Durasi : 1 JP
Moda : Mandiri
Tujuan Pembelajaran: CGP mampu merumuskan visi pribadi mengenai murid dan sekolah yang menumbuhkembangkan Profil Pelajar Pancasila.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak!
Dalam Pembelajaran 1 ini kita akan menggali pemahaman kita atas visi. Ingatkah Bapak/Ibu CGP, pada masa kecil, kita pernah ditanya mengenai cita-cita. Pertanyaan yang sering diajukan adalah, “Mau jadi apa jika sudah besar?”. Pada masa itu, sebagian besar dari kita dapat menjawab dengan percaya diri. Kita menjawab dengan bersemangat tentang profesi yang ingin kita geluti di masa depan. Padahal, kita belum tahu apakah hal itu dapat dicapai atau tidak. Seperti itulah visi.
Visi itu bagaikan membayangkan sebuah lukisan lengkap pada kanvas yang masih kosong. Visi juga dapat diibaratkan sebagai bintang penunjuk arah yang memandu penjelajah untuk mencapai tujuannya. Visi memang belum terjadi saat ini, namun begitu kuat kita inginkan untuk terwujud di masa depan. Visi adalah representasi visual kita akan masa depan. Penggambaran visi yang jelas tentang keadaan di masa depan dapat membantu kita untuk merencanakan dan menyelaraskan upaya-upaya mewujudkannya.
Refleksi Mandiri 1
Kita semua mengenal “Sumpah Palapa” dari Gajah Mada. Lewat sejarah kita belajar bagaimana kemudian visi yang Gajah Mada artikulasikan sebagai sumpah tersebut menggerakkan Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan besar di Nusantara. Visi pribadi beliau begitu kuat, dipercaya, hingga didukung oleh warga dan kerajaannya. Visi itu menguatkan hatinya, menggerakkan hati semua orang, dan mempersatukan gerak bersama dalam pencapaiannya. Gajah Mada adalah Mahapatih bukan Raja dari Kerajaan Majapahit saat itu. Kisah Gajah Mada itu dapat kita tarik ke dalam konteks guru dan sekolahnya. Guru memang bukan Kepala Sekolah, namun jika visi seorang guru memiliki makna yang kuat maka visi tersebut berpeluang menghubungkan hati lebih banyak pihak hingga kemudian mengundang upaya kolaboratif demi mewujudkannya. Visi seorang guru harus dapat di-amini semua pihak karena sangat jelas keberpihakannya pada murid.
Nah, ketika kita sebagai seorang guru membayangkan suatu visi, apakah kita telah menyertakan gambaran murid ke dalamnya? Sebagai seorang guru, mendidik bukanlah pekerjaan administratif. Target pekerjaan kita bukan sebuah dokumen, selembar kertas, atau daftar angka. Mendidik tidak hanya berbicara tentang dimensi waktu “sekarang”. Sasaran pekerjaan kita adalah manusia. Target pekerjaan kita adalah pertumbuhan manusia demi manusia. Hasil pekerjaan kita baru akan terlihat saat manusia ini berkarya di masa depan nanti. Oleh karena itu, memiliki visi tentang pertumbuhan murid menjadi hal yang sangat penting bagi seorang guru. Visi yang diharapkan terwujud pada murid Bapak/Ibu di masa depan. Visi mengenai murid inilah yang nantinya menjadi bintang penunjuk arah bagi guru dalam menentukan program dan strategi pembelajaran.
Pada kesempatan ini kita juga akan membayangkan tanggung jawab kita sebagai seorang guru dengan peran sebagai Guru Penggerak. Kita memiliki peran untuk mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, dan memimpin pengembangan sekolah. Peran ini memunculkan harapan bahwa ada hal besar yang kita harapkan dapat kita capai di masa depan. Sebagai Guru Penggerak kelak, peran kita akan melampaui dinding dan pintu kelas di mana kita mengajar. Oleh karena itu, Guru Penggerak perlu mengartikulasikan harapan besar mengenai dirinya, murid, rekan kerja, sekolah, dan kedigjayaan Indonesia dalam kalimat-kalimat yang sifatnya pribadi, sehingga paling tidak dapat menggerakkan hatinya, menyemangati dirinya, di tengah jatuh-bangun perjuangannya kelak.
Untuk membantu Bapak/Ibu dalam memaknai bagaimana pentingnya visi tentang murid, mari kita membuat “gambar” yang bertemakan “Imajiku tentang murid di masa depan”. Buatlah satu gambar mengenai murid yang Bapak/Ibu dambakan 5-10 tahun mendatang. Sertakan juga dalam gambar itu, lingkungan pembelajaran yang sesuai untuk murid sebagaimana Bapak/Ibu cita-citakan. Gambarkan situasi murid, peran guru, juga suasana sekolah sesuai dengan cita-cita Bapak/Ibu. Konsentrasikan diri pada substansi pesan pribadi Bapak/Ibu bukan pada keindahan gambarnya.
Refleksi Mandiri 2
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah membuat “gambar”? Semoga gambar mengenai mimpi tentang murid dan lingkungan pembelajaran di masa depan ini mendatangkan perasaan bahagia dalam diri sebagai guru. Gambar yang Bapak/Ibu buat sesungguhnya adalah visi mengenai layanan dan lingkungan pembelajaran di masa depan yang akan kita berikan pada murid kita. Ketika kita menggambar visi, maka yang muncul adalah keyakinan dalam diri untuk mewujudkannya. Akhirnya, kita pun terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di sekolah agar terjadi upaya perbaikan dan perubahan berkesinambungan yang diperlukan agar visi menjadi kenyataan.
Pada kesempatan ini, marilah merangkai mimpi dalam gambar tersebut ke dalam kata-kata yang lebih jelas sebagai sebuah visi Bapak/Ibu. Kalimat rumpang dalam paragraf berikut ini menyediakan panduan untuk menuliskan visi yang telah Bapak/Ibu gambar. Diharapkan kegiatan ini dapat membantu Bapak/Ibu menyingkap apa yang sebetulnya telah dan perlu terus diyakini demi kebaikan murid-murid. Silahkan lengkapi kalimat rumpang ini dengan sungguh-sungguh sepenuh hati dan pikiran, sehingga tersusun sebuah paragraf utuh yang dapat menggambarkan visi tentang murid dan sekolah yang Bapak/Ibu idam-idamkan. Sebuah sekolah yang berpihak pada murid, dan menuntun murid mengejawantahkan Profil Pelajar Pancasila.
