Konsep Gerak Tari
Gerakan merupakan salah satu unsur utama yang membuat setiap tarian memiliki keunikan tersendiri. Keunikan ini biasanya dipengaruhi oleh daerah asal tarian tersebut, karena setiap daerah memiliki ciri khas dalam gerakannya. Untuk bisa menari dengan baik, diperlukan penguasaan teknik dan prosedur tertentu. Teknik berkaitan dengan cara melakukan gerakan, sementara prosedur adalah langkah-langkah yang harus diikuti untuk melakukannya dengan benar. Sebagai contoh, gerakan berjalan bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan teknik jinjit. Dalam teknik ini, langkah pertama adalah menempatkan tubuh bertumpu pada tumit, kemudian melangkah perlahan-lahan dengan ujung kaki. Setiap gerakan dalam tarian harus mengikuti prosedur yang tepat agar gerakannya terlihat harmonis dan indah. Perlu diketahui bahwa gerakan tari sangat beragam. Setiap tarian memiliki gerakan khas yang membedakannya dari tarian lain. Selain gerakan-gerakan baku yang sudah ada, gerakan dalam tari juga bisa dikembangkan menjadi gerakan kreasi baru. Dengan kata lain, gerakan tari tidak terbatas pada aturan-aturan tertentu, melainkan bisa dimodifikasi dan disesuaikan untuk menciptakan tarian yang lebih kreatif dan modern.
Tari Betawi dibagi menjadi dua jenis, yaitu tari Topeng dan tari Cokek. Gerakan dasar dalam tari Betawi meliputi gerakan Gibang, selancar, rapat nindak, kewer, pakblang, goyang plastik, dan gonjingan. Gerakan-gerakan dasar ini dapat dikembangkan menjadi gerakan yang lebih dinamis dan ritmis dengan cakupan gerak yang lebih luas, sehingga tarian menjadi lebih bervariasi dan menarik.
Tari adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Hampir setiap upacara keagamaan maupun upacara adat di Bali melibatkan unsur tari sebagai bagian dari ritual dan perayaan. Tari Bali memiliki berbagai macam gerakan dasar, yang meliputi gerakan ngumbang (gerakan kaki menyilang), agem (posisi dasar tubuh dalam tarian), angsel (gerakan transisi yang cepat dan tegas), piles (gerakan melangkah kecil), dan ngeseh (gerakan tangan yang cepat). Keindahan tari Bali terlihat dari gerakannya yang sangat lembut dan penuh ekspresi, dengan ciri khas tersendiri, yaitu gerakan mata yang disebut nyeledet. Gerakan mata ini memperkaya tarian Bali, memberikan ekspresi yang kuat dan memperkuat karakter tarian tersebut. Semua elemen gerakan ini bersatu menciptakan tarian Bali yang anggun dan memikat, sehingga menjadi bagian penting dari identitas budaya Bali.
Tari Pa'gellu dari Toraja, Sulawesi Selatan, memiliki ciri khas yang unik, yaitu penari menari di atas gendang. Tari ini memiliki berbagai gerakan dasar, seperti gerakan Pa'gellu, Pa'tabe, Pa'gellu Tua, Pang'rapa Pentalun, Panggirik Tangtaru, dan Pa'tutu. Setiap gerakan tersebut memiliki makna tersendiri dan mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Toraja.
Tari Pa'gellu biasanya dipertunjukkan dalam upacara atau ritual syukuran yang disebut "Rambu Tuka" di kalangan suku Toraja. Dalam pertunjukan ini, tarian diiringi oleh instrumen gendang yang memperkuat suasana. Gerakan-gerakan dalam tari Pa'gellu tidak hanya sekadar tarian, tetapi juga mengandung simbol-simbol yang mewakili nilai-nilai filosofis yang dipegang teguh oleh masyarakat Toraja. Nilai-nilai tersebut berasal dari aturan dan adat leluhur yang menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari mereka, menjadikan tarian ini sebagai bagian penting dari budaya dan tradisi Toraja.
Gerakan dalam tarian daerah Jawa umumnya berkembang di lingkungan keraton atau istana, dan setiap gerakannya diatur dengan aturan-aturan tertentu. Gerakan-gerakan yang muncul di keraton ini memiliki makna dan filosofi yang mendalam, sehingga setiap gerakan bukan hanya sekadar estetika, tetapi juga sarat dengan simbolisme. Tari Jawa memiliki beberapa gerakan dasar, seperti srisig (gerakan kaki yang kecil dan cepat), sabetan (gerakan tangan yang tegas), hoyog (gerakan tubuh yang bergoyang lembut), lumaksana (gerakan berjalan), kengser (gerakan menyamping), seblak sampur (gerakan menggoyangkan selendang), dan ulap-ulap (gerakan tangan di atas kepala). Kehalusan dan kelembutan dalam setiap gerakan menjadi ciri khas utama dari tari Jawa, yang mencerminkan keanggunan dan ketenangan yang mendalam dalam budaya keraton.
Gerakan tari hanya dapat dilakukan dengan baik dan benar jika teknik dan prosedurnya sesuai dengan aturan yang berlaku dari daerah asal tarian tersebut. Dalam tarian tradisional, gerakan sering kali memiliki standar atau aturan baku yang harus diikuti secara ketat. Sebagai contoh, gerakan *agem* dalam tari Bali memiliki teknik dan prosedur yang sangat spesifik, sehingga kesalahan kecil pun akan terlihat dengan jelas. Seorang penari akan mampu menguasai teknik dan prosedur gerakan tari tradisional dengan baik jika mereka berlatih secara terus-menerus dan konsisten. Penari tradisional biasanya mengulangi satu jenis tari berulang kali, dan semakin sering mereka melakukannya, semakin terlihat peningkatan keterampilan dalam menguasai gerakannya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa setiap gerakan tari memiliki teknik dan prosedur yang berbeda, tergantung pada tarian dan asal-usul tradisinya.
