MEREFLEKSIKAN PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN BARU DALAM PEMBELAJARAN
Banyak hal baru yang saya dapatkan setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara di antaranya
Pendidikan haruslah berpihak pada murid. Pendidik harus menghamba pada Sang Anak, lebih mementingkan Sang Anak daripada kariernya sendiri. Segala sesuatu yang pendidik lakukan ikhlas dan berpusat pada anak. Pendidik dengan niat ikhlas dan suci hati, terlepas dari segala ikatan berniat menghamba pada Sang Anak. Ada pepatah mengatakan : "wahai pendidik, gantungkanlah masalah pribadimu di gagang pintu rumahmu ketika kau akan menemui murid-muridmu."
Merdeka belajar memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi, berinovasi, berkarya dan berkolaborasi, tanpa paksaan dan ancaman hukuman. Memegang pedoman profil pelajar Pancasila bahwasanya belajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Pendidikan dapat diperoleh dimana saja, kapan saja dan dari siapa saja. Sekolah bukan satu-satunya tempat untuk memperoleh pendidikan. Setiap rumah adalah sekolah, setiap sekolah adalah rumah, bahkan di jalan atau di hutan sekalipun kita dapat belajar sesuai kodrat. Pendidikan tidaklah terbatas "hanya" oleh dinding-dinding kelas yang selama ini kita lihat.
Kekuatan saya dalam menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini adalah saya sadar setiap anak memiliki hak untuk memperoleh kebebasan dan kemerdekaan untuk memperoleh pendidikan dengan sebaik-baiknya. Guru tidak sekedar mampu mengajar tapi juga harus mampu membimbing dan menjadi suri teladan yang baik. hal ini sesuai dengan harapan Ki Hajar Dewantara Ing Ngarsa Sung Tuladha arti di depan, maksudnya yaitu seorang pendidik harus dapat memberi teladan atau contoh. Teladan sendiri menjadi kunci keberhasilan dalam kegiatan belajar.
Ing Madya Mangun Karsa dapat diartikan di tengah-tengah atau di antara seseorang yang dapat menciptakan ide atau gagasan, maksudnya guru mempunyai peran penting untuk menciptakan ide dalam proses pembelajaran. Tut Wuri Handayani artinya di belakang, maksudnya yaitu seorang pendidik harus berada di belakang siswa untuk memberi dorongan atau arah. Dalam hal ini, seseorang memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya untuk mendorong orang lain dalam mencapai tujuan secara berkelanjutan.
Pendidikan bukanlah sekedar transfer ilmu pengetahuan, tapi harus dapat membuat anak memahami dunianya dan dapat memanfaatkan pemahaman tersebut untuk kebahagiaan hidupnya. Pembelajaran tidaklah statis, namun dinamis. Perubahan-perubahan disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Dalam hal ini, pembelajaran harus berorientasi kepada peserta didik sesuai dengan kodrat keadaan namun tetap harus memperhatikan ketercapaian kurikulum nasional. Pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik adalah pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Untuk itu saya berusaha memotivasi diri saya untuk bisa menjadi guru seutuhnya dalam arti yang seluas-luasnya.
Hal-hal yang perlu saya ubah dari diri saya agar dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini. Selama ini saya berpikiran anak-anak yang baik dan patuh itu harus seperti burung dalam sangkar yang hanya dapat diberikan makan dan perintah oleh tuannya saja. Artinya siswa cukup melaksanakan pembelajaran di dalam kelas bersama guru. Semua telah diatur sedemikian rupa sesuai dengan target kurikulum. Semua terjadwal. Siswa tidak boleh melewati batas-batas tersebut. Terkadang saya juga memosisikan siswa seperti kertas kosong yang harus dijejali dengan ilmu pengetahuan tanpa henti sehingga pembelajaran yang berpusat pada peran guru sebagai pendidik sangat dominan.