Saya memimpikan murid-murid yang ……………………………………………………...............
Saya percaya bahwa murid adalah ……………………………………………………...................
Di sekolah, saya mengutamakan ……………………………………………………......................
Murid di sekolah saya sadar betul bahwa …………………………………………………….......
Saya dan guru lain di sekolah saya yakin untuk ………………………………………………….
Saya dan guru lain di sekolah saya paham bahwa ……………………………………………....
Refleksi Mandiri 3
Pada kesempatan ini, mari kita formulasikan VISI Bapak/Ibu sebagai pendidik. Jadikan kesempatan ini bermakna pribadi, bukan untuk sekedar memenuhi tagihan centang di LMS Bapak/Ibu. Gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk kemudian dirumuskan dalam sebuah VISI:
Apa makna pernyataan visi bagi Bapak/Ibu?
Apa harapan, cita-cita Bapak/Ibu untuk murid, rekan pendidik, komunitas sekolah, kehidupan masyarakat di daerah Bapak/Ibu, dan bangsa-negara Indonesia?
Apa yang selama ini jadi keyakinan bersama dan menyatukan sekolah kita?
Apa yang diharapkan menjadi pembeda antara murid di sekolah Bapak/Ibu dengan murid di sekolah lain?
Apa kontribusi orang dewasa dan para pemangku kepentingan di sekolah kita dalam mewujudkan murid dengan Profil Pelajar Pancasila?
Susunlah rumusan VISI Bapak/Ibu dalam kalimat-kalimat yang menggunakan kata bermakna kuat, spesifik, berorientasi masa depan, menekankan potensi yang ada sehingga khas menggambarkan murid dan sekolah dalam konteks yang sesuai dengan kenyataan Bapak/Ibu masing-masing.
Sebagai guru dan Guru Penggerak, Bapak/Ibu kelak akan terlibat dalam proses menyusun atau menelaah kembali visi sekolah. Diharapkan, proses belajar dalam modul ini dapat menguatkan Bapak/Ibu sehingga membantu sekolah melihat pentingnya melibatkan murid dan komunitas sekolah dalam merumuskan visi sekolah.
Pada tugas ini, artikulasikanlah nilai-nilai, filosofi, harapan atas murid di sekolah yang Bapak/Ibu yakini dalam sebuah VISI. Pastikan kalimat-kalimat yang digunakan memiliki makna tersendiri bagi Bapak/Ibu secara pribadi sehingga ketika dibaca, kalimat itu akan menyemangati Bapak/Ibu sendiri, sekaligus menggerakkan hati tiap orang yang turut membacanya. Lewat kalimat itu, Bapak/Ibu harus menggambarkan seberapa berharga visi tersebut hingga patut diperjuangkan pencapaiannya.
Durasi : 2 JP
Moda : Belajar Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat menjelaskan pentingnya visi yang berpihak pada murid sebagai landasan segala inisiatif perubahan dalam pendidikan.
CGP dapat menguraikan manajemen perubahan dengan pola pikir positif melalui pendekatan inkuiri apresiatif dilakukan.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, selamat datang di pembelajaran kedua! Kali ini, kita akan mengeksplorasi mengapa lingkungan belajar yang bermakna dan berpihak pada murid itu harus ditumbuhkan. Bapak/Ibu CGP telah membuat lukisan mimpi dan narasi visi mengenai murid dan lingkungan belajar di masa depan yang sesuai murid yang Bapak/Ibu impikan. Nah, kali ini kita akan membahas lanjutan mengenai visi, bagaimana mewujudkannya dengan sebuah pendekatan Inkuiri Apresiatif. Inkuiri Apresiatif (IA) adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif untuk menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan (Cooperrider & Whitney, 2005). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang IA dan bagaimana melakukannya di satuan pendidikan kita, mari kita menyimak bacaan-bacaan pada halaman berikutnya.
Aku Melihat Indonesia
Karya: Ir. Soekarno
Jikalau aku berdiri di pantai Ngliyep
Aku mendengar Lautan Hindia bergelora membanting di pantai Ngliyep itu
Aku mendengar lagu, sajak Indonesia
Jikalau aku melihat sawah-sawah yang menguning-menghijau
Aku tidak melihat lagi batang-batang padi yang menguning menghijau
Aku melihat Indonesia
Jikalau aku melihat gunung-gunung
Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Merbabu, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung
Kelebet, dan gunung-gunung yang lain
Aku melihat Indonesia
Jikalau aku mendengarkan Lagu-lagu yang merdu dari Batak
bukan lagi lagu Batak yang kudengarkan
Aku mendengarkan Indonesia
Jikalau aku mendengarkan Pangkur Palaran
bukan lagi Pangkur Palaran yang kudengarkan
Aku mendengar Indonesia
Jikalau aku mendengarkan lagu Olesio dari Maluku
bukan lagi aku mendengarkan lagu Olesio
Aku mendengar Indonesia
Jikalau aku mendengarkan burung Perkutut
menyanyi di pohon ditiup angin yang sepoi-sepoi
bukan lagi aku mendengarkan burung Perkutut
Aku mendengarkan Indonesia
Jikalau aku menghirup udara ini
Aku tidak lagi menghirup udara
Aku menghirup Indonesia
Jikalau aku melihat wajah anak-anak
di desa-desa dengan mata yang bersinar-sinar
“Pak Merdeka; Pak Merdeka; Pak Merdeka!”
