Durasi : 2 JP
Moda: Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat menjelaskan apa konsekuensi dari keragaman murid-murid yang ada di kelas mereka.
CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi.
CGP dapat menjelaskan bagaimana cara mengetahui kebutuhan belajar murid.
Kutipan hari ini:
“Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.”
(Ki Hajar Dewantara)
Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak di Sesi Pembelajaran yang kedua. Sesi pembelajaran yang kedua ini terdiri dari 2 bagian yaitu eksplorasi konsep secara mandiri dan eksplorasi konsep melalui forum diskusi. Sebelum Anda memulai pembelajaran di sesi kedua ini, silakan lihat pertanyaan-pertanyaan pemantik berikut ini dan cobalah untuk menjawab beberapa dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Anda tidak perlu menuliskan jawaban Anda.
Pertanyaan Pemantik untuk Pembelajaran ini:
Apa konsekuensi dari keragaman murid-murid yang ada di kelas saya?
Bagaimana saya dapat mengelola kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar murid?
Apa yang saya ketahui tentang latar belakang murid saya, pembelajaran yang telah dilakukan oleh mereka sebelumnya, dan perkembangan keterampilan mereka?
Apa yang saya ketahui tentang minat murid saya (di sekolah dan di luar), motivator, dan tujuan mereka?
Apa yang saya ketahui tentang profil belajar murid saya? Bagaimana gaya belajar mereka?
Bagaimana saya bisa menggunakan informasi tentang minat, kesiapan dan profil belajar murid saya untuk membantu saya merancang dan melaksanakan pembelajaran secara efektif?
Tetaplah merujuk kembali ke pertanyaan-pertanyaan di atas ketika Anda kemudian membaca dan mempelajari materi pembelajaran selanjutnya.
Seperti yang telah Ibu dan Bapak pelajari di modul sebelumnya, Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia.
Setiap murid yang duduk di kelas kita adalah individu yang unik dan ini seharusnya menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang kita lakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi praktik-praktik pembelajaran kita.
Keberagaman murid
Keberagaman murid mungkin dapat berupa:
murid-murid kita yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak dapat mengakses teknologi dari rumah sehingga tidak bisa berpartisipasi dalam pembelajaran daring;
murid-murid yang memiliki kesulitan memahami bahasa yang digunakan di kelas, karena ia murid yang baru pindah dari daerah lain;
murid-murid yang bosan karena ia sebenarnya telah menguasai keterampilan yang diajarkan, sehingga pembelajaran tidak menantang lagi untuknya;
murid-murid yang saat ini sedang berjuang keras untuk mencoba memahami apa yang diajarkan, namun karena adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara apa yang ia mampu lakukan dengan apa yang sedang dipelajari, akhirnya ia tidak bisa membuat koneksi;
murid kita yang hasil-hasil kerjanya tampak baik, namun di sisi lain memiliki masalah sosial emosional;
murid kita yang memiliki minat yang besar terhadap bidang tertentu;
murid-murid kita yang memiliki kesulitan-kesulitan dalam belajar;
dan sebagainya.
Layanan Kebutuhan Murid
Melihat betapa luas keberagaman murid-murid kita, maka sebagai guru, kita perlu berpikir bagaimana caranya kita dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sebagai pendidik, dengan meyakini bahwa tugas kita adalah melayani murid-murid dengan segala keberagaman tersebut serta menyediakan lingkungan dan pengalaman belajar terbaik bagi mereka, maka berarti kita juga harus meyakini bahwa:
semua murid kita bisa berhasil dan sukses dalam pembelajarannya.
bersikap adil itu bukan berarti menyamaratakan perlakuan kepada semua murid.
setiap murid memiliki pola belajarnya sendiri yang unik.
praktik-praktik pembelajaran perlu ditelaah efektifitasnya lewat bukti-bukti yang diambil dari pengalaman demi pengalaman.
guru adalah kunci dari keberhasilan pengembangan program pembelajaran murid-murid di kelasnya.
guru membutuhkan dukungan dari komunitas yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua siswa.
Learning Gap
Fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka tentunya akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut.
Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.
Kaitan dengan Standar Pendidikan Nasional
Di dalam Standar Kompetensi Lulusan dijelaskan mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah menyelesaikan masa belajarnya di jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi lulusan ini merupakan profil dari kualifikasi lulusan yang diharapkan terwujud dalam diri peserta didik dan merupakan ejawantah dari apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional. Untuk dapat mewujudkan profil kualifikasi lulusan seperti yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi Lulusan tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan semaksimal mungkin.
Pembelajaran berdiferensiasi akan memungkinkan guru memaksimalkan potensi peserta didik dengan meminimalisir kesenjangan belajar (learning gap) melalui proses identifikasi kebutuhan belajar murid yang tepat. Lewat pembelajaran berdiferensiasi, tidak hanya murid berkembang potensinya secara maksimal, namun proses pembelajaran juga akan lebih memberikan banyak ruang bagi murid untuk membuat dan menentukan pilihan dan memberikan suara, sehingga proses belajar akan menjadi lebih menyenangkan.