Pemikiran saya berubah setelah mempelajari filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Ternyata, anak tidak boleh diperlakukan seperti seekor burung dalam sangkar. Pemikiran-pemikiran beliau mencerahkan pemahaman yang selama ini saya yakini. Namun, anak harus diperlakukan seolah olah seperti burung di luar sangkar. Siswa harus diberi kebebasan berinteraksi dengan sumber belajar yang beragam. Artinya, anak tidak boleh bergantung pada buku pegangan siswa atau guru saja. Namun, siswa diberi dorongan untuk gemar mencari pengetahuan seluas luasnya sesuai kodrat anak. Anak juga bukanlah kertas kosong. Anak ibarat kertas buram yang sudah terisi. Isinya adalah kodrat anak. Tugas kita sebagai guru adalah menuntun dan merawat anak sesuai dengan kodratnya.
Sekali lagi pendidikan itu bukanlah sekedar mentransfer ilmu pengetahuan saja, tapi harus dapat membuat anak memahami dunianya dan dapat memanfaatkan pemahaman tersebut untuk kebahagiaan hidupnya. Pembelajaran tidaklah statis, namun dinamis. Perubahan-perubahan disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. saatnya guru juga memerdekakan diri untuk terus menuju ke arah yang lebih baik.
Perubahan konkret yang akan saya lakukan setelah memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara perlahan namun pasti saya akan terus meneladani refleksi diri Ki Hajar Dewantara melalui pemikiran beliau Ing Ngarsa Sung Tuladha arti di depan, maksudnya yaitu seorang pendidik harus dapat memberi teladan atau contoh. Teladan sendiri menjadi kunci keberhasilan dalam kegiatan belajar. Ing Madya Mangun Karsa dapat diartikan di tengah-tengah atau diantara seseorang yang dapat menciptakan ide atau gagasan, maksudnya guru mempunyai peran penting untuk menciptakan ide dalam proses pembelajaran. Tut Wuri Handayani artinya di belakang, maksudnya yaitu seorang pendidik harus berada di belakang siswa untuk memberi dorongan atau arah. Dalam hal ini, seseorang memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya untuk mendorong orang lain dalam mencapai tujuan secara berkelanjutan.
Menjadi suri teladan yang baik , baik dari sikap maupun lisan serta kedisiplinan waktu dalam pelayanan kepada siswa sebagai bentuk suri teladan tersebut.
Pembelajaran dirancang bukan hanya sebatas di kelas semata. Namun, siswa didorong untuk banyak berinteraksi pula dengan lingkungan sekitar karena sekolah bukan satu-satunya tempat untuk memperoleh pendidikan. Setiap rumah adalah sekolah, setiap sekolah adalah rumah, bahkan di jalan atau di hutan sekalipun kita dapat belajar sesuai kodrat.
Memperkukuh basis pendidikan karakter dalam setiap proses pembelajaran guna menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti anak menuju perubahan sikap yang lebih baik.
Setiap penguatan tugas pembelajaran akan dikaitkan dengan kebutuhan dan minat setiap siswa.
Selalu berkomunikasi dengan rekan guru, kepala sekolah orang tua, dan stakeholder yang dipandang perlu, guna pengembangan kualitas pembelajaran anak yang berpusat pada kebutuhan anak. sehingga lahirlah Merdeka belajar yang seutuhnya
Oleh Cut Pusri Ulha, S.Pd.
Ki Hajar Dewantara : Api Ilmu yang Terus Nyala
Dalam gelap gulita , redup menyusup
Relung jiwa
Nurani bocah-bocah pedalaman
Buta aksara
Tak berdaya
Hilang arti
Mencari setitik api
Tuhan menciptakan Ia
Sang juru penyelamat bangsa
Ki Hajar Dewantara
Mendobrak sistem Pendidikan kolonial
yang parsial
Menjadi sejuk dan bernilai spesial
Semangat yang terus ada dan nyala
Mengisi hati-hati guru dan siswa
Mencetuskan Tut Wuri Handayani
Penuh arti
Sangat filosofi
Mengispirasi
Kini catatan itu makin indah dan
Bersejarah
Guru Penggerak Menggerakan Ada….,
Meniupkan asa
Semangat tak terhingga
Di bumi Nusantara
Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Koneksi Antar Materi
Berbicara mengenai pendidikan Indonesia, tidak terlepas dengan sosok Ki Hajar Dewantara yang merupakan Bapak Pendidikan Nasional. Sebagai seorang tokoh yang hidup pada masa penjajahan, Ki Hajar Dewantara sangat merasakan pendidikan yang diterapkan kolonial Belanda sangat menjatuhkan martabat pribumi.
