Nina Ok is inviting you to a scheduled Zoom meeting.
Topic: Nina Ok's Personal Meeting Room
Join Zoom Meeting
https://us04web.zoom.us/j/4076630915?pwd=Ln6HG1yTExs
Meeting ID: 407 663 0915
Password: 917003
Coba perhatikan makanan dan minuman favorit kalian, soda misalnya. Warnanya mencolok dan sangat menarik, bukan? Bagaimana dengan makanan ringan yang sering kalian beli? Selain renyah, rasanya pun gurih dan enak. Nah, zat yang membuat warna makanan menjadi terang dan terasa enak disebut dengan zat aditif.
Eits, jangan tertukar dengan zat adiktif lho ya. Zat adiktif adalah zat yang dapat membuat seseorang ketagihan, sementara zat aditif adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan. Zat aditif hanya ditambahkan dalam jumlah yang kecil saja.
Tujuan penggunaan zat aditif adalah untuk meningkatkan penampilan, cita rasa, tekstur, aroma, hingga daya simpan makanan serta minuman. Kadang-kadang, zat aditif juga ditambahkan untuk meningkatkan nilai gizi dari makanan dan minuman tersebut. Berdasarkan fungsinya, zat aditif dibagi menjadi beberapa kelompok
Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin.
Zat aditif yang paling umum digunakan oleh masyarakat adalah garam, gula, cuka, dan rempah-rempah, atau yang biasa kita kenal dengan sebutan bumbu dapur. Dari jenisnya, sebenarnya zat aditif itu terbagi menjadi 2 macam, zat aditif alami dan zat aditif buatan(sintetis). Mengapa sampai ada zat aditif buatan? Perkembangan industri dan permintaan manusia tidak dapat terpenuhi karena zat aditif alami membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memprosesnya, selain itu zat alami belum tentu bisa didapatkan di semua tempat.
Zat aditif umumnya ditambahkan ke dalam makanan untuk:
Memperlambat proses pembusukan
Meningkatkan atau menjaga nilai gizi
Membuat roti dan kue lebih mengembang
Memperkaya rasa, warna, dan penampilan
Menjaga konsistensi rasa dan tekstur makanan
Tidak semua zat aditif itu berbahaya. Beberapa jenisnya aman untuk dikonsumsi, selama dalam jumlah tertentu.
Di Indonesia, zat aditif disebut dengan istilah bahan tambahan pangan (BTP). Penggunaannya telah diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
BPOM menyatakan bahwa zat aditif boleh ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah yang tidak melebihi batas maksimal yang sudah ditentukan.
Zat aditif juga dibedakan menjadi dua, yaitu zat aditif alami dan zat aditif sintetis. Zat aditif yang alami bisa berasal dari tumbuhan, hewan, atau mineral. Sementara jenis sintesis merupakan zat aditif yang dibuat oleh manusia.
1) Zat Pewarna
Pemberian makanan pada umumnya agar agar makanan terlihat segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Jenis-jenis zat pewarna ada 2, yaitu pewarna alami dan pewarna sintesis. Pewarna alami terbuat dari bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun suji atau pandan, warna kuning dari kunyit, warna coklat dari buah coklat, warna merah dari daun jati, warna oranye dari wortel, dll. Pewarna sintetis misalnya warna merah dari Carmoisine 14720, Amaranth 16185 dan Erythrosine 45430. Warna oranye dari Sunset Yellow FCF 15985. Warna kuning dari Tatrazine 19140 dan Quineline Yellow 47005. Warna hijau dari Fast Green FCF 42053. Warna biru dari Brilliant Blue FCF 42090 dan Indigocarmine 73015. Dan warna ungu dari Violet GB 42640.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi Dye dan Lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang dapat larut dalam air, biasanya berbentuk serbuk, butiran, pasta, atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu.
2) Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Jenis-jenis zat pemanis ada 2, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan. Pemanis alami dapat berasal dari kelapa, tebu dan aren. Selain itu juga terdapat dari buah-buahan dan madu. Zat pemanis juga berfungsi sebagai penghasil energi. Namun, konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan kegemukan dan penyakit kencing manis (diabetes) karena pemanis alami mengandung kalori yang tinggi. Untuk itu, batasi penggunaan zat pemanis alami. Pemanis sintetis tidak dapat dicerna tubuh karena tidak menghasilkan energi. Contohnya ialah : sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Walaupun pemanis sintetis memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, namun kita tidak boleh menggunakan secara berlebihan karena dapat menimbulkan efek samping. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan dapat menimbulkan rasa pahit dan menyebabkab tumor pada syaraf kandung kemih.