Bayangkanlah kelas yang Anda ajar saat ini.
Ingatlah satu persatu murid di kelas Anda. Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas Anda? Tahukah Anda apa kekuatan mereka? Bagaimana gaya belajar mereka? Apa minat mereka? Siapakah yang memiliki keterampilan menghitung paling baik di kelas Anda? Siapakah yang sebaliknya? Siapakah yang paling menyukai kegiatan kelompok? Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok? Siapakah yang level membacanya paling tinggi? Siapakah murid yang masih perlu dibantu untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan mereka? Siapakah yang paling senang menulis dan siapakah yang senang berbicara?
Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan pada keberagaman yang banyak sekali bentuknya, sehingga seringkali mereka harus melakukan banyak pekerjaan atau membuat keputusan dalam satu waktu. Misalnya, saat mengajar di kelas, seorang guru mungkin harus membantu satu muridnya yang kesulitan, namun di saat yang sama harus mengatur cara bagaimana agar saat ia membantu murid tersebut, kelasnya tetap dapat berlangsung dengan kondusif. Dalam kesehariannya, guru akan senantiasa melakukan hal ini, sehingga kemampuan untuk multitasking ini secara natural sebenarnya dimiliki oleh guru. Kemampuan ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu alaminya hal ini terjadi di kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Semua usaha tersebut tentunya dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memastikan setiap murid di kelasnya sukses dalam proses pembelajarannya.
Ibu Renjana adalah guru kelas 3 SD dengan jumlah murid sebanyak 32 orang. Saat ini ia sedang mengajarkan materi tentang perkalian. Saat diberikan tugas menyelesaikan soal-soal perkalian, di antara 32 murid di kelasnya tersebut, Bu Renjana melihat ada 3 murid yang selesai lebih dahulu. Karena dia tidak ingin ketiga anak ini tidak ada pekerjaan dan malah mengganggu murid lainnya, akhirnya ia memberikan lembar kerja tambahan untuk 3 anak tersebut. Jadi jika anak-anak lain mengerjakan 15 soal perkalian, maka untuk 3 anak tersebut, Bu Renjana memberikan 25 soal perkalian.
Berdasarkan ilustrasi kelas tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Menurut Anda, apakah strategi yang dilakukan oleh Ibu Renjana tepat? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa?
Apakah ada alternatif lain yang dapat dilakukan oleh Ibu Renjana?
Jika Anda adalah Ibu Renjana, apakah yang akan Anda lakukan? Jelaskanlah mengapa Anda melakukan hal tersebut?
Terima kasih telah memberikan jawaban atas studi kasus yang disajikan!
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.
Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan. Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi?
Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi?
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.
Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Keputusan Ibu Renjana memberikan soal yang sama kepada ketiga murid yang selesai lebih dahulu tidak dapat disebut sebagai pembelajaran berdiferensiasi. Pertama karena tambahan soal diberikan dengan tujuan agar ketiga anak tersebut tidak mengganggu temannya yang belum selesai. Kedua, ketiga murid tersebut kemungkinan membutuhkan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, Ibu Renjana perlu memperhatikan kebutuhan belajar murid-muridnya dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya tersebut.
Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan
Di dalam Standar Proses, dijelaskan tentang kriteria minimal proses pelaksanaan pembelajaran yang harus dilakukan guru. Salah satunya terkait dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam pembuatan RPP terdapat beberapa prinsip yang harus diikuti, dimana salah satunya adalah bahwa perencanaan pembelajaran harus dilakukan dengan memperhatikan perbedaan individu setiap peserta didik. Dapatkah Ibu/Bapak melihat keterkaitan antara prinsip ini dengan topik bahasan yang baru saja Ibu/bapak pelajari?
Selanjutnya, kita akan mempelajari bagaimana kita dapat mengetahui kebutuhan belajar murid.
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:
Kesiapan belajar (readiness) murid
Minat murid
Profil belajar murid
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
Mari kita bahas satu persatu ketiga aspek tersebut.
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “Kesiapan Belajar”?
Bayangkanlah situasi berikut ini:
Dalam pelajaran bahasa Indonesia, setelah menjelaskan dan memberikan kesempatan murid-muridnya untuk mengeksplorasi beragam teks narasi, bu Renjana meminta murid-muridnya membuat sebuah draf contoh teks narasi sendiri. Ia kemudian melakukan asesmen terhadap draf teks yang telah dibuat oleh murid-muridnya. Setelah melakukan asesmen, ia menemukan bahwa ada tiga kelompok murid di kelasnya.
Kelompok A adalah murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan memiliki kosakata yang cukup kaya. Mereka juga cukup mandiri dan percaya diri dalam bekerja.
Kelompok B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik, namun kosakatanya masih terbatas.