Aku bukan lagi melihat mata manusia
Aku melihat Indonesia
A.1. Berpikir Strategis
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu usai membaca puisi di atas? Apa yang bergelora dalam darah Bapak/Ibu? Ya, puisi di atas menunjukkan visi Presiden Pertama kita akan wujud kesatuan dari ragam kekayaan yang ada di Indonesia. Beliau begitu kuat menggambarkan pesan beliau tersebut lewat sepotong puisi. Kita belajar, bahwa visi dapat disajikan dalam bentuk yang beraneka ragam dan apapun bentuknya, visi itu harus menyemangati, menggerakkan hati dan kolaborasi tiap anggota dalam suatu komunitas.
Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang umum diinginkan semua pihak. Mungkin saja, sebagian dari Bapak/Ibu juga menuliskan mimpi itu pada gambaran visinya. Namun, dalam prakteknya, kalimat tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan. Perlu perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Inilah salah satu tujuan visi, yaitu untuk mencapai perubahan yang lebih baik dari kondisi saat ini. Visi membantu kita untuk melihat kondisi saat ini sebagai garis “start” dan membayangkan garis “finish” seperti apa yang ingin dicapai. Ini bagaikan seorang pelari yang perlu mengetahui garis “start” dan garis “finish” bahkan sebelum ia benar-benar berlari melintasi jalur lari tersebut.
Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia untuk terus berinovasi dan terbuka terhadap perubahan zaman. Untuk mewujudkan hal ini seorang pemimpin membutuhkan partisipasi dari semua warga sekolah.
Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat bertahap. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, Bapak/Ibu CGP hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di dalam lingkaran pengaruh Bapak/Ibu untuk menjalani proses perubahan ini bersama-sama. Bapak/Ibu bukanlah penyedia semua jawaban dan jalan keluar bagi sekolah, Bapak/Ibu adalah penyelaras konteks dan pembangun koherensi perubahan. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah impian. Bapak/Ibu perlu mendalami peran strategis rekan guru dan segenap komunitas orang dewasa di sekitar murid demi meningkatkan kualitas pembelajaran bagi murid. Bapak/Ibu tidak mungkin dapat menjangkau semua murid sendiri.
Jalan yang ditempuh untuk mewujudkan visi tersebut bukanlah jalan untuk mencari kemenangan semata. Jalan yang harus kita pilih adalah jalan kesinambungan atau keberlanjutan. Dengan demikian, yang dibangun bukanlah hubungan transaksional, yang dibangun adalah hubungan antar-manusia dan gotong-royong sehingga sekolah menjadi wahana utama untuk mengedepankan kepentingan murid, memberdayakan murid, mengajak murid duduk di kursi kendali pembelajaran mereka sendiri. Tut wuri handayani terejawantahkan.
A.2. Inkuiri Apresiatif sebagai Paradigma
Untuk dapat mewujudkan visi sekolah impian dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jika diibaratkan seperti seorang pelari yang memiliki tujuan mencapai garis “ finish”, maka ia butuh peralatan yang mendukung selama berlatih seperti alat olahraga. Dalam pembelajaran kali ini, kita akan mengeksplorasi paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Cooperrider & Whitney, 2005; Noble & McGrath, 2016). Kita akan memakai pendekatan IA sebagai ‘alat olahraga’ untuk kita berlari mencapai garis “finish”kita yaitu visi yang kita impikan.
Dalam sebuah video di Youtube (sumber: "youtu.be/3JDfr6KGV-k"), Cooperrider, yang adalah tokoh yang mengembangkan IA, menyatakan bahwa pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa. Manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan pada masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut untuk diperbaiki. Hal ini berbeda dengan IA yang berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi.
IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Menurut Cooperrider & Whitney (2005), Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan. Ia berpendapat juga bahwa saat ini kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang benar dan baik. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan apresiasi atas hal yang sudah berjalan baik. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan.
Dalam video di Youtube tersebut, Cooperrider juga menceritakan bahwa pendapatnya ini sejalan dengan pendapat Peter Drucker, seorang Begawan dalam dunia kepemimpinan dan manajemen. Menurut Drucker, kepemimpinan dan manajemen adalah keabadian. Oleh sebab itu, seorang pemimpin bertugas menyelaraskan kekuatan yang dimiliki organisasi. Caranya adalah dengan mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi tidak menjadi penghalang, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan.
“Perubahan di sekolah dapat diinisiasi oleh pihak luar, tetapi perubahan yang paling penting dan berkesinambungan akan datang dari dalam.” ~ Roland Barth, “Improving schools from within” (1990)
B.1. Inkuiri Apresiatif sebagai Pendekatan Manajemen Perubahan (BAGJA)
Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan ketiadaan menjadi tidak relevan lagi. Berpijak dari hal positif yang telah ada, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah impian dan visi setiap warga sekolah.
Perubahan yang positif di sekolah tidak akan terjadi jika pertanyaan yang diajukan mengenai kondisi sekolah saat ini diawali dengan permasalahan yang terjadi atau mencari aktor sekolah yang melakukan kesalahan. Pertanyaan yang sering diajukan adalah, “Mengapa capaian hasil belajar siswa rendah?”, “Apa yang membuat rencana kegiatan sekolah tidak berjalan lancar?”, dan sebagainya. Motivasi untuk melakukan perubahan tentu akan berangsur menurun jika diskusi diarahkan pada permasalahan. Suasana psikologis yang terbangun tentu akan berbeda jika pertanyaan diawali dengan pertanyaan positif seperti ini:
Hal-hal baik apa yang pernah dicapai murid di kelas?
Apa pelajaran menarik yang dapat dipetik dari setiap guru di kelas?
Bagaimana mengembangkan praktik baik setiap guru untuk dipertahankan sebagai budaya sekolah?
Dalam modul 1.3 ini, kita mempelajari IA lebih dalam sebagai salah satu model manajemen perubahan di lingkungan pembelajaran, baik itu di kelas maupun sekolah. Kita akan mencoba menerapkannya melalui tahapan dalam IA yang di dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi). Silakan simak dan pelajari videonya terlebih dahulu.