3) Zat Pengawet
Zat pengawet adalah zat-zat yang sengaja ditambahkan pada makanan dan minuman agar tetap segar., tidak rusak , tidak busuk dan terkena jamur dan bakteri. Kerena penambahan zat aditif, maka makanan dan minuman akan tahan selama seminggu, sebulan, hingga beberapa tahun. Jenis-jenis zat pengawet ada 2, yaitu pengawet alami dan pengawet sintetis. Pengawet alami, misalnya gula (sukrosa) untuk mengawetkan buah-buahan dan garam dapur untuk mengawetkan ikan. Pengawet sintetis misalnya asam cuka sebagai pengawet acar, natrium propionat sebagai pengawet roti atau kue kering. Natrium Benzoat, asam sitrat dan asam tartrat untuk mengawetkan makanan.
Natrium Nitrat untuk menjaga tampilan daging agar tetap merah. Dan asam Fosfat sebagai pengawet minuman penyegar. Selain itu, ada beberapa pengawet yang tidak diperbolehkan untuk mengawetkan makanan dan minuman seperti formalin dan boraks. Bahan tersebut selain menghambat pertumbuhan mikroorganisme juga membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal. Namun, efek samping yang diperoleh dari kedua pengawet berbahaya tersebut adalah :
Gangguan pada sistem syaraf, ginjal, hati dan kulit
Gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi syaraf pusat
Terjadinya komplikasi pada otak dan hati
Menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3-6 gram
Walaupun tersedia pengawet sintetis, namun di negara maju tetap menggunakan pengawet alami seperti sinar Ultra Violet (UV), ozon atau pemanasan dengan suhu tinggi dalam waktu singkat agar makanan steril tanpa merusak kualitas makanan.
4) Zat Penyedap Cita Rasa
Zat penyedap rasa ada 2 macam, yaitu penyedap rasa alami dan penyedap rasa sintetis. Penyedap rasa alami contohnya : cengkeh, pala, merica, ketumbar, laos, cabai, kunyit, bawang, dll. Penyedap rasa sintetis contohnya : oktil asetat (aroma jeruk), etil butirat (aroma nanas), amil asetat (aroma pisang), dan amil valerat (aroma apel). Selain itu juga ada monosodium glutamat (MSG) sebagai penyedap rasa pada makanan. Jika dikonsumsi berlebihan akan menyebabkan “Chinese Restaurant Syndrome” yaitu gangguan kesehatan dimana kepala terasa pusing dan berdenyut, sakit pada dada dan sesak napas. Untuk menghindarinya, makanlah makanan yang tercantum “tidak mengandung MSG” dalam kemasannya.
Untuk zat-zat aditif sintetik, terdapat aturan penggunaanya yang telah ditetapkan sesuai Acceptable Daily Intake (ADI) atau jumlah konsumsi zat aditif selama sehari yang diperbolehkan dan aman bagi kesehatan. Jika mengonsumsinya melebihi ambang batas maka dapat menimbulkan resiko bagi kesehatan.
kalau kamu biasa minum kopi, maka lama kelamaan kamu akan sampai pada tahap dimana jika kamu tidak minum kopi, maka hidupmu hampa. Itu adalah dampak yang dihasilkan dari zat yang disebut dengan zat adiktif. “tapi kan, zat adiktif itu narkoba?” Belum tentu Squad, zat adiktif itu nggak cuma ada di narkoba. Biar kamu lebih paham, yuk kita belajar apa saja yang termasuk dalam golongan zat adiktif!
Selain kopi, jika kamu rajin minum teh setiap hari, maka kamu akan merasakan efek yang kurang lebih sama seperti kopi. Hidupmu akan hampa dan kurang bermakna (aseek). Hal ini dikarenakan teh juga memiliki zat adiktif yang terkandung di dalamnya
Zat ini akan memengaruhi kerja tubuh kamu. Jika kamu tidak mengonsumsinya dalam jangka waktu tertentu, maka tubuh kamu akan seperti kehilangan sesuatu, kemudian mengirimkan perintah ke otak untuk mengonsumsi zat tersebut.