Kelompok C adalah murid yang belum memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan kosakatanya pun terbatas.
Informasi yang didapatkan ini kemudian digunakan oleh bu Renjana untuk merencanakan pembelajaran di tahapan berikutnya, dimana ia memberikan bantuan lebih banyak untuk murid-murid yang belum memiliki keterampilan menulis dan memberikan lebih sedikit bantuan untuk murid-murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik.
Dalam contoh di atas, Bu Renjana mengidentifikasi kebutuhan belajar dengan melihat kesiapan belajar.
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut. Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD.
Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik, biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut sebenarnya menggambarkan beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan belajar murid. Dalam modul ini, kita hanya akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47) tersebut.
Tombol-tombol dalam equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).
Bersifat mendasar - Bersifat transformatif
Saat murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, yang mungkin belum dikuasainya, mereka akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka juga akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu, mereka juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.
Konkret - Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret, sehingga mereka mungkin masih perlu belajar dengan menggunakan beragam alat-alat bantu berupa benda konkret atau contoh-contoh konkret, atau apakah murid sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak, sehingga mereka mungkin mulai dapat diperkenalkan dengan konsep-konsep yang lebih abstrak.
Sederhana - Kompleks
Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu, yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu.
Terstruktur - Terbuka
Saat menyelesaikan tugas, kadang-kadang ada murid-murid yang masih memerlukan struktur yang jelas, sehingga tugas untuk mereka perlu ditata dengan tahapan yang jelas dan cukup rinci, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Sementara mungkin murid-murid lainnya sudah siap untuk menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)
Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.
Lambat - Cepat
Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain.
Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).
Berikut ini adalah contoh Mengidentifikasi atau Memetakan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar (Readiness):
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:
membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;
meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur.
Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan:
menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb),
menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid,
mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).
Seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Minat setiap murid tentunya akan berbeda-beda. Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Hal lain yang perlu disadari oleh guru terkait dengan pembelajaran berbasis minat adalah bahwa minat murid dapat dikembangkan. Pembelajaran berbasis minat seharusnya tidak hanya dapat menarik dan memperluas minat murid yang sudah ada, tetapi juga dapat membantu mereka menemukan minat baru.
Untuk membantu guru mempertimbangkan pilihan yang mungkin dapat diberikan pada murid, guru dapat mempertimbangkan area minat dan moda ekspresi yang mungkin digunakan oleh murid-murid mereka. (Tomlinson, 2001)Perlu diingat bahwa daftar pada tabel hanya sebagai contoh. Daftar tersebut tentunya masih dapat ditambah atau diperluas.
Berikut ini adalah contoh mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar berdasarkan minat:
Ibu Putik ingin mengajarkan murid-muridnya keterampilan membuat teks prosedur. Setelah selesai mendiskusikan tentang apa dan bagaimana membuat teks prosedur, Bu Putik lalu meminta murid berlatih membuat sendiri teks prosedur tersebut. Setiap murid diperbolehkan untuk menulis dengan topik sesuai dengan minat mereka. Anak yang memiliki minat terhadap memasak, boleh membuat teks prosedur tentang bagaimana cara memasak makanan tertentu. Murid yang memiliki minat terhadap kerajinan tangan boleh membuat teks prosedur tentang membuat sebuah produk kerajinan tangan tertentu, dan sebagainya. Keterampilan yang dilatih tetap sama, yaitu membuat teks prosedur, walaupun topiknya mungkin berbeda.
Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb.
Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
Preferensi gaya belajar.
Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer );
auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);
kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha menggunakan kombinasi gaya mengajar.
Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): Teori tentang kecerdasan majemuk menjelaskan bahwa manusia sebenarnya memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai cara kita berinteraksi dengan dunia. Kecerdasan tersebut adalah visual-spasial, musical, bodily- kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic- matematika.
Berikut ini adalah contoh Mengidentifikasi atau Memetakan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Profil Belajar murid:
Pak Neon akan mengajar pelajaran IPA, dengan tujuan pembelajaran yaitu agar murid dapat mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup. Berdasarkan identifikasi yang ia lakukan, Pak Neon telah mengetahui bahwa sebagian muridnya adalah pembelajar visual, sebagian lagi adalah pembelajar auditori, dan pembelajar kinestetik. Untuk memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya tersebut, Pak Neon lalu memutuskan untuk melakukan beberapa hal berikut ini:
Saat mengajar, Pak Neon:
menggunakan banyak gambar atau alat bantu visual saat menjelaskan.
menyediakan video yang dilengkapi penjelasan lisan yang dapat diakses oleh murid.
membuat beberapa sudut belajar atau display yang ditempel di tempat-tempat berbeda untuk memberikan kesempatan murid bergerak saat mengakses informasi.
Saat memberikan tugas, Pak Neon memperbolehkan murid-muridnya memilih cara mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup. Murid boleh menunjukkan pemahaman dalam bentuk gambar, rekaman wawancara maupun performance atau role-play.
Murid-murid yang duduk di kelas-kelas yang ada di Sekolah tidak ada yang sama. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki preferensi belajar yang berbeda, minat yang berbeda dan belajar dengan kecepatan yang berbeda sehingga kesiapan belajar merekapun berbeda. Segala perbedaan ini tentunya memerlukan kebutuhan murid yang berbeda pula. Untuk mengidentifikasi kebutuhan murid tersebut mari kita simak video disamping.
Guru dapat mengidentifikasi kebutuhan murid dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid:
mengamati perilaku murid-murid mereka;
mencari tahu pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan dipelajari;
melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut;
mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid;
mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;
bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid;
membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya;
berbicara dengan guru murid sebelumnya;
membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
menggunakan berbagai penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level yang sesuai;
melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid;
mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka;
dll.
Daftar di atas hanya beberapa contoh saja. Masih banyak cara lain yang dapat guru lakukan untuk mendapatkan informasi atau mengidentifikasi kebutuhan belajar murid-murid mereka. Dapatkah Bapak/Ibu mengidentifikasi cara lainnya?
Mendapatkan informasi tentang kebutuhan belajar murid, tidak selalu harus melibatkan sebuah kegiatan yang rumit. Guru yang memperhatikan dengan saksama hasil penilaian formatif, perilaku murid, refleksi murid, dan terbiasa mendengarkan dengan baik murid-muridnya biasanya akan lebih mudah mengetahui kebutuhan belajar murid-muridnya. Membuat catatan tentang profil murid juga akan sangat membantu guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan murid-muridnya.
Selamat! Anda telah menyelesaikan materi pembelajaran untuk tahapan ini. Demi membantu Anda mengonsolidasikan pemahaman Anda dan mempersiapkan diri untuk sesi pembelajaran berikutnya, kami mohon Bapak/Ibu dapat melakukan refleksi singkat dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi!
Mengapa kita perlu mengidentifikasi kebutuhan belajar murid?
Sebagai guru, apa yang dapat kita lakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid-murid kita? Apa saja yang perlu dipertimbangkan?
Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan
Kemampuan guru untuk memahami tujuan pembelajaran dengan baik akan menjadi salah satu kunci bagi suksesnya implementasi pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat memahami tujuan pembelajaran, guru perlu mengetahui apa sebenarnya kompetensi yang diharapkan, baik dalam ranah pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, yang harus dapat dicapai oleh murid dalam suatu mata pelajaran di jenjang dan waktu tertentu. Kompetensi-kompetensi ini dapat dibaca oleh guru di dalam dokumen Standar Isi. Oleh karena itu, guru perlu secara cermat membaca dan memahami Standar Isi dengan baik agar dapat menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai. Jika guru telah memiliki pemahaman yang baik terkait dengan tujuan, akan lebih mudah bagi guru untuk menentukan tahapan-tahapan dalam proses belajar murid dan memutuskan strategi pembelajaran seperti apa yang akan dilakukan
“Kolaborasi sering didengung-dengungkan sebagai 21st century skills, tapi sebenarnya kolaborasi ini adalah nilai luhur
bangsa Indonesia yaitu gotong royong”
(Iwan Syahril)
Durasi: 3 JP
Moda : Diskusi Daring
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat melakukan refleksi kolaboratif untuk menganalisis implementasi pembelajaran berdiferensiasi.
Selamat datang kembali! Anda telah memasuki sesi pembelajaran ke-tiga!
Anda telah memasuki sesi pembelajaran Ruang Kolaborasi!
Semoga Anda senantiasa berada dalam keadaan sehat dan semangat dalam mengikuti rangkaian proses pembelajaran ini.
Dengan tetap mengacu pada tujuan pembelajaran, bagaimana saya dapat:
memvariasikan materi berdasarkan kebutuhan belajar murid saya?
memvariasikan struktur, tingkat dukungan, dan tingkat kemandirian saat murid menyelesaikan tugas dan membuat produk hasil pembelajaran?
memvariasikan kompleksitas atau tingkat kesulitan tugas untuk mengakomodasi murid dengan berbagai tingkat kesiapan di kelas?
memvariasikan sifat produk hasil belajar agar murid dapat menyesuaikannya dengan minat mereka? Bagaimana kita bisa memberikan murid kesempatan untuk memilih bentuk ekspresi yang disukai atau yang sesuai gaya belajar mereka?
Dalam sesi pembelajaran ini, Anda akan kembali mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi, namun kali ini bentuknya akan sedikit berbeda, karena Anda tidak hanya akan berdiskusi dengan fasilitator, melainkan dengan sesama CGP. Ya, sesi kali ini disebut dengan Ruang Kolaborasi. Kali ini, kita akan mencoba berkolaborasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang pembelajaran berdiferensiasi.
Anda bersama rekan kelompok akan diminta untuk menganalisis skenario pembelajaran yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi yang beragam. Setiap kelompok hanya akan menganalisis satu skenario pembelajaran berdiferensiasi dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pemandu berikut ini:
Dari skenario pembelajaran yang telah ditelaah, apakah kebutuhan belajar murid yang berusaha dipenuhi oleh guru tersebut? Bagaimana cara guru tersebut menentukan kebutuhan belajar muridnya?
Strategi pembelajaran berdiferensiasi apa yang digunakan?
Bagaimana guru tersebut melakukan penilaian?
Penentuan kelompok dan juga skenario mana yang akan dianalisis akan difasilitasi oleh Bapak/Ibu Fasilitator.
Adapun skenario pembelajarannya untuk kasus SMA dan SD dapat menyimak video berikut ini.
Video Skenario kasus SMA
Video Skenario Kasus SD
Adapun Skenario selengkapnya dapat Bapak/Ibu Unduh di bawah ini.
Durasi: 3 JP
Moda : Presentasi
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat melakukan refleksi kolaboratif untuk menganalisis implementasi pembelajaran berdiferensiasi.
Selamat datang kembali!
Anda telah memasuki kegiatan Ruang Kolaborasi sesi ke-2!
Anda bersama rekan kelompok telah menganalisis implementasi pembelajaran berdiferensiasi untuk satu materi yang telah dipilih. Selanjutnya, Anda akan bertemu dengan fasilitator dalam kelompok besar dalam ruang virtual yang telah disediakan untuk mempresentasikan hasil analisis skenario implementasi pembelajaran berdiferensiasi dan saling memberikan tanggapan hasil analisa kelompok lain.
Kegiatan akan diakhiri oleh fasilitator dengan menarik kesimpulan tentang penerapan pembelajaran berdiferensiasi.
Silakan unggah hasil analisis kelompok yang telah dibuat dan dipresentasikan di 2.1.a.5.2. Unggah Tugas - Ruang Kolaborasi Modul 2.1.
Selamat berdiskusi Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak!
"Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan
bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya.”
(Ki Hajar Dewantara)
Durasi: 3 JP
Moda : Penugasan Mandiri secara asinkron
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat membuat Rencana pembelajaran yang memuat pembelajaran berdiferensiasi.
Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak di sesi pembelajaran Demonstrasi Kontekstual!
Pertanyaan Pemantik untuk sesi pembelajaran ini adalah:
Bagaimana saya dapat mendemonstrasikan apa yang telah saya pahami?
Bagaimana pemahaman saya tentang pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu saya memecahkan permasalahan pembelajaran yang saya hadapi sehari-hari di kelas?
Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak di sesi pembelajaran ke -4!
Ini adalah sesi dimana Anda akan mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi seorang pengambil risiko!
Kami berharap, 3 pembelajaran sebelumnya telah memberikan Anda banyak pengetahuan dan keterampilan yang kami yakin dapat membantu Anda untuk keluar dari zona nyaman Anda dan mulai melakukan perubahan. Inilah saatnya Anda mendemonstrasikan keterampilan yang telah Anda pelajari dalam konteks dan situasi pembelajaran yang nyata dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat pembelajaran berdiferensiasi.
Sebelum Anda melakukan tugas ini dan untuk membantu Anda mengingat apa yang telah Anda pelajari sebelumnya. Silakan lihat perbedaan antara aktivitas (kegiatan) pembelajaran yang baik versus aktivitas pembelajaran berdiferensiasi yang baik.
Tabel 1. Aktivitas Pembelajaran yang baik versus aktivitas pembelajaran berdiferensiasi yang baik
"Belajar adalah sebuah perjalanan: dari fakta ke pengetahuan, ke pemahaman dan akhirnya kebijaksanaan."
(Anonim)
Selamat datang di sesi Elaborasi Pemahaman!
Durasi : 2 JP
Moda : Video Conference
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat mengelaborasi pemahamannya tentang pembelajaran berdiferensiasi lewat proses tanya jawab dan diskusi.
Pertanyaan Pemantik:
Sejauh ini, adakah yang masih membuat saya bingung atau gelisah tentang penerapan pembelajaran berdiferensiasi? Pertanyaan-pertanyaan apa yang masih saya miliki?
Bagaimana saya akan menggunakan sesi elaborasi ini untuk membantu saya mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya?
Apa kabar Bapak/Ibu CGP semuanya? Semoga kebahagiaan dan kebaikan selalu melingkupi hari-hari Anda. Apakah Anda menyadari bahwa Anda telah memasuki sesi pembelajaran ke-5 dari 7 sesi pembelajaran di Modul Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi ini? Kami yakin, saat ini Anda sudah semakin tercerahkan namun sekaligus juga mungkin semakin memiliki banyak pertanyaan. Tetaplah semangat karena semua pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi pemandu dalam perjalanan Anda menuju pemahaman.