Tahapan BAGJA
BAGJA adalah gubahan tahapan Inkuiri Apresiatif sebagai pendekatan manajemen perubahan yang pertama kali diperkenalkan oleh Cooperrider ke dalam langkah 4D Discover-Dream-Design-Deliver (Cooperrider & Whitney, 2005) yang kemudian dalam praktik-praktik selanjutnya tahapan Discover dipecah menjadi Define dan Discover (Cooperrider et.al, 2008). Inilah kemudian yang menjadi langkah-langkah yang perlu Bapak/Ibu ikuti dalam menerapkan perubahan sesuai dengan visi yang Bapak/Ibu telah impikan berdasarkan tahapan BAGJA. Tahap pertama, Buat Pertanyaan Utama (Define). Di tahap ini, Bapak/Ibu merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan yang diinginkan atau diimpikan. Tahap kedua, Ambil Pelajaran (Discover).
Pada tahapan ini, Bapak/Ibu mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di kelas maupun sekolah serta pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut. Tahap ketiga, Gali Mimpi (Dream). Pada tahapan ini, Bapak/Ibu dapat menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di lingkungan pembelajaran. Disinilah visi benar-benar dirumuskan dengan jelas. Tahap ketiga, Jabarkan Rencana (Design). Di tahapan ini, Bapak/Ibu dapat merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi. Tahapan terakhir, Atur Eksekusi (Deliver). Di bagian ini, Bapak/Ibu memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan Bapak/Ibu ajak dan pasti mau untuk terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi perlahan-lahan. Tabel berikut ini berupaya memperlihatkan rangkuman (ciri) tiap tahapan B-A-G-J-A.
B.2. Proses Inkuiri dalam BAGJA
Mungkin banyak yang akan berpendapat bahwa BAGJA hanyalah satu dari sekian banyak manajemen perubahan yang ada di luar sana. Hal itu benar adanya. Dalam Program Guru Penggerak ini, BAGJA dipilih karena dapat berfungsi sebagai wahana yang menguatkan hubungan antar manusia di sekolah. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dalam tahap demi tahap memungkinkan Guru Penggerak sebagai pemrakarsa (pemimpin dan pengelola) perubahan untuk menguatkan hubungan antar manusia dan gotong-royong.
Hal itu selaras dengan apa yang dinyatakan oleh Lewis (2016), dimana maksud dari Inkuiri Apresiatif adalah untuk memungkinkan anggota komunitas sekolah melakukan ko-kreasi langkah maju bersama yang berangkat dari kedalaman pemahaman akan makna/inti kesuksesan dan sumber-daya mereka sendiri; sehingga ko-kreasi kesuksesan masa depan mereka kontekstual. BAGJA pun menuntut Guru Penggerak beranjak dari cara berpikir defisit ke cara berpikir aset, menjadi tangguh-pantang menyerah, dan terus meningkatkan efikasi diri dalam memimpin dan mengelola perubahan.
Kekuatan BAGJA ada pada proses penggalian jawaban pertanyaan yang didasari oleh rasa ingin tahu, kebaikan, dan kebersamaan. BAGJA mewujud menjadi pengalaman kolaboratif yang apresiatif dan bermakna bagi peningkatan kualitas belajar murid di sekolah. Pertanyaan itu akan membawa komunitas sekolah untuk berefleksi, menggali lebih dalam hal-hal yang bermakna, untuk kemudian diinternalisasi dan dijadikan sebagai bahan perbaikan-peningkatan dalam menjalankan perubahan demi perubahan.
Gambar: Proses Inkuiri Apresiatif - BAGJA
Gambar tersebut berupaya menggambarkan proses BAGJA, yang harus dimulai dengan filosofi dan visi yang berpusat pada kepentingan murid. Dari sana kemudian diturunkan menjadi tujuan-tujuan rinci berupa prakarsa perubahan. Boleh jadi, karena telah memiliki visi yang kuat maka prakarsa perubahan muncul dari keresahan. Dari sana kemudian pertanyaan-pertanyaan dan rencana-tindakan yang perlu-dilakukan disusun. Tahap demi tahapnya kemudian direalisasikan, rencana-tindakan yang perlu-dilakukan dijalankan, pertanyaan-pertanyaan yang ada digali bersama tim dan anggota komunitas sekolah hingga membuahkan temuan (data, cerita, fakta). Temuan itulah yang kemudian menjadi dasar untuk menelaah kembali rancangan pertanyaan dan tindakan yang telah dibuat. Barulah kemudian, rencana (sebagai dokumen resmi) dapat dibuat hingga akhirnya di-eksekusi, di-monitoring, serta di-evaluasi keselarasannya dengan visi.
Amati - Tiru - Modifikasi
Lewis (2016) menguatkan bahwa pertanyaan-pertanyaan Inkuiri Apresiatif harus mampu: mengarahkan perhatian pada hal positif, mengidentifikasi nilai-nilai positif, mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, berfokus pada apa yang diinginkan terjadi atau ada lebih banyak, berfokus pada aspek kehidupan sehari-hari di sekolah, mengungkap narasi ‘baru’, mengungkap makna yang spesifik (akrab dan kontekstual). Dengan demikian, lewat pertanyaan-pertanyaan dalam tahapan BAGJA, Guru Penggerak diharapkan dapat mengejawantahkan pola pikir yang tepat, visi yang kuat, serta spirit yang membara.
Untuk memulai belajar membuat pertanyaan bermakna yang tepat, relevan, dan apresiatif pada tiap tahapan BAGJA, Bapak/Ibu diharapkan dapat memodifikasi pertanyaan-pertanyaan yang telah dicontohkan dalam contoh BAGJA dari beberapa prakarsa perubahan. Bapak/Ibu juga dapat menyimaknya dalam video berikut.
Semoga semua yang telah Bapak/Ibu pelajari memperkaya “persenjataan” Bapak/Ibu dalam meniti langkah-langkah kecil hingga terwujudnya visi Bapak/Ibu mengenai murid yang telah Bapak/Ibu jabarkan sebelumnya. Pada awal penerapannya, mungkin Bapak/Ibu akan merasakan kejanggalan atau meragukan keberhasilannya. Namun, kami mengajak Bapak/Ibu untuk mencobanya dan menikmati kurva belajarnya. Kurva belajar yang Bapak/Ibu akan alami mirip seperti seekor anak burung yang belajar terbang (Gambar dibawah). Pada saat pertama kali terbang, jalur terbang anak burung tidak akan langsung ke atas, tapi akan ke bawah dahulu kemudian meliuk ke atas sebagaimana terlihat pada gambar berikut.
