Jangan bersinar di tempat yang terang, karena seindah apapun cahayamu, tak ada orang yang melihat dan peduli
Berikut adalah poin-poin penting tentang rahasia Pikiran menurut kajian makrifat:
Pikiran sebagai Alat Utama, Bukan Tuan: Pikiran adalah alat yang sangat canggih yang diberikan oleh Allah SWT. Namun, seringkali manusia diperbudak oleh pikirannya sendiri, bukannya mengendalikannya. Rahasianya adalah menyadari bahwa kita adalah kesadaran di balik pikiran, bukan pikiran itu sendiri.
Pikiran Sumber Ilusi (Wahm): Pikiran cenderung menciptakan ilusi, proyeksi masa lalu dan masa depan, serta berbagai interpretasi yang belum tentu benar. Kajian makrifat mengajarkan untuk mengenali bahwa banyak dari apa yang kita yakini sebagai "kenyataan" hanyalah konstruksi pikiran.
Pikiran dan Ego (Nafs): Pikiran sangat erat kaitannya dengan ego atau nafs. Ego adalah kumpulan keinginan, ketakutan, dan identifikasi palsu yang terus disuarakan oleh pikiran. Mengenali dan melampaui tuntutan ego adalah kunci untuk mengendalikan pikiran.
Ketenangan Pikiran sebagai Jalan Makrifat: Untuk mencapai makrifatullah (mengenal Allah), pikiran yang tenang dan jernih adalah prasyarat. Hiruk pikuk pikiran menghalangi "pendengaran" hati terhadap kebenaran spiritual.
Mengamati Pikiran Tanpa Menghakimi: Rahasia penting adalah belajar mengamati pikiran seperti awan yang melintas di langit, tanpa terlibat emosional atau menghakimi setiap pikiran yang muncul. Ini memungkinkan kita untuk tidak terlarut dalam arus pikiran.
Kekuatan Fokus (Himmmah): Dalam tasawuf, himmmah adalah kekuatan fokus dan tekad yang diarahkan pada Allah SWT. Mengarahkan pikiran dengan himmah membantu memfokuskan energi spiritual dan mengurangi gangguan pikiran duniawi.
Penyucian Pikiran (Tazkiyatun Nafs): Proses tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) juga mencakup penyucian pikiran dari prasangka buruk, iri hati, kebencian, dan pikiran-pikiran negatif lainnya yang menggelapkan hati.
Pikiran sebagai Penghubung dengan Dimensi Lain: Dalam perspektif spiritual, pikiran juga dapat menjadi "antena" yang menghubungkan kita dengan dimensi spiritual atau ilahi, terutama ketika pikiran berada dalam keadaan hening dan reseptif.
Bahaya Mengikuti Bisikan Pikiran Negatif: Syaiful Karim sering mengingatkan tentang bahaya mengikuti bisikan-bisikan negatif dari pikiran, yang seringkali berasal dari syaitan atau nafs ammarah bis su' (jiwa yang cenderung pada keburukan).
Menggunakan Akal dengan Bimbingan Wahyu: Akal (pikiran) adalah anugerah, namun dalam kajian makrifat, penggunaannya harus dibimbing oleh wahyu (Al-Quran dan Sunnah) agar tidak tersesat dalam spekulasi dan hawa nafsu.
Pikiran sebagai Medan Pertempuran: Pikiran adalah medan pertempuran antara kebaikan dan keburukan, antara bisikan malaikat dan bisikan syaitan. Kesadaran dan kehati-hatian diperlukan untuk memenangkan pertempuran ini.
Melampaui Batasan Pikiran: Tujuan akhir dalam makrifat bukanlah sekadar mengendalikan pikiran, tetapi juga melampaui batasannya untuk mencapai musyahadah (penyaksian) akan kebenaran yang lebih tinggi yang tidak dapat dijangkau oleh akal semata.
Pikiran yang Dipenuhi Cahaya Ilahi (Nur): Dengan terus berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, pikiran dapat dipenuhi dengan Nur Ilahi, sehingga menjadi lebih jernih, bijaksana, dan mampu membedakan antara yang hak dan yang batil.
Kunci Ada di "Saat Ini": Pikiran seringkali terjebak dalam masa lalu dan kekhawatiran akan masa depan. Rahasianya adalah memfokuskan pikiran pada "saat ini" (mindfulness dalam Islam), karena di sanalah realitas sebenarnya berada dan di sanalah potensi untuk berhubungan dengan Allah SWT paling besar.
Pikiran yang Bersyukur: Melatih pikiran untuk selalu bersyukur atas segala nikmat Allah SWT akan menjauhkannya dari keluh kesah dan kegelisahan.
Poin-poin ini merangkum tentang rahasia pikiran dalam konteks kajian makrifat, yang menekankan pentingnya kesadaran, pengendalian, penyucian, dan akhirnya, melampaui keterbatasan pikiran untuk mencapai kedekatan dengan Allah SWT.