SEPTRISNA SPF STUDIO mengadakan diskon 10% setiap transaksi minimal Rp.100.000 mulai tgl 20 Maret 2022 - 20 April 2022
Berpetualang bisa ke alam terbuka atau berkunjung ke daerah lain. Kebanyakan saya lakukan seorang diri (solo traveller) dan kadang bersama grup. Petualangan selalu memacu Adrenalin, terutama ke wilayah yang menantang. Misalnya mendaki gunung, panjang tebing, ke Curug/ coban, lintas hutan dsb. Tetapi ke daerah baru yang belum pernah dikunjungi juga sama serunya. Berpetualang memberikan energi positif karena otak dan pikiran menjadi segar. Setelah penat dengan kegiatan rutinitas, maka petualangan menjadi asupan rohani yang kita butuhkan.
“Ada kalanya lelaki terkesan oleh perempuan lantaran dia sedang berada di luar lingkungan sehariannya, seperti yang terjadi pada para pekerja pengukur tanah itu. Ada kalanya lelaki tunduk kepada naluri pemberian alam; kecenderungan berpetualang. (Ahmad Tohari)
Laki-laki selalu ingin mencoba banyak hal dan akan terus penasaran kalau belum bisa mencobanya. Jiwa petualang inilah yang membuat laki-laki cenderung menjadi sosok yang kuat karena sudah ditempa banyak hal. Ia ingin berpetualang ke banyak tempat dan banyak hati juga. Bagi lelaki, tertarik ke lebih dari satu wanita itu hal yang nggak bisa dihindari. Rasa penasaran dan keingintahuan cowok ini bukan sesuatu yang bisa dihilangkan, meskipun sebenarnya tidak mustahil untuk dihentikan.
“Tidak ada yang jagoan di bumi ini, sekalipun dia seorang Bruce Lee atau Old Shatterhand. Lelaki memang harus keras, tapi bukan berarti kekerasan. Keras dalam arti menghadapi hidup dan menggeluti hidup yang serba susah ini. Lelaki memang harus begitu.” (Balada Si Roy 1: Joe)
Berkelahi dengan teman mungkin juga jadi keseharian para cowok di masa kecil. Rasanya kalau belum pernah berkelahi, para cowok belum benar-benar jadi cowok. Sebenarnya pandangan ini adalah pandangan kuno yang tidak bisa dibenarkan. Tapi kenyataannya, hidup para cowok di dalam budaya patriarki memang cenderung lebih keras dari cewek. Lelaki selalu malu jika dipandang lemah. Apalagi jika dibandingkan dengan lelaki lainnya. Tapi pemikiran seperti ini sudah harus mulai dibatasi ketika seorang cowok sudah masuk tahapan usia dewasa. Dia harus lebih bijak mengendalikan emosinya.
“Pesan seorang ayah kepada anak lelaki: Kau harus berani mengatakan ‘tidak’ untuk yang salah dan ‘ya’ untuk yang benar. Kau harus melindungi martabat rumahmu dengan menjaga saudara-saudara perempuanmu dan ibumu. Kau harus berani melindungi yang tertindas. Dan jika kau berkeluarga nanti, kau sudah mati sebagai lelaki, tapi kau berganti menjadi suami dan ayah. Kau harus selalu pulang ke rumah dan mengabdi kepada istri dan anak-anakmu. Kau harus bekerja dan menafkahi mereka. Kau harus jadi ayah dan suami yang bisa menjaga kehormatan mereka.” (Gola Gong)
Setelah cowok “puas” berpetualang mereka harus pulang. Tanggung jawablah yang memanggil mereka. Setiap lelaki harus pulang untuk melindungi, mengabdi, dan menjaga kehormatan dirinya dan keluarganya. Cowok harus pulang dalam keadaan bijak karena jika tidak pulang, ego cowok akan terus berkembang dan justru bisa membuat mereka lemah. “Men are like wine – some turn to vinegar, but the best improve with age.” (Pope John XXIII)
“Men aren’t born to love. Men are born to brave countless adventures and love is what he learned from his journey.” (Kis Uriel)
Lelaki tidak akan pernah bisa belajar cara mencintai kalau mereka tidak “pergi”. Dari setiap hal yang ia perbuat itulah ia belajar karena jiwa “petualang”nya memang tidak akan berhenti sebelum ada sesuatu yang menyentilnya. Dari setiap hal yang ia alami lah para cowok belajar untuk menjadi lebih santun dan bijak dalam mengendalikan egonya. Mereka belajar untuk berhenti berpindah-pindah dan setia menetap di satu hati yang ia cintai.