Dengan merujuk pada kurva belajar ini, maka marilah terus percaya bahwa pendekatan positif akan membuahkan hasil yang lebih luar biasa. Ini adalah kebiasaan baru.
Berdasarkan penjelasan mengenai Inkuiri Apresiatif dan video-video BAGJA sebelumnya, Bapak/Ibu CGP diajak untuk mengaplikasikan BAGJA ke dalam konteks pengalaman pribadi. Bayangkan impian, cita-cita, tujuan yang telah Bapak/Ibu raih, yang telah tercapai. Ingat kembali proses yang telah Bapak/Ibu lalui sejak mulai menetapkan hati untuk memiliki impian, cita-cita, tujuan tersebut, berproses untuk mencapai dan mewujudkannya, hingga akhirnya impian, cita-cita, tujuan tersebut tercapai. Pengalaman pribadi tersebut mungkin terjadi bertahun-tahun yang lalu. Pengalaman tersebut bisa saja terjadi di masa bersekolah dahulu. Sesederhana bermimpi mendapatkan prestasi yang bagus pada mata pelajaran yang disukai saat bersekolah dulu.
https://docs.google.com/presentation/d/1jhBmKPWDcFwJRgUbSShRdlRHeT1bLyKATl2A0hiGMQk/edit?usp=sharing
Setelah mempelajari materi melalui bahan bacaan yang telah disediakan, selanjutnya Bapak/Ibu akan melakukan diskusi secara asinkron untuk lebih memperdalam pemahaman Bapak/Ibu mengenai Visi Guru Penggerak. Dalam sesi forum diskusi ini, silahkan berbagi mengenai:
VISI mengenai seperti apa murid Bapak/Ibu sekarang di masa depan (sebagaimana Bapak/Ibu tuliskan pada Tugas Mulai dari Diri)
Kalimat kesimpulan dari Bapak/Ibu yang menggambarkan pemahaman mendalam atas konsep Inkuiri Apresiatif
Setelah selesai memberikan kesimpulan tertulis di atas terlebih dahulu, Bapak/Ibu akan masuk ke dalam forum diskusi. Forum ini dimaksudkan untuk memberikan Bapak/Ibu kesempatan mendiskusikan gagasan, pemikiran dan pertanyaan-pertanyaan yang Bapak/Ibu miliki bersama Fasilitator.
Sebelum masuk dalam forum diskusi, mohon memperhatikan hal ini:
Diskusi ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman bersama mengenai inkuiri apresiatif sebagai model manajemen perubahan demi mewujudkan keberpihakan pada murid.
Peserta forum diskusi diharapkan dapat bersikap terbuka terhadap pendapat dan menunjukkan sikap saling menghargai.
Fasilitator akan menjadi moderator diskusi yang akan memandu sesi berbagi dan memastikan semua CGP mendapat kesempatan menyampaikan opininya.
Fasilitator juga akan memberikan gambaran umum, berbagi visi, dan menguatkan pemahaman di akhir sesi.
Forum diskusi di LMS akan dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
Merencanakan Prakarsa Perubahan untuk Mewujudkan Visi
“Tugas kepemimpinan adalah menciptakan keselarasan kekuatan, dengan cara yang membuat kelemahan suatu sistem menjadi tidak relevan.”
Peter F. Drucker
Durasi: 3 JP
Moda: Penugasan kelompok
Tujuan Pembelajaran: CGP dapat menyusun rencana BAGJA dari kalimat prakarsa perubahan sebagai bentuk ejawantah visi yang mempertimbangkan profil pelajar pancasila, aset, dan operasionalisasi pencapaiannya.
Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak pada sesi pembelajaran ketiga!
Mari kita mengingat kembali visi yang telah dilukiskan dan dirumuskan mengenai murid Bapak/Ibu di masa depan pada Pembelajaran 1. Untuk mencapai visi ini, tentu Bapak/Ibu tidak dapat begitu saja turun menjadi tindakan-tindakan. Karena visi sifatnya jangka panjang, maka Bapak/Ibu perlu memutuskan prakarsa-prakarsa yang perlu dilakukan sebagai tujuan-tujuan antara.
Pada bagian ini, Bapak/Ibu akan bekerja secara kolaboratif bersama rekan sekelompok. Di bagian sebelumnya, tiap anggota kelompok telah berbagi mengenai visinya masing-masing. Kini, dalam kelompok, putuskan satu visi yang dapat menjadi visi untuk kelompok Bapak/Ibu. Boleh jadi, visi tersebut dipilih satu dari yang telah dibuat anggota kelompok, atau boleh juga visi tersebut merupakan olahan bersama yang terinspirasi dari visi yang telah dibuat anggota kelompok. Yang pasti, kelompok harus menyepakati SATU visi terlebih dahulu.
Sinek (2019) dalam bukunya “Infinite Game” menyatakan jika kita ingin bermain dalam “dunia permainan” yang tak terbatas, maka kita perlu menetapkan suatu “just cause” sebagai harapan masa depan, sesuatu yang membuat kita berani melakukan pengorbanan yang diperlukan demi mewujudkannya, sesuatu yang menjadi alasan spesifik yang kuat, dan jika tercapai maka pencapaian itu akan dirasakan jauh lebih besar dibanding yang dirasakan pada pencapaian lainnya.
Visi yang telah disusun itu kemudian kita turunkan menjadi prakarsa-prakarsa perubahan sebagai tonggak-tonggak pencapaian yang akan mengantarkan kita dari waktu demi waktu ke jarak yang lebih dekat dengan visi yang telah kita susun. Untuk itu, tiap kelompok diharapkan dapat berdialog, berdiskusi, dan memutuskan SATU prakarsa perubahan yang harapan perwujudannya dirasakan dekat dengan hati semua anggota kelompok.