Dalam dua jam pelajaran ini, Anda akan memiliki kesempatan untuk melakukan konferensi video untuk bertemu dengan instruktur modul ini. Silakan sampaikan pertanyaan-pertanyaan yang masih Anda miliki terkait dengan materi pembelajaran berdiferensiasi kepada fasilitator dan instruktur tersebut. Anda akan diberi ruang untuk menyampaikan keraguan dan persepsi tentang potensi hambatan dalam implementasi. Instruktur Anda akan siap untuk memandu.
Kami yakin, masih ada banyak pertanyaan yang ingin Anda diskusikan yang akan menjadi pemandu dalam perjalanan Anda menuju pemahaman yang lebih baik lagi.
Sebelum Anda melakukan sesi pertemuan dengan instruktur, kami meminta Anda membaca beberapa materi bacaan berikut ini. Setelah membaca bahan bacaan, silakan tuliskan pertanyaan yang masih Anda miliki yang ingin Anda tanyakan kepada instruktur.
ARTIKEL
7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil
(Ini adalah terjemahan bebas dari artikel yang dipublikasikan melalui website https://inservice.ascd.org/7-reasons-why-differentiated-instruction-works/)
Berbicara tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction/ DI) harus dimulai dengan pemahaman yang akurat tentang apa itu DI — dan apa itu yang bukan DI. Anda mungkin terkejut mengetahui betapa mudahnya Pembelajaran Berdiferensiasi dilakukan di kelas Anda.
1. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif.
Dalam kelas, guru perlu selalu berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk mengekspresikan dan mencapai tujuan pembelajaran. Guru mungkin masih perlu menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa murid mereka, tetapi karena guru tahu beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan memilih opsi pembelajaran yang sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman belajar yang mereka rancang akan cocok untuk sebagian besar murid.
2. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif.
Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku, sementara murid yang kemampuannya lebih rendah hanya satu laporan saja. Atau seorang murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika hanya diharuskan menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan, sementara murid yang lebih tinggi kemampuan diminta menyelesaikan tugas hitungan dan ditambah dengan soal-soal cerita.
Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal, namun yang seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu buku bisa saja tetap akan dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang memang kesulitan. Seorang murid yang telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika tentunya akan siap untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas.
3. Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian.
Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi kelas, pekerjaan murid, observasi, dan proses asesmen lainnya sebagai cara untuk terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil untuk setiap muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk menyusun dan merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid memaksimalkan potensi dan bakatnya.
Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi hanya dilakukan sebagai sesuatu yang terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa yang telah mendapatkannya atau siapa yang sudah menguasai". Penilaian diagnostik dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya.
4. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk.
Di semua ruang kelas, guru berurusan dengan setidaknya tiga elemen kurikuler: (1) konten — masukan, apa yang dipelajari murid; (2) proses — bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi; dan (3) produk — keluaran, atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari.
Dengan membedakan ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda terhadap apa yang dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari pendekatan yang berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara keseluruhan maupun untuk murid secara individu.
5. Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid.
Pembelajaran berdiferensiasi beroperasi pada premis bahwa pengalaman belajar paling efektif adalah ketika pembelajaran tersebut berhasil mengundang murid untuk terlibat, relevan, dan menarik bagi murid. Akibat dari premis itu adalah bahwa semua murid tidak akan selalu menemukan jalan yang sama untuk belajar yang dengan cara yang sama mengundangnya, sama relevannya, dan sama menariknya. Lebih lanjut, pembelajaran berdiferensiasi mengakui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang akan datang harus dibangun di atas pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya — dan bahwa tidak semua murid memiliki fondasi belajar yang sama pada awal proses pembelajaran.
Para guru yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki keragaman akademis berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang untuk semua murid mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa kadang-kadang tugas yang tidak menantang bagi beberapa peserta didik bisa jadi sangat rumit bagi yang lain.
6. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual.
Ada waktu ketika pembelajaran seluruh kelas adalah pilihan yang efektif dan efisien. Ini berguna untuk misalnya, membangun pemahaman bersama, dan memberikan kesempatan untuk diskusi dan melakukan ulasan bersama yang dapat membangun rasa kebersamaan.
Pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh irama berulang dari melakukan persiapan kelas, mengulas kembali, dan berbagi, yang kemudian diikuti oleh kesempatan untuk eksplorasi, ekstensi (pendalaman materi), dan produksi (menghasilkan pekerjaan) individu atau kelompok kecil.
7. Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis.
Di setiap ruang kelas yang berbeda-beda, mengajar adalah sebuah evolusi. Murid dan guru sama-sama menjadi pembelajar. Guru mungkin tahu lebih banyak tentang materi pelajaran, namun mereka juga terus belajar tentang bagaimana murid mereka belajar. Kolaborasi yang berkelanjutan dengan murid diperlukan untuk memperbaiki peluang belajar agar efektif untuk setiap murid. Guru memantau kecocokan antara kebutuhan murid dan proses pembelajaran mereka serta membuat penyesuaian sebagaimana diperlukan.
Diadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms, 3rd Edition, oleh Carol Ann Tomlinson, Alexandria, VA: ASCD. ©2017 oleh ASCD. Hak cipta terdaftar.
Peran Kepemimpinan Sekolah
Peran Kepemimpinan Sekolah dalam Keberhasilan Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi.
Meskipun Pembelajaran berdiferensiasi memang bukanlah sebuah gagasan yang baru, namun untuk banyak guru-guru, terutama yang terbiasa dengan pedagogi tradisional, implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini mungkin pada awalnya akan tidak mudah, karena diperlukan perubahan paradigma dalam melihat proses pembelajaran. Bahkan untuk para guru yang sudah memiliki cara berpikir yang terbuka pun dan yakin dengan manfaat dari pembelajaran berdiferensiasi ini, mereka masih tetap perlu didukung dalam praktek penerapannya. Oleh karena itu, peran kepemimpinan sekolah menjadi sangat penting.
Kepala sekolah dan para guru diharapkan dapat memiliki pandangan dan tindakan yang selaras dan memiliki visi yang sama terkait dengan implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini. Beberapa hal berikut ini mungkin dapat dipertimbangkan untuk menyelaraskan visi dan mendukung implementasi pembelajaran berdiferensiasi di sekolah.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kepala sekolah diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan pemahamannya tentang konsep pembelajaran berdiferensiasi dan teori-teori yang mendasarinya, namun juga memimpin guru-guru di sekolahnya dalam sebuah proses belajar yang berkelanjutan dengan terus merefleksikan praktek-praktek pembelajaran yang terjadi di sekolah serta mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut. Kepala sekolah juga diharapkan memodelkan keyakinannya tentang pembelajaran yang berpusat pada murid lewat tindakan-tindakan dan pendekatan-pendekatan yang ia gunakan dalam merespon berbagai situasi di sekolahnya, termasuk dalam proses pengelolaan sekolah.
Kepala sekolah dapat terus meningkatkan kapasitas guru-gurunya dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dalam rangka menguatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Ini dapat dilakukan dengan mendukung dan mendorong guru untuk belajar, memberikan akses ke peluang pengembangan profesional, serta menyediakan berbagai akses ke sumber-sumber belajar bagi guru, seperti buku-buku, serta membangun kemitraan untuk memberikan guru-guru akses ke contoh-contoh praktik baik, dsb.
Kepala sekolah dapat membangun sistem yang membantu guru-guru untuk dapat menerapkan prinsip dan praktik yang mereka pelajari, misalnya dengan mengatur jadwal yang memungkinkan adanya dukungan bagi pelaksanaan perencanaan kolaboratif, meninjau ulang proses dan mekanisme pelaksanaan proses penilaian kinerja dan supervisi pembelajaran, agar selaras dengan nilai-nilai dan praktek-praktek pembelajaran berdiferensiasi yang baik.
“Semua pengetahuan terhubung ke semua pengetahuan lainnya. Yang menyenangkan adalah membuat koneksinya.”
(Arthur Aufderheide)
Durasi : 2 JP
Moda: Penugasan Mandiri secara asinkron
Tujuan Pembelajaran Khusus: :
CGP dapat membuat sintesa pemahaman dengan mengkoneksikan semua materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk menjelaskan pemahamannya tentang pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana mengimplementasikannya.
Pertanyaan Pemantik untuk sesi pembelajaran ini adalah:
Apakah saya mengubah pemikiran saya sebagai akibat dari apa telah saya pelajari?
Bagaimana perubahan pemikiran tersebut berkontribusi terhadap pemahaman saya tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi?
Bagaimana saya tetap dapat bersikap positif walaupun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini?
Selamat datang kembali Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak dalam rangkaian sesi pembelajaran Modul Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Kali ini Anda telah memasuki sesi pembelajaran keenam. Kami yakin, implementasi dalam konteks nyata serta diskusi dan konsultasi yang telah Anda lakukan pada pembelajaran sebelumnya telah mengaktifkan sinaps-sinaps di otak Anda sehingga semakin banyak koneksi yang Anda buat.
Kali ini, Anda akan diberikan tantangan yang memungkinkan Anda untuk tidak saja mereview kembali apa yang telah Anda pelajari, namun juga membuat koneksi diantara materi-materi tersebut dalam cara yang paling bermakna untuk Anda. Yang menyenangkan adalah, Anda juga diperbolehkan untuk memilih caranya!
Lakukanlah refleksi secara individu terhadap perjalanan pembelajaran Anda hingga saat ini dengan merespon beberapa pertanyaan dan tugas berikut ini.
Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas.
Jelaskan bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal. Jelaskan pula bagaimana Anda melihat kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak.
Tuangkan kesimpulan yang Anda buat tersebut dengan menggunakan cara atau media yang dapat Anda pilih sendiri. Anda dapat memilih menulis artikel, membuat infografik, vlogging (video blogging), dsb.
