Penerapan Prinsip Budaya Positif
Sekolah lebih dari sekadar tempat menuntut ilmu. Sekolah adalah miniatur masyarakat. Di sanalah karakter anak-anak dibentuk, nilai-nilai ditanamkan, dan masa depan bangsa diukir. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan sekolah yang positif dan kondusif menjadi sebuah keharusan. Budaya positif di sekolah bukanlah sekadar slogan, melainkan sebuah gerakan nyata yang bertujuan untuk mengubah iklim sekolah menjadi lebih inklusif, ramah, dan mendukung pertumbuhan siswa secara holistik. Dengan menanamkan nilai-nilai seperti saling menghormati, kerja sama, empati, dan optimisme, sekolah dapat menjadi ruang yang aman bagi setiap siswa untuk belajar dan berkembang.
Sebagai Calon Guru Penggerak yang harus senantiasa ‘bergerak’ dan menebar manfaat kepada sesama maka dilakukan penyebarluasan terkait budaya positif melalui kegiatan “Diseminasi Budaya Positif”. Diseminasi dilakukan pada hari Selasa tanggal 20 Agustus 2024 di SMA Negeri 1 Tommo pada pukul 11.00 s.d. 12.00 WITA. Acara dihadiri oleh 8 guru Kegiatan diawali dengan pembukaan dan dilanjutkan Ice Breaking untuk mencairkan suasana. Selanjutnya dipaparkan mengenai agenda diseminasi oleh CGP. Adapun agenda diseminasi antara lain mengenai disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas serta segitiga restitusi. Suasana yang terbangun selama diseminasi sangat positif, peserta antusias dan memperhatikan dengan saksama pemaparan CGP.
Peserta diseminasi juga diminta untuk melakukan simulasi pembuatan keyakinan kelas. Simulasi dimulai dengan meminta peserta membuat peraturan terlebih dahulu. Selanjutnya mengubah peraturan menjadi kalimat positif. Berikutnya peserta diminta menemukan nilai kebajikan yang terkandung dalamnya dan mencontohkan perilaku yang sesuai dengan nilai kebajikan yang ditemukan.
Menjelang akhir diseminasi CGP juga menujukkan praktik baik yang sudah dilakukan mengenai penerapan segitiga restitusi terhadap dua kasus (terlambat datang sekolah dan berpakaian tidak rapi). Setelah semua agenda dilalui peserta diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada hal yang ingin ditanyakan. Pertanyaan yang muncul sangat bagus dan kritis. Ini menandakan peserta sudah mulai menginternalisasi nilai-nilai dalam budaya positif.
Salah satu peserta, Eko Purwanto mengatakan,"Saya baru menyadari bahwa hukuman dan konsekuensi adalah dua hal yang berbeda. Perasaan saya mengikuti diseminasi hari ini sangat bersemangat dan mendapatkan hal-hal baru.
“Terima kasih atas materi yang diberikan, banyak hal baru yang saya peroleh. Saya merasa selama ini masih belum menjadi guru yang baik namun setelah materi hari ini saya mendapat pencerahan. Selama ini saya menjadi guru pembuat merasa bersalah. Adapun hal baru yang saya dapatkan mengenai segitiga restitusi. Kedepan saya akan menjadi guru yang lebih baik lagi, memberikan hal-hal postif, menjadi teladan, dan senantiasa memberikan keyakinan-keyakinan positif", ucap Andi Nurmi.
Membangun budaya positif di sekolah adalah sebuah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat yang tak ternilai bagi generasi mendatang. Dengan komitmen dan kerja sama dari seluruh pihak, kita dapat menciptakan sekolah-sekolah yang menjadi rumah kedua bagi siswa, tempat mereka tumbuh menjadi individu yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan.