Pernahkah kalian melihat orang yang sedang melakukan transaksi jual beli? Baik penjual maupun pembeli sama-sama menginginkan kejujuran ketika melakukan transaksi. Seorang penjual akan segan kepada pembeli yang jujur, demikian pula seorang pembeli akan senang terhadap penjual yang jujur. Pada dasarnya setiap orang tidak suka ditipu. Bagaimana perasaan kalian jika ditipu oleh orang lain? Tentu rasanya sakit hati dan tidak suka. Sejatinya setiap manusia tidak ingin mendapatkan perlakuan curang dari siapa pun. Kejujuran merupakan salah satu akhlak mulia yang harus dimiliki seseorang, di samping sifat-sifat mulia lainnya seperti santun dan malu.
Sejarah mencatat bahwa Rasulullah saw. memiliki akhlak yang agung. Sebagai umat Islam kita harus meneladani akhlak beliau. Oleh karena itu sudah seharusnya kita menghiasi diri dengan akhlak mulia. Akhlak mulia merupakan cerminan kesempurnaan iman seseorang. Semakin sempurna iman seseorang maka akhlaknya akan semakin baik pula.
Mari kita lihat lingkungan sekitar, banyak orang berperilaku buruk dalam kehidupannya. Mereka melakukan dosa dan maksiat tanpa rasa malu. Lalu, apakah mereka akan hidup bahagia? Jawabannya tentu tidak, justru sebaliknya pikiran mereka merasa resah, hatinya gelisah, hidupnya sengsara baik di dunia maupun di akhirat kelak. Bahkan mereka tidak disukai oleh keluarga, teman, dan masyarakat. Kebahagiaan dan ketenteraman akan mudah diraih dengan berakhlak mulia kepada siapa pun. Dengan berakhlak mulia seperti jujur, santun, dan malu berarti telah mengasah diri sebagai pribadi unggul. Bangsa kita sangat membutuhkan peran orang-orang yang memiliki pribadi unggul untuk membangun peradaban modern yang Islami.
Seseorang disebut jujur apabila berkata apa adanya dan sesuai kenyataan. Kejujuran sangat diperlukan dalam menjalani semua aktivitas kehidupan, karena kejujuran itulah kehidupan kita akan bahagia dan tenteram. Seorang Siswa belajar dan menyelesaikan ulangan dengan jujur. Pedagang menjajakan dan menakar barang dagangannya dengan jujur. Pejabat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan jujur. Seorang wasit memimpin pertandingan olahraga dengan adil dan jujur. Seorang saksi menjawab pertanyaan hakim dan jaksa dengan jujur. Jika setiap orang memiliki sifat jujur semacam ini maka kehidupan akan berjalan harmonis dan mendapat keberkahan dari Allah Swt.
Jika kecurangan dan dusta merajalela maka akan terjadi kehancuran dan malapetaka. Bayangkan jika penduduk suatu negeri dihuni oleh mayoritas pendusta dan pembohong. Mereka saling memfitnah, menjatuhkan, dan mencurangi satu sama lain. Akhirnya mereka saling curiga dan terjadi krisis kepercayaan. Jika sudah demikian, maka kehidupan manusia akan terasa rumit, sulit dan permasalahan menjadi tak berujung. Jika sudah demikian maka murka Allah Swt. akan segera menimpa mereka.
Wahai generasi muda Islam yang cerdas, kita harus membiasakan diri dengan sikap jujur dan menjauhi dusta. Bagaimana cara menanamkan kejujuran dalam diri kita? Caranya adalah dengan melatih diri terus menerus berkata benar sesuai kenyataan. Sikap terpuji tidak muncul dengan sendirinya, tetapi butuh latihan dan pembiasaan. Oleh karena itu, cara paling efektif menanamkan kejujuran adalah dengan berlatih jujur terus-menerus. Latihan ini harus dilakukan kapan saja dan di mana saja. Jika kita sudah terlatih dan terbiasa jujur, maka sifat jujur ini akan melekat dalam diri kita. Lalu kapan kita bisa mulai berlatih jujur ? Jawabannya adalah sekarang. Jangan ditunda-tunda, mari mulai dari diri kita sendiri dan mulai dari sekarang untuk berkata jujur.
Idealnya, sikap jujur harus dilatih dan dibiasakan sejak usia dini, sebab pada usia dini seorang anak akan sangat mudah dididik dan dilatih. Orang tua memiliki peran dan tanggung jawab dalam mendidik anak anaknya untuk bersikap jujur. Orang tua harus menjadi teladan bagi anakanaknya dalam menerapkan kejujuran. Kejujuran seorang guru juga akan menginspirasi dan dicontoh oleh murid-muridnya. Demikian pula dengan kalian, kejujuran yang kalian lakukan akan dilihat dan dicontoh oleh adikadik kalian.
Sudahkah kalian membiasakan diri bersikap jujur ? Kalian adalah calon pemimpin bangsa di masa depan. Bangsa kita membutuhkan seorang pemimpin yang berakhlak mulia, adil, dan jujur. Seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi rakyatnya. Oleh karena itu kalian harus berlatih dan membiasakan bersikap jujur mulai sekarang. Perhatikan Q.S. Al- Imran/3:77 berikut ini :
Ayat di atas menegaskan bahwa orang-orang yang ingkar janji dan melanggar sumpah akan mendapat azab yang pedih dari-Nya. Allah tidak akan menyapa dan memperhatikan mereka pada hari kiamat. Setiap janji harus dilaksanakan karena janji adalah hutang. Jika hutang tidak ditunaikan di dunia ini maka akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Seorang mukmin akan senantiasa menepati janji dan tidak mudah mengucapkan sumpah.
Sumpah itu diperbolehkan, namun hendaknya dilakukan jika dalam keadaan yang memaksa dan darurat. Dalam keadaan normal kita tidak perlu bersumpah. Semakin sering kita bersumpah di hadapan orang lain maka akan mengurangi wibawa kita sendiri. Orang beriman memiliki sifat jujur dan dapat dipercaya. Tidak harus bersumpah pun ucapan orang beriman semestinya juga dapat dipercaya. Jika kepercayaan orang terhadap kita mulai menipis itu artinya iman kita mulai luntur.
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa kejujuran akan membimbing kepada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Bayangkan jika seluruh warga sebuah desa memiliki sikap jujur, tentu penduduk desa tersebut akan hidup penuh kebahagiaan dan mendapat limpahan rahmat dari Allah Swt.
Mari kita menjauhi perkataan dusta dan membudayakan kejujuran. Kedustaan akan mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Satu kali seseorang berkata dusta maka ia akan berusaha menutupi kebohongannya itu dengan kebohongan lain. Ibarat pepatah, “sepandai-pandai menutupi bangkai, baunya tetap tercium juga” artinya sepandai apapun seseorang menutupi kebohongannya suatu saat pasti akan ketahuan. Kebohongan akan merugikan diri sendiri dan menyengsarakan orang lain. Sebagai sebuah contoh, seorang saksi berkata dusta di pengadilan. Hal ini akan menyebabkan proses hukum menjadi kacau dan sesat. Hakim akan sulit memutuskan perkara dengan adil bahkan putusan perkara bisa menyesatkan. Oleh karenanya, Islam menggolongkan perbuatan bersaksi palsu termasuk salah satu dosa besar.