Akar pendidikan menurut beliau menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan juga tujuan membentuk kepribadian serta kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar peserta didik selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya. Pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. Ia menginginkan peserta didik harus menggunakan dasar tertib dan damai, tata tenteram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang.
Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarso, Tut Wuri Handayani (guru di depan sebagai teladan, di tengah siswa sebagai pemberi ide dan menggugah semangat dan di belakang sebagai pemberi dorongan moral dan semangat kerja) filosofi ini sangat kental sekali dalam ingatan kita selaku insan yang pernah sekolah dan menjadi pendidik.
Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan adalah daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Pendidikan itu membentuk manusia yang berbudi pekerti, berpikiran (pintar, cerdas) dan bertubuh sehat.
Pengajaran adalah upaya memerdekakan aspek badaniah manusia (hidup lahirnya). Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa aktivitas pengajaran itu berupa tindakan informatif tetapi sekaligus formatif. Pada tataran informatif pengajaran adalah aktivitas membangun otonomi intelektual secara disengaja, yang dampaknya adalah mencerdaskan kognisi seseorang sehingga ia terbebaskan dari belenggu “kebodohan” kognisi. Sementara pada tataran formatif, ia membangun otonomi eksistensial dalam arti membangun kesadaran akan hak-hak asasinya sebagai manusia yang bermartabat luhur.
Tri Pusat Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantar yaitu, pendidikan di lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan perguruan/sekolah, pendidikan di lingkungan masyarakat.
Filosofi KHD mengenai asas Tri-Kon dapat dilambangkan sebagai sistem tata surya, murid digambarkan sebagai planet yang mengorbiti matahari (simbol nilai kemanusiaan) dalam garisnya masing-masing. Setiap planet berevolusi dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun tak pernah berhenti bergerak (Syahril, 2018).
Sebelum Mempelajari Modul 1.1 Filosofi Ki hajar Dewantara pada Program Pendidikan Calon Guru Penggerak saya percaya bahwa:
Selama ini saya hanya berfikir bagaimana peserta didik saya paham dengan materi yanga saya berikan dan dapat mengerjakan semua tugas dengan baik dan tentunya memperoleh nilai yang bagus.
Saya percaya bahwa murid memiliki karakter kecerdasan dan kemampuan yang berbeda-beda, namun cendrung murid memiliki karakter kecerdasan didipaksa untuk memiliki karakter kecerdasan dan kemampuan yang sama.
Pembelajaran yang lebih berpusat pada guru, ruang kelas adalah rumah guru sehingga lebih mendominasi di kelas
Menganggap siswa seperti burung dalam sangkar yang hanya menerima perintah dari majikannya.
Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini.
Setelah saya mempelajari Modul 1 ini saya mulai mendapat pencerahan , bahwasanya apa yang selama ini saya lakukan masih belum sepenuhnya mencerminkan filosofi KHD. Pemikiran saya berubah setelah mempelajari filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Ternyata, anak tidak boleh dinilai dari keberhasilan menguasai materi semata, namun keberhasilan peserta didik juga dinilai bagaimana peserta didik tersebut mampu memerdekakan dirinya dalam belajar secara menyenangkan.