Pernyataan prakarsa perubahan bukanlah slogan, bukan pula judul kegiatan. Pernyataan prakarsa perubahan adalah gambaran upaya nyata yang memungkinkan gotong-royong dalam meningkatkan kualitas pembelajaran murid berbasis aset/kekuatan, ditulis dalam bentuk kalimat, dimulai dengan kata kerja dan memanfaatkan kata, frasa, atau diksi yang kuat dalam rangkaian kalimatnya, sedemikian rupa, sehingga mudah dipahami maksudnya dan dapat menstimulasi bayangan akan inisiatif/tindakan/kegiatan yang harus dijalankan demi mewujudkannya.
Dalam proses penyusunan pernyataan prakarsa perubahan dalam bentuk kalimat, kita terlebih dulu dapat memperjelas gambar mental prakarsa perubahan yang ingin kita susun. Ketika kita memiliki visi, kita pasti akan merasa lebih peka terhadap hal-hal yang dapat membantu atau menghalangi kita dalam mencapai visi. Kita menjadi lebih peka dalam melihat bagaimana kita dapat makin dekat dengan visi kita melalui aset-awal-kekuatan-potensi yang telah dimiliki, tantangan yang harus dihadapi/dilampaui, aksi-tindakan-upaya yang diri kita (sebagai pendidik) dapat kontribusikan, serta pembelajaran-pembelajaran yang makna dan manfaatnya akan murid bawa hingga akhir hayat.
Dalam memperjelas gambar mental prakarsa perubahan yang ingin kita susun, kita akan belajar menggunakan sebuah alat bantu yang kita sebut A-T-A-P yang kepanjangannya adalah:
A - Aset/Awal: kekuatan/aset/modal/potensi sekolah/murid/komunitas yang teridentifikasi dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran murid. Misalnya: “anak berkemampuan untuk mengakses sumber-sumber di dunia maya yang beragam adalah awal yang baik untuk anak dalam mengkreasi narasi/makna/ide-opini mereka”.
T - Tantangan: tantangan/keresahan yang perlu dilampaui demi mewujudkan harapan atau mencapai visi. Dalam menuliskan tantangan, kita dapat menangkap masalah atau keterbatasan yang dihadapi dalam sebuah pernyataan, lalu kita mengubahnya menjadi pernyataan tantangan. Misalnya:
> pernyataan masalah: “murid terbiasa melakukan copas atau salin-tempel tak peduli bersumber dari mana”
DIUBAH MENJADI…
> pernyataan tantangan: “mengarahkan kebiasaan murid melakukan copas atau salin-tempel sehingga mereka menjadi lebih awas dengan sumber, gagasan, hak cipta atau copyright orang lain, serta ide-opini-kreasi mereka sendirI”
A - Aksi: kontribusi individu pendidik yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan harapan atau mencapai visi. Misalnya: “membantu anak untuk belajar/berlatih: membuat acuan (citation), membuat pesan yang efektif (captioning), mengkreasi narasi/makna dari ide-opini mereka sendiri”.
P - Pembelajaran: pembelajaran bermakna atau adab-kebiasaan yang diharapkan tumbuh dan melekat, serta dibawa murid hingga dewasa, merupakan turunan konkret dari Profil Pelajar Pancasila sesuai konteks (diolah dari kata/frasa yang ada di elemen/sub-elemen dimensinya). Misalnya: “anak memahami mengapa mereka perlu: menjunjung tinggi kreativitas dan integritas akademik di era informasi dengan kemajuan teknologi digital, menghargai dan memproses gagasan/informasi yang ada ketika mengekspresikan pikiran dan/atau perasaannya sendiri dalam bentuk karya (turunan dari Profil Pelajar Pancasila)”.
Catatan: Kita dapat mulai melengkapi setiap bagian A-T-A-P dari bagian yang manapun, tidak harus berurut (A lalu T lalu A lalu P)
Pertanyaan pemandu dalam menyusun A-T-A-P
Dalam menyusun A-T-A-P, pikirkan pertanyaan-pertanyaan untuk memandu diskusi kelompok terlebih dahulu. Berikut adalah contoh pertanyaan-pertanyaan pemandu yang mungkin dapat digunakan dengan penyesuaian.
Jika visi kelompok seperti demikian, apa prakarsa perubahan atau upaya yang perlu dilakukan pertama kali?
Dari aset yang telah dimiliki (baik sosial-politik, ekonomi, lingkungan, maupun SDM) mana yang dapat dimanfaatkan, bagaimana caranya?
Dari program atau pembiasaan yang telah ada di sekolah, mana yang dapat menguatkan atau dijadikan sebagai prakarsa perubahan sehingga berdaya ungkit bagi pencapaian visi?
Dari elemen-elemen dalam 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila, elemen atau sub-elemen mana yang dapat kita turunkan menjadi bagian dari pernyataan prakarsa perubahan?
Dan lain sebagainya.
Setelah melengkapi A-T-A-P tersebut, kelompok diharapkan mulai berpikir secara strategis, dan menyusun sebuah pernyataan prakarsa perubahan berupa satu kalimat yang diawali dengan kata kerja agar dapat membuka kesempatan untuk menggerakkan gotong-royong dengan murid, guru, orang tua, dan para pemangku kepentingan lainnya dalam proses mewujudkannya nanti ketika menggunakan model manajemen perubahan B-A-G-J-A. Jika kita ikuti rangkaian contoh yang kita gunakan di atas, maka pernyataan prakarsa perubahannya dapat disusun menjadi: “Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas murid”
Contoh redaksi prakarsa perubahan
Berikut beberapa contoh redaksi prakarsa perubahan yang dapat dijadikan pola acuan, atau untuk menginspirasi, atau juga dapat Bapak/Ibu modifikasi sehingga sesuai dengan keadaan nyata (konteks/keunikan) yang dihadapi. Oleh karena itu, Bapak/Ibu perlu menyusun A-T-A-P nya terlebih dahulu, karena A-T-A-P akan membantu Bapak/Ibu untuk membuat pernyataan prakarsa perubahan yang kontekstual, relevan, dan menantang baik bagi Bapak/Ibu sendiri maupun komunitas di sekolah Bapak/Ibu sekalian.