Menurut definisi para ilmuwan, zat adiktif adalah zat aktif yang jika dikonsumsi oleh organisme hidup, maka dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan efek ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan.
ika sudah pada tahapan terparah, maka menghentikan konsumsi zat tersebut dapat menyebabkan rasa lelah yang luar biasa atau sakit yang luar biasa. Zat ini bisa ditemukan secara alami, semi sintetis atupun hasil dari sintetis murni.
Ilmuwan membagi zat ini menjadi 3 jenis , yaitu:
Zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika;
Zat adiktif narkotika;
Zat adiktif psikotropika;
Nah sekarang mari kita pelajari ketiga jenis zat adiktif tersebut!
Zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika adalah zat adiktif yang menghasilkan suatu reaksi biologis pada tubuh, tetapi tidak menghilangkan kesadaran penggunanya. Biasanya zat ini memengaruhi kerja tubuh seperti meningkatkan kewaspadaan, melemaskan otot, atau sebagai anti depressan ringan.
Ada beberapa produk yang mengandung zat ini dijual bebas, tapi ada beberapa pula yang dijual dengan aturan yang lumayan ketat. Produk yang termasuk klasifikasi ini bisa kamu temui dengan mudah, bahkan bisa kamu konsumsi setiap hari tanpa kamu sadari.
Kopi dan teh adalah produk yang termasuk dalam kategori ini. Kafein yang terkandung di dalam kopi dan teh (kopi memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi) dapat membuat kamu terjaga dan berkonsentrasi dengan meningkatkan kewaspadaan pada otak.
Untuk barang yang dijual dengan bebas terbatas biasanya termasuk ke dalam golongan antidepressant ringan, misalnya rokok atau minuman beralkohol. Nikotin dalam rokok dapat membuat penggunanya merasa terrelaksasi dan tenang, begitu pula dengan alkohol pada minuman beralkohol (walaupun jika dikonsumsi terlalu banyak akan menyebabkan kondisi tidak sadar/mabuk).
Baca juga: Apa sih Zat Aditif Itu?
Zat adiktif narkotika adalah zat yang peredarannya dilarang di seluruh dunia dan tercantum pelarangannya pada undang-undang. Zat ini jika dikonsumsi dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan yang parah.
Zat ini bisa didapatkan dalam bentuk alami dan bukan alami, selain itu bahan ini juga bisa disintetiskan menjadi bahan yang lebih kuat.
Yang temasuk dalam golongan ini di antaranya adalah opium, kokain, dan heroin.
Zat adiktif psikotropika adalah golongan zat yang masih termasuk kedalam zat yang dilarang dalam undang-undang. Efek yang dihasilkan tidak terlalu berbeda dengan saudaranya yang masuk dalam zat adiktif narkotika. Tetapi zat psikotropika lebih memengaruhi sistem syaraf pusat dan merubah perilaku serta mental penggunanya.
Dari semua zat adiktif, pasikotropika biasanya mempunyai bentuk produk yang lucu dan menarik, seperti permen berwarna, atau perangko bergambar lucu-lucu
Yang termasuk dalam golongan ini di antaranya adalah LSD, pil koplo, ekstasi, atau sabu-sabu.
Memang tidak semua zat adiktif berbahaya untuk tubuh, tetapi, bagaimanapun juga, sesuatu yang menyebabkan ketagihan tidak akan berakhir baik untuk tubuh kamu. Jika kamu suka mengonsumsi kopi atau teh secara berlebihan, sebaiknya di kurangi, karena jika kamu minum kopi atau teh menggunakan gula, bukan hanya kafein yang masuk ke tubuh, tapi gula juga, dan gula bisa menjadi penyebab terjadinya obesitas atau diabetes.
Sesuatu yang kamu konsumsi secara wajar dan sesuai aturan pasti tidak akan merugikan kamu, tetapi jika kamu memaksakan untuk menambah dosis yang kamu konsumsi secara terus menerus, maka akan merugikan kamu