Kaidah Kebahasaan Hikayat
Salah satu ciri yang melekat pada hikayat yaitu penggunaan kata-kata kuno dan majas dalam teksnya. Hal ini dikenal sebagai kaidah kebahasaan. Ada apa saja sih? Disimak ya!
Salah satu ciri yang melekat pada hikayat yaitu penggunaan kata-kata kuno dan majas dalam teksnya. Hal ini dikenal sebagai kaidah kebahasaan. Ada apa saja sih? Disimak ya!
Kata arkais adalah kata yang berhubungan dengan masa dahulu, kuno, dan tidak lazim digunakan di zaman sekarang. Contoh kata arkais seperti jangat, langis, atau maharana. Jangat artinya keranjang, langis artinya punah, dan maharana artinya perang besar.
Karena dipakai di masa lalu, beberapa kata arkais tidak bisa kamu temukan dalam KBBI, lho! Oh iya, kata arkais berasal dari berbagai negara, tergantung darimana hikayat tersebut ditulis.
Konjungsi temporal atau konjungsi kronologis adalah kata penghubung untuk menandakan urutan waktu, Contohnya: sebelum. sesudah, lalu, setelahnya, hingga, sampai, sejak, kemudian, dan akhirnya.
Majas adalah gaya bahasa agar kalimat menjadi lebih hidup. Dalam hikayat, ada dua jenis majas yang sering digunakan, yaitu majas simile, antonomasia, dan hiperbola. Kita bahas perbedaan dan contohnya, yuk!
a. Majas Simile
Majas simile adalah majas pertautan yang membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi dianggap mengandung segi yang serupa. Ditandai dengan kata bagai, bagaikan, bak, laksana, seperti, serupa, dan semisal.
Contoh: "Puan mencari-cari Tuan bak kesetanan,"
b. Majas Antonomasia
Majas antonomasia adalah majas yang menyebutkan sesuatu bukan dengan nama aslinya, tetapi dari sifat yang melekat pada seseorang atau benda tersebut.
Contoh: "Si Kecil bermain dengan riang,"
c. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang menggunakan ungkapan berlebihan dan terkesan tidak masuk akal.
Contoh: "Tangisan sang puteri terdengar hingga langit ke tujuh,"