꧀ꦱ)
DURMAGATI (ꦢꦸꦂꦩꦒꦠꦶ)
DRONA (ꦢꦿꦺꦴꦤ)
KALA BRAHALA (ꦏꦭꦧꦿꦲꦭ)
KALA BRAHALA (ꦏꦭꦧꦿꦲꦭ)
BAGONG (ꦧꦒꦺꦴꦁ)
PETRUK (ꦥꦺꦠꦿꦸꦏ꧀)
GARENG (ꦒꦫꦺꦁ)
LIMBUK (ꦭꦶꦩ꧀ꦧꦸꦏ꧀)
CANGIK (ꦕꦔꦶꦏ꧀)
EMBAN AYU (ꦲꦼꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦲꦪꦸ)
GENDARI (ꦒꦼꦤ꧀ꦢꦫꦶ)
MAESA (ꦩꦲꦺꦱ)
KANCIL (ꦏꦚ꧀ꦕꦶꦭ꧀)
GUNUNGAN 1 (ꦒꦸꦤꦸꦁꦔꦤ꧀꧇꧑꧇)
GUNUNGAN 2 (ꦒꦸꦤꦸꦁꦔꦤ꧀ ꧇꧒꧇)
AMPYAK/RAMPOGAN (ꦲꦩ꧀ꦥꦾꦏ꧀/ ꦫꦩ꧀ꦥꦺꦴꦒ꧀ꦒꦤ꧀)