Imunisasi wajib
Imunisasi wajib yaitu pemberian imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat di sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas:
a. Imunisasi Rutin
1) Imunisasi Dasar
a) Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B yaitu vaksin virus recombinan yang telah diaktivasi dan juga bersifat non infeksius berasal dari HBsAg. Dosis pemberian vaksin ini adalah 0,5 ml atau I buah HB Pid, diberikan secara mulskuler sebaiknya pada anterolateral paha, dosis pemberian sebanyak 3 dosis yaitu dosis pertama usia 0 – 7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1 bulan). Kontra indikasi vaksin ini adalah penderita infeksi berat yang disertai kejang.
b) Vaksin BCG
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang dibuat dengan cara dilemahkan. Indikasi vaksin BCG adalah untuk memberikan kekebalan aktif terhadap bayi terhadap penyakit tuberculosis. Dosis pemberiannya adalah 0,05 ml, sebanyak 1 kali pemberian pada bayi disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus). Efek samping dari pemberian vaksin ini adalah dalam 2 sampai 6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2 sampai dengan 4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2 sampai 10 mm.
c) Vaksin DPT-HB-Hib
Vaksin DPT-HB-Hib dapat digunakan pada bayi untuk pencegahan terhadap penyakit difteri, tetanus, Pertusis (batuk rejan), Hepatitis B dan infeksi Haemophilus Influenza tipe B secara simultan. Dosis vaksin ini adalah 0,5 ml diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuskuler pada antero lateral paha atas. Kontra indikasi dari vaksin ini adalah kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius. Efek samping pemberian vaksin ini adalah reaksi lokal sentara yaitu bengkak, nyeri, kemerahan pada lokasi suntikan, disertai demam. Kadang kadang bisa muncul reaksi berat seperti demam tinggi, irritabilitas, dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam. Penanganan efek samping pemberian vaksin ini adalah orang tua dianjurkan untuk memberikan minumlebih banyak (ASI atau sari buah), jika demam kenakan pakaian yang tipis, berikan paracetamol 15 mg/kg/BB bekas suntikan yang nyeri dikompres dengan air dingin.
d) Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine/OPV)
Vaksin polio merupakan vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomielitis tipe 1,2,3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan. Indikasi vaksin ini adalah untuk memberikan kekebalan aktif terhadap poliomielitis. Vaksin ini diberikan secara oral, 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian dengan interval 4 minggu. Efek samping pemberian vaksin ini sangat jarang terjadi.
e) Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit poliomielitis pada bayi dan anak immunocomprimised, kontak di lingkungan keluarga dan individu dimana vaksin polio oral menjadi kontra indikasi. Cara pemberiannya dengan cara disuntikkan secara intra muskuler atau sub cutan dalam dengan pemberian 0,5 ml. dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut turut 0,5 ml harus diberikan pada interval satu atau dua bulan. IPV dapat diberikan setelah bayi usia 6, 10, dan 14 sesuai rekomendasi WHO. Kontra indikasi pada imunisasi ini adalah demam, penyakit akut atau penyakit kronis progresif, hipersensitivitas pada pemberian suatu vaksin sebelumnya, serta memiliki alergi streptomicin. Efek samping yang ditimbulkan adalah nyeri, kemerahan, indurasi, dan bengkak yang bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari. Penanganan efek samping diberikan dengan pemberian ASI, bekas suntikan diberikan kompres dingin, serta pemberian paracetamol untuk menurunkan demam.
f) Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan yang diberikan untuk dapat memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Vaksin ini diberikan 0,5 ml secara sub kutan pada lengan kiri atas antero lateral paha pada usia 9 sampai 11 bulan. Kontra indikasi dari vaksin ini adalah pada penderita penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, limfoma. Efek samping dari vaksin ini adalah demam ringan, kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8 sampai 12 hari setelah vaksinasi. Penanganan efek samping tersebut bisa dengan pemberian ASI, serta pemberian paracetamol untuk menurunkan demam.
2) Imunisasi Lnnjutan
a. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan suatu jenis imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan tubuh atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia di bawah 3 tahun (Batita), anak usia sekolah dasar, dan wanita usia subur. Imunisasi lanjutan terdiri dari:
a) Vaksin DT
Vaksin DT merupakan suspensi kolodial dhomogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang terabsorbsi ke dalam aluminium fosfat. Vaksin ini diberikan untuk memberi kekebalan stimultan terhadap difteri dan tetanus pada anak anak. Cara pemberiannya diberikan secara intra muskuler atau sub kutan dalam dengan dosis 0,5 ml, dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun. Kontra indikasi diberikan kepada anak yang hipersensitif terhadap vaksin ini. Efek samping pemberian biasanya lemas, kemerahan pada lokasi suntikan, dan terkadang demam. Penanganan efek samping yaitu dengan pemberian banyak minum, kompres air dingin pada daerah yang nyeri serta pemberian penurun panas jika demam.
b) Vaksin Td
Vaksin ini merupakan suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang terabsorbsi ke dalam aluminium fosfat.Imunisasi ini merupakan ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai usia 7 tahun. Diberakan secara intra muskuler atau sub kutan dalam dengan dosis pemberian 0,5 ml. Kontra indikasi diberikan pada anak yang sebelumnya menderita reaksi berat setelah pemberian. Efek samping yang di alami nyeri pada lokasi penyuntikan serta demam.
c) Vaksin TT
Vaksin ini merupakan suspensi kolodial homogen homogen berwarna putih susu dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, terabsorbsi ke dalam aluminium fosfat. Diberikan pada seseorang untuk memberikan perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur. Diberikan secara intra muskuler dan sub kutan dalam dengan dosis 0,5 ml. Kontra indikasi pemberian vaksin ini adalah pada kondisi gejala berat karena dosis TT sebelumnya, hipersensitif terhadap komponen vaksin, demam atau infeksi akut. Efek samping dari pemberian vaksin ini jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan terkadang dapat disertai demam. Penanganannya adalah dengan cara memberikan kompres dingin pada lokasi suntikan yang nyeri serta di anjurkan banyak minum.
3) Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk dapat melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon jamaah haji atau umroh, persiapan keberangkatan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus antara lain, terdiri atas imunisasi meningitis, meningokokus, imunisasi demam kuning, dan imunisasi anti rabies.
Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepeda seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu yaitu vaksin MMR, Hib, tifoid, varicela, Hepatitis A, influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Encephalitis, dan HPV.