Setiap anak memiliki potensi kecerdasan dan karakter yang berbeda-beda. Dalam hal ini anak dikembalikan kepada potensi kodrat alam dan kodrat zamannya. Guru tidak boleh menghakimi perbedaan kecerdasan anak hanya dengan mengukur keberhasilan akademik semata. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah seluruh daya upaya yang dikerahkan secara terpadu untuk tujuan memerdekakan aspek lahir dan batin manusia. Pengajaran dalam pendidikan dimaknai sebagai upaya membebaskan anak didik dari ketidaktahuan serta sikap iri, dengki dan egois. Anak didik diharapkan berkembang menjadi manusia yang dewasa dan bijaksana.
Jika selama ini guru menganggap segala sumber ilmu adalah guru itu sendiri maka ini adalah pemahaman yang keliru. Selama ini pembelajaran hanya berpusat kepada guru, semua perintah guru adalah sebuah kebenaran yang tidak terbantahkan. Hal ini tentunya bertentangan dengan filosofi KHD yang mana peran guru itu seharusnya mencerminkan dan meneladani semboyan KHD Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarso, Tut Wuri Handayani (guru di depan sebagai teladan, di tengah siswa sebagai pemberi ide dan menggugah semangat dan di belakang sebagai pemberi dorongan moral dan semangat kerja.
Pemikiran-pemikiran KHD mencerahkan pemahaman yang selama ini saya yakini. Namun, anak harus diperlakukan seolah olah seperti burung di luar sangkar. Siswa harus diberi kebebasan berinteraksi dengan sumber belajar yang beragam. Anak boleh cari makanan di ladang, sawah, sungai, hutan, dan lain sebagainya. Artinya, anak tidak boleh bergantung pada buku pegangan siswa atau guru. Namun, siswa diberi dorongan untuk gemar mencari pengetahuan seluas luasnya sesuai kodrat anak. Pendidikan dengan sistem among dan Tri Pusat Pendidikan yang memberikan suatu kebebasan berpikir kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas yang ada dalam dirinya sesuai dengan penerapan kurikulum 2013. Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang berbasis pendidikan karakter seperti nilai keagamaan, kedisiplinan, kejujuran dan tanggung jawab dapat dijadikan sebagai dasar dalam pembentukan moral pendidikan abad ke 21.
Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?
Saya mulai Membenahi mindset saya mulai dari diri sendiri. Dengan begitu saya berusaha memberikan tauladan yang baik dari cara bersikap dan bertutur kata. Bahwasannya seorang anak mengamati perilaku kita dan menirunya. Oleh sebab itu saya harus memiliki karakter yang positif agar anak sebagai peniru lebih berkarakter positif.
Saya mencoba Menggali kodrat dan minat bakat anak, menyadari bahwa setiap anak itu adalah unik dengan segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Mulai belajar menuntun, mengarahkan dan membimbing mereka sesuai kodrat mereka. Tidak menjadikan KKM sebagai satu-satunya dasar pedoman berprestasi, melainkan bangun segala sesuatu yang mereka miliki.
Memberikan kebebasan bagi peserta didik seperti memberi kesempatan pada peserta didik untuk bebicara dan mengungkapkan perasaan serta ide ide peserta didik. Dengan begitu kita sebagai pendidik bisa menuntun mereka kepada tujuan pembelajaran sesuai kemauan mereka yang tentunya kemauan yang menumbuhkan sifat karakter positif anak.
Berusaha menjadi Guru, Ibu, Teman, Sahabat dan fasilitator yang baik bagi mereka sehingga muncul keterikatan emosional yang kuat dan ini lebih memudahkan menuntun mereka sesuai kodrat mereka. Apapun yang tindakan yang dilakukan pendidik harus beroreintasi kepada anak, demi kepentingan mereka, anak adalah subjek, teman belajar dan teman bermain.
Menjadikan semboyan KHD sebagai pedoman terbaik dalam berinteraksi dengan siswa Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarso, Tut Wuri Handayani (guru di depan sebagai teladan, di tengah siswa sebagai pemberi ide dan menggugah semangat dan di belakang sebagai pemberi dorongan moral dan semangat kerja.
Kerangka Pembelajaran Sesuai dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pembelajaran yang Menerapkan Sistem Among pada Anak