Unggahlah hasil kerja Anda pada kegiatan ini.
“Hanya ada satu bukti dari kemampuan — tindakan.”
(Marie Ebner-Eschenbach)
Durasi: 0 JP
Moda: Penugasan Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP mengimplementasikan dan melakukan refleksi terhadap implementasi pembelajaran berdiferensiasi di kelas.
Selamat Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak!
Akhirnya Anda telah tiba di sesi pembelajaran terakhir dari Modul Pembelajaran Berdiferensiasi ini. Sekarang saatnya Anda melakukan aksi nyata. Ingat, belajar akan bermakna jika Anda dapat menggunakannya untuk memecahkan permasalahan Anda.
Setelah mempelajari dan memahami materi tentang pembelajaran berdiferensiasi, tentu Anda ingin mengimplementasikannya dalam praktik sehari-hari, bukan? Anda dapat melihat kembali RPP yang sudah Anda buat di awal tahun ajaran/awal semester. Cobalah untuk melihat kembali apakah tujuan pembelajaran yang Anda buat sudah jelas untuk diri Anda dan juga murid Anda. Pengetahuan, keterampilan, sikap apa yang dideskripsikan dalam tujuan pembelajaran tersebut yang harus dikuasai oleh murid-murid Anda? Setelah Anda memahami dengan jelas tujuan pembelajaran tersebut, selanjutnya analisislah kebutuhan belajar murid Anda. Bagaimana kesiapan belajar mereka jika dikaitkan dengan tujuan pembelajaran? Apakah mereka telah memiliki pengetahuan awal atau keterampilan yang dipersyaratkan? Siapa saja murid-murid yang menurut Anda akan memerlukan bantuan lebih? Siapakah yang perlu diberikan tantangan? Aktivitas jangkar apa yang akan Anda siapkan? Setelah itu, tentukanlah bentuk diferensiasi apa yang akan Anda lakukan (konten/proses/produk) untuk membantu Anda merespon kebutuhan belajar murid-murid Anda tersebut. Bagaimana Anda akan mengatur kelas supaya efektif? Strategi pengelompokan apa yang akan Anda pilih? Bagaimana Anda akan memastikan bahwa lingkungan belajar yang Anda siapkan mengundang murid Anda untuk belajar? Setelah itu, mulailah mengimplementasikan rencana pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas Anda.
Anda tidak ditugaskan untuk melaporkan implementasinya ke dalam LMS. Namun pada pendampingan individu berikutnya, Anda berkesempatan untuk mendiskusikan refleksi dari penerapan tersebut bersama pendamping Anda. Pada kunjungan pendampingan individu ke-4, Anda juga akan memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan pembelajaran berdiferensiasi di hadapan Pengajar Praktik. Di luar itu semua, Anda sangat dipersilakan mendokumentasikan penerapan pembelajaran diferensiasi dan membagikannya kepada orang-orang di sekitar Anda, serta mengunggahnya dalam situs portofolio digital milik Anda.
Selamat melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid!
Selamat!
Anda telah menyelesaikan rangkaian sesi pembelajaran untuk Modul “Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi”. Kami berharap Anda mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mulai menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas Anda dan mendapatkan kepercayaan diri serta keyakinan bahwa Anda mampu melakukannya.
Seperti yang sebelumnya telah berkali-kali kami sampaikan, belajar hanya akan bermakna jika Anda dapat menerapkannya dalam konteks pemecahan masalah yang Anda hadapi sehari-hari. Oleh karena itu, langkah awal yang Anda ambil akan menjadi sangat penting. Mulailah dengan langkah kecil, sedikit demi sedikit. Bersiaplah untuk kesalahan dan ketidaknyamanan yang mungkin terjadi, namun bertahanlah dan segera lakukanlah refleksi. Kesalahan yang Anda buat seharusnya dapat meningkatkan keterampilan Anda dalam memecahkan masalah. Riset membuktikan bahwa belajar dari kesalahan memiliki potensi untuk meningkatkan keterampilan metakognisi Anda dan efikasi diri Anda, karena Anda akan merasa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan pekerjaan Anda dengan baik. Jadi, tetaplah semangat!
Kami juga berharap, Anda tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan selama sesi pembelajaran modul ini. Interaksi Anda dengan fasilitator dan para calon guru penggerak lainnya saat berdiskusi dan bekerja kelompok semoga juga memberikan Anda kesempatan untuk memperluas jejaring kolegial Anda. Kami berharap jejaring ini nantinya dapat menjadi sistem pendukung untuk Anda dalam perjalanan Anda sebagai guru penggerak nantinya.
Atas nama penulis modul dan para fasilitator, kami mohon maaf jika Ada kesalahan yang secara tidak sengaja kami lakukan, baik dalam proses penulisan maupun saat proses pembelajaran modul ini.
Salam!