Bentuk Gerak Tari
Bentuk (form) sehubungan penataan dengan komposisi tari, menurut Autard merupakan proses penataan atau pembentukan sebuah komposisi tari menghasilkan bentuk keseluruhan. Kata bentuk atau form digunakan pada bentuk seni manapun untuk menjelaskan sistem yang dilalui oleh setiap proses pekerjaan karya seni tersebut. Ide ataupun emosi yang dikomunikasikan sang penciptanya tercakup di dalam bentuk tersebut. Bentuk merupakan aspek yang secara estetis dievaluasi oleh penonton di mana penonton pada umumnya tidak melihat setiap elemen karya seni yang ditampilkan tetapi memperoleh kesan secara keseluruhan dari karya tersebut.
John Martin menyatakan bahwa bentuk dapat didefinisikan sebagai hasil dari penyatuan berbagai elemen tari, yang dipersatukan secara kolektif sebagai kekuatan estetis, yang tanpa proses penyatuan ini bentuk tersebut tidak akan terwujud. Keseluruhan atau kesatuan bentuk itu, menjadi lebih bermakna dari pada beberapa bagiannya yang terpisah. Proses menyatukan, untuk memperoleh bentuk itu, dinamakan komposisi. Berdasarkan dari pengertian bentuk pada tari maka dapat disimpulkan bentuk tari berdasarkan geraknya, yaitu :
Tari representasional adalah tari yang menggambarkan sesuatu dengan jelas (wantah), seperti tari tani yang menggambarkan seorang petani, tari nelayan yang menggambarkan nelayan dan tari Bondan yang menggambarkan kasih sayang ibu kepada anaknya.
Tari non representasional yaitu tari yang melukiskan sesuatu secara simbolis, biasanya menggunakan gerak-gerak maknawi. Contohnya tari Topeng Klana, tari Srimpi, tari Bedaya.
Jenis Gerak Tari
Gerakan tari yang indah berasal dari proses pengolahan yang melibatkan stilasi (penyempurnaan) dan distorsi (perubahan), yang menghasilkan dua jenis gerakan sebagai berikut:
1. Gerak murni, atau yang sering disebut sebagai gerak wantah, adalah gerakan yang disusun untuk mencapai bentuk artistik atau keindahan tanpa mengandung maksud tertentu.
2. Gerak maknawi (gesture), atau gerak yang tidak wantah, adalah gerakan yang memiliki arti atau maksud tertentu dan telah melalui proses distilasi. Contohnya adalah gerak ulap-ulap dalam tari Jawa, yang merupakan stilasi dari seseorang yang sedang melihat sesuatu yang berada jauh di depan.
Nilai Estetis Gerak Tari
Nilai keindahan dalam tari tidak hanya dilihat dari keseluruhan tariannya, tetapi juga dari setiap gerakannya. Keindahan dalam tari bisa dirasakan melalui penglihatan (visual) dan pendengaran (auditif). Secara visual, keindahan tari dilihat dari gerakan-gerakan yang dilakukan, sedangkan secara auditif dilihat dari musik pengiringnya. Keindahan tari bersifat subjektif, artinya setiap orang bisa memiliki pendapat yang berbeda. Bagi satu orang, gerakan dalam tari bisa terlihat indah, tetapi bagi orang lain mungkin kurang menarik. Namun, penilaian ini tidak menunjukkan apakah tarian tersebut baik atau tidak. Misalnya, gerakan dalam tari Merak mencerminkan keindahan gerakan burung merak yang terlihat anggun. Begitu juga dengan tari Dayak yang terinspirasi dari burung Enggang. Gerakan kepak sayap burung Enggang diterjemahkan menjadi gerakan yang lembut namun tangkas dalam tarian tersebut.
Nilai keindahan juga bisa diartikan sebagai cara kita merasakan dan memahami sesuatu. Persepsi adalah saat kita mulai merasakan sesuatu secara jelas. Dalam persepsi, kita membandingkan, membedakan, atau mencari kesamaan, serta menyimpulkan sesuatu dari yang kita rasakan. Semua itu membantu kita memahami sesuatu dengan lebih baik dan akhirnya membentuk keyakinan atau kesan yang disebut impresi. Jadi, impresi adalah kesan pertama yang kita rasakan dari sebuah gerakan, sedangkan persepsi adalah cara kita memahami gerakan tersebut. Dalam nilai keindahan, impresi dan persepsi saling melengkapi satu sama lain.
Nilai keindahan juga dipengaruhi oleh perasaan orang yang menonton tarian. Emosi adalah perasaan yang perlu dibangkitkan agar kita bisa menikmati seni dan keindahan, seperti perasaan sedih, senang, dan lainnya yang bisa kita kendalikan. Tanpa emosi, kita tidak akan bisa merasakan keindahan seni. Keindahan dalam seni dan alam hanya bisa dinikmati oleh manusia yang punya perasaan yang bisa tersentuh. Emosi juga bisa muncul antara penari dan penonton ketika gerakan tarian, yang merupakan bahasa tanpa kata, dapat menyampaikan makna. Misalnya, dalam tari drama, emosi bisa disampaikan melalui gerakan atau nyanyian sebagai dialog tanpa kata.
Berikut Contoh tutorial dan penampilan karya tari tradisional:
Tutorial Tari Bapang dari Malang
Tari Bapang Malang
Tutorial Tari Taning (Tahu Kuning)
Tari Tahu Kuning
Sumber :
Soetedja, dkk.2017"Seni Budaya".Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Mahasiswa UM
pinterest.com