Mengubah lahan tidur menjadi lahan hijau di sekolah untuk menguatkan sikap gotong-royong murid/anak,
Menyediakan kesempatan berlatih berpikir kritis dan kreatif untuk murid/anak di sekolah melalui pojok baca yang menyenangkan dan berkelanjutan,
Menguatkan keterampilan pola asuh orangtua agar anak-anak di rumah termotivasi secara intrinsik, mampu mengatur pikiran, perasaan, semangat, perilaku dirinya, dan memiliki kemampuan untuk menetapkan, mencapai, dan mengevaluasi tujuan-tujuan positif mereka,
dan lain sebagainya.
Diskusi tatap muka virtual ini dilakukan secara langsung (sinkronus) dengan panduan dari fasilitator. Bapak/Ibu dalam kelompok harus meramu hasil diskusinya menjadi: SATU visi, SATU kalimat pernyataan prakarsa perubahan, dan SATU rencana BAGJA lengkap dari tahap ke tahap menggunakan kanvas BAGJA. Tiap kelompok perlu melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan tiap tahapan berikut daftar tindakan/penyelidikan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan di tiap tahap tersebut.
Durasi : 3 JP
Moda : pertemuan tatap maya
PRESENTASI PERNYATAAN PRAKARSA PERUBAHAN
Pada tahap berikutnya, dengan panduan fasilitator, Bapak/Ibu akan mempresentasikan serta saling memberikan umpan balik atas visi, pernyataan prakarsa perubahan, dan rencana BAGJA yang dihasilkan kelompok Bapak/Ibu kepada kelompok yang lain. Diskusi ini dilakukan secara sinkronus. Agar dapat memberikan umpan balik yang efektif, Bapak/Ibu dipersilahkan untuk membaca terlebih dahulu Bacaan 1 di bawah ini, tentang umpan balik.
Bacaan 1. Umpan Balik: Peran Dan Dampaknya Bagi Proses Belajar
Umpan balik adalah informasi yang diberikan oleh seseorang mengenai aspek kinerja atau pemahaman orang lain. Hal ini biasanya terjadi seusai pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan atau untuk mengembangkan sikap tertentu (Hattie & Timperley, 2007).
Hattie & Timperley (2007) menyimpulkan bahwa umpan balik yang efektif akan:
membahas tujuan dari tugas yang diberikan
mengarahkan perhatian pada elemen positif dari proses kerja
memberikan informasi tentang seberapa baik tugas telah dilakukan dan seberapa efektif tugas telah dikerjakan
menyertakan kritik yang membangun melalui saran-saran yang dapat memprovokasi peningkatan kualitas unjuk kerja
mengacu pada perbaikan kinerja
mendorong perbaikan proses belajar yang diperlukan untuk memahami dan menyelesaikan tugas
mencakup unsur penilaian diri sebagai bagian dari proses untuk mendorong kemandirian dan tanggung jawab
menginspirasi bagaimana penyelesaian tugas dapat direncanakan, dimonitor dan dikelola dengan strategi/pendekatan tertentu (AITSL, n.d., p.8).
Setelah memahami konsep mengenai umpan balik, Bapak/Ibu dapat mempraktikkannya ketika memberikan umpan balik tertulis di LMS atas pekerjaan CGP lain. Tuliskan umpan balik Bapak/Ibu pada utas jawaban pada forum diskusi, sesuai utas milik rekan yang ditugaskan kepada Bapak/Ibu. Pastikan Bapak/Ibu fokus pada apa yang berhasil dilakukan dengan baik oleh rekan CGP lain dan berikan pertanyaan reflektif yang dapat memantik ide untuk meningkatkan kualitas pekerjaan mereka.
Durasi : 4 JP
Moda: Penugasan mandiri
Tujuan Pembelajaran:
CGP mempraktekan penerapan paradigma Inkuiri Apresiatif untuk mengidentifikasi potensi diri dan membuat kalimat prakarsa perubahannya.
CGP menyusun BAGJA menurut kalimat prakarsa perubahan diri yang telah dibuat untuk kemudian menjalankannya.
Selamat datang kembali di sesi pembelajaran ke 4!
Pada bagian ini, Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak akan ditantang untuk menjalankan model manajemen perubahan Inkuiri Apresiatif BAGJA secara nyata. Sebagai latihan, Anda diminta untuk menjalankan tahapan BAGJA untuk menghasilkan sebuah rekomendasi perubahan.
Sebagai tambahan, Anda juga dapat menyimak terlebih dahulu paparan Jon Townsin seorang Psikolog Organisasi yang menjelaskan inkuiri apresiatif dalam video berikut sebagai filosofi dan proses untuk memanfaatkan kekuatan dan pengalaman semua orang yang berada dalam suatu sistem untuk mewujudkan yang diinginkan.
Menurut Townsin, inkuiri apresiatif dapat menyuntikkan energi, harapan dan optimisme ketika kebutuhan untuk perubahan telah teridentifikasi. Kali ini, sebagai latihan, kita tentukan kebutuhan perubahan tersebut.
Sebagai pendidik, kita perlu ingat kembali tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, bahwa pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Sekarang, berdasarkan pedoman itu, Profil Pelajar Pancasila diharapkan menjadi pegangan untuk para pendidik di ruang belajar yang lebih kecil. Profil ini tidak hanya dimiliki oleh murid berprestasi secara akademik atau murid yang menonjol dalam bakat lainnya, profil pelajar Pancasila ini diharapkan dimiliki oleh seluruh murid Bapak/Ibu di dalam kelas.
