Ronggeng Pasaman merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Salah satu daerah yang secara aktif melestarikan kesenian ini adalah Kenagarian Simpang Tonang. Ronggeng Pasaman dikenal sebagai kesenian rakyat yang mengusung format nyanyian berbalas pantun, yang disajikan secara ritmis dengan iringan musik khas daerah. Keunikan dari Ronggeng Pasaman terletak pada kekuatan lisan masyarakat dalam merangkai pantun, yang menjadi sarana komunikasi, hiburan, dan ekspresi budaya secara kolektif.
Meskipun kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Simpang Tonang, sejatinya Ronggeng Pasaman bukanlah kesenian yang berasal dari daerah ini. Berdasarkan penuturan salah satu tokoh masyarakat, Hafidzan Sadiqi, kesenian ini awalnya berasal dari wilayah Pasaman Barat. Dalam kisah lisan yang dituturkannya, disebutkan bahwa dahulu ada seorang pendatang dari Pasaman Barat yang menikah dengan salah satu penduduk di Kampung Barilas Julu, Simpang Tonang. Melalui pernikahan dan proses asimilasi budaya tersebut, kesenian Ronggeng mulai diperkenalkan dan diterima oleh masyarakat setempat. Meskipun tidak dapat dipastikan secara tepat tahun masuknya, namun kesenian ini telah lama hadir dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Kenagarian Simpang Tonang.
Lebih jauh lagi, jika ditelusuri ke akar sejarahnya, Ronggeng Pasaman memiliki keterkaitan erat dengan tradisi Ronggeng yang berasal dari Pulau Jawa. Tradisi ini diperkirakan masuk ke wilayah Pasaman pada masa penjajahan Belanda, di mana sejumlah besar pekerja asal Jawa didatangkan ke Sumatera Barat oleh pihak kolonial. Dalam konteks ini, pertunjukan Ronggeng kerap digunakan sebagai hiburan bagi tentara Belanda. Seiring waktu, kesenian ini mengalami transformasi dan adaptasi dengan budaya lokal, hingga akhirnya melahirkan bentuk baru yang khas—yakni Ronggeng Pasaman.
Perubahan yang paling mencolok dalam proses akulturasi tersebut adalah penambahan unsur pantun dalam pertunjukan, yang mencerminkan karakteristik khas masyarakat Minangkabau yang gemar bersyair dan berdialog melalui pantun. Ronggeng Pasaman tidak sekadar menjadi hiburan semata, namun juga berfungsi sebagai media edukasi, ekspresi sosial, dan pelestarian nilai-nilai budaya lokal. Kini, Ronggeng Pasaman tidak hanya diwarisi secara turun-temurun, tetapi juga dijaga dan dikembangkan oleh generasi muda sebagai bentuk cinta terhadap warisan leluhur.