Fokuskan diri Bapak/Ibu untuk menjalankan B-A-G-J-A tahap demi tahap. Susunlah pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengungkap hal paling menyenangkan, positif atau menarik yang Bapak/Ibu rasakan saat berinteraksi dengan murid. Gunakan rubrik di bawah ini untuk memandu penyusunan pertanyaan dan tindakan di tiap tahapan. Bukalah ruang dialog bersama murid-murid ini untuk menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai di tiap tahapan B-A-G-J-A bagi pengembangan diri Bapak/Ibu. Model B-A-G-J-A merupakan praktik membawakan proses perubahan berbasis kekuatan. Setelah Bapak/Ibu membuat prakarsa perubahan diri yang kemudian dijabarkan dalam kanvas BAGJA, maka proses berikutnya adalah Bapak/Ibu diminta untuk mengunggahnya ke LMS.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak sekalian akan berproses bersama Instruktur untuk mengelaborasi pemahaman Bapak/Ibu mengenai bagaimana Guru Penggerak dapat berkontribusi dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila pada muridnya di sekolah menggunakan paradigma Inkuiri Apresiatif dan model perubahan BAGJA. Susunlah pertanyaan-pertanyaan yang mendalam sebagaimana Bapak/Ibu memaknai materi konsep Modul 1.3 ini. Sampaikan pertanyaan yang memang membuat Bapak/Ibu termotivasi untuk menelusuri jawabannya bersama Instruktur karena akan menguatkan pemahaman Bapak/Ibu sendiri akan modul 1.3 ini. Jadi, ini bukan soal banyaknya pertanyaan, namun seberapa berartinya pertanyaan tersebut bagi pemahaman Bapak/Ibu atas modul ini.
Durasi : 2 JP
Moda : Mandiri
Tujuan Pembelajaran: CGP dapat mengaitkan materi-materi yang telah dipelajari dan materi lain yang relevan ke dalam rencana manajemen perubahan yang menerapkan paradigma dan model inkuiri apresiatif.
Di tahap ini, Bapak/Ibu diminta untuk merefleksikan dan mengaitkan pemahaman antar modul yang telah dipelajari hingga kini, dengan merespon pertanyaan berikut:
Apa yang Bapak/Ibu pahami mengenai kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah Bapak/Ibu?
Revisi dan rumuskan dengan penuh keyakinan, visi yang telah Bapak/Ibu buat berdasarkan jawaban pertanyaan diatas, ke dalam sebuah VISI yang membuat Bapak/Ibu bersemangat ketika membacanya, dan menggerakkan hati setiap orang yang membacanya!
Moda : Mandiri
Tujuan Pembelajaran: CGP mampu mengimplementasikan rencana manajemen perubahan yang telah dibuat.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Ki Hadjar Dewantara dalam majalah “Keloearga” tahun 1937 menyatakan sebuah frasa “peralatan pendidikan”. Beliau menjelaskan, peralatan pendidikan merupakan cara-cara mendidik yang beragam bentuknya. Namun, beliau membaginya menjadi 6 cara utama sebagai berikut:
memberi contoh
pembiasaan
pengajaran
perintah, paksaan dan hukuman
laku
pengalaman lahir dan batin
Beliau menyatakan bahwa alat-alat itu tidak perlu dipergunakan semua. Beliau pun menyampaikan bahwa ada yang tidak sepakat terutama dengan penggunaan cara nomor 4. Beliau pun menyatakan penggunaan cara-cara tersebut harus dihubungkan dengan jenjang usia dan perkembangan murid yang merupakan kodrat mereka. Dari pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa prakarsa yang Bapak/Ibu telah buat dalam bentuk rencana manajemen perubahan berdasarkan pendekatan IA, dimaksudkan untuk menumbuhkan murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Kemudian, tindakan untuk mewujudkan pertumbuhan murid ini perlu diejawantahkan dalam cara mendidik yang beragam dan disesuaikan dengan kondisi murid maupun situasi di sekolah Bapak/Ibu.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, pada tahapan akhir dari siklus pembelajaran MERDEKA kali ini akan mendapat tugas merevisi (karena mungkin visi Bapak/Ibu sudah menjadi makin kuat di tahap Koneksi Antarmateri) dan mengeksekusi rancangan BAGJA untuk prakarsa perubahan diri Bapak/Ibu yang sudah dibuat pada tahap Demonstrasi Kontekstual. Ingatlah bahwa penerapan Aksi Nyata ini bukan semata penugasan modul Program Pendidikan Guru Penggerak, melainkan sebuah praktik dalam pengembangan profesi berkelanjutan.
Selamat menjalankan Aksi Nyata, buatlah dokumentasi untuk Bapak/Ibu pribadi mengenai proses yang terjadi. Utamakan dokumentasi tersebut pada tahapan-tahapan yang Bapak/Ibu anggap penting. Dokumentasi dapat berupa foto atau video. Kemudian, setiap minggunya, buatlah jurnal cerita singkat dalam situs portofolio digital dimana Bapak/Ibu dapat menceritakan pengalaman berkesan yang Bapak/Ibu peroleh selama menjalankan aksi nyata. Jurnal ini dapat berupa cerita 1 paragraf tentang 1 hal menarik yang Bapak/Ibu temukan dalam proses Aksi Nyata. Selain menjadi catatan pengembangan profesi Bapak/Ibu, jurnal singkat ini akan membantu Bapak/Ibu saat hendak menulis artikel refleksi di akhir paket modul dan melakukan pendampingan individu bersama Pengajar Praktik.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak. Selamat! Bapak/Ibu telah menyelesaikan Modul 1.3 ini. Terimakasih atas semangat dan upaya Bapak/Ibu yang maksimal dalam menyelesaikan semua tantangan yang diberikan. Semoga segala proses yang Bapak/Ibu jalani dalam Modul 1.3 ini dapat membawa manfaat bagi mimpi Bapak/Ibu pada murid-murid Bapak/Ibu di masa depan kelak.
Bapak/Ibu tetap harus memperhatikan bahwa sama dengan Modul 1.2, status penyelesaian Modul 1.3 juga sangat bergantung pada bagaimana Bapak/Ibu menyelesaikan Pembelajaran 7 Aksi Nyata masing-masing. Semoga modul ini berhasil membuat Bapak/Ibu memberanikan diri untuk bermimpi dan terlebih penting lagi mewujudkan mimpi untuk menyediakan lingkungan belajar terbaik bagi bertumbuhnya murid-murid Bapak/Ibu secara maksimal. Selamat menemukan, menumbuhkan dan menguatkan jati diri Bapak/Ibu sebagai Guru Penggerak. Salam belajar!