Chapter 190
LINK SEWAKTU-WAKTU DAPAT BERUBAH, JANGAN LUPA FOLLOW IG @WONBIN_RI1ZE
Chapter 190
Suara langkah kaki tukang pos yang berlari di jalanan pagi terdengar.
Odette yang sedang mondar-mandir di depan pintu rumahnya buru-buru membukanya. Seorang anak laki-laki dengan kedua pipi memerah karena kedinginan memberikan surat kabar dengan senyum ceria seperti biasa.
"Terima kasih."
Odette membalas dengan senyuman lembut dan memberikan dua butir telur hangat yang baru saja direbus ke tangan anak itu. Anak itu mengangguk hormat dan bergegas menuju rumah berikutnya.
Odette memegang erat surat kabar pagi itu dan berbalik. Napas putih yang keluar dari bibirnya menghilang di udara pagi yang biru.
Setelah memasuki rumah, Odette menutup matanya sejenak untuk berdoa sebelum membuka surat kabar. Foto Mayor Clauvitz menghiasi halaman depan seperti biasa. Artikel itu memuji sang pahlawan yang sedang berjuang di Kepulauan Trosa, tempat pertempuran semakin sengit setiap harinya. Setelah membaca setiap baris artikel itu, Odette akhirnya bisa bernapas lega.
Odette menuju ruang tamu dan duduk di depan perapian yang menyala, membaca kembali surat kabar itu.
Serangan pasukan Berg yang sebelumnya berjalan mulus mengalami kemunduran besar sejak musim gugur lalu. Mereka berhasil maju dengan cepat dan merebut benteng angkatan laut Robita, negara utama dalam aliansi selatan, tetapi dengan bergabungnya Etara, negara sekutu Robita, keadaan berubah. Pasukan Berg yang terdesak ke utara baru bisa membalikkan keadaan menjelang awal musim dingin.
Front Laut Utara, tempat Bastian bertugas, juga mengalami kerugian besar.
Sebuah divisi Armada Samudra yang telah kembali ke Robita karena pelabuhan utama negara mereka direbut, kembali dengan dukungan dari Etara. Jalur pasokan yang berhasil di buka kembali ditutup, dan garis depan mundur ke selatan. Seluruh kerajaan diliputi kekhawatiran bahwa musuh akan mendarat di daratan.
Untungnya, armada Berg berhasil mempertahankan Laut Utara. Mereka melancarkan serangan besar-besaran, merebut kembali garis pertahanan mereka, dan membuka kembali jalur pasokan. Namun, Odette tidak bisa merasakan kebahagiaan. Itu semua karena nama yang terus muncul di surat kabar dan selebaran propaganda.
Bastian Clauvitz.
Namanya selalu ada di garis depan pertempuran yang sengit. Hari ini pun demikian. Mayor Clauvitz tercatat sebagai pahlawan yang memimpin kemenangan dalam pertempuran melawan komandan armada Robita. Berkat itu, mereka berhasil menguasai sebuah pulau di bagian utara Kepulauan Trosa, wilayah kekuasaan Robita.
Artikel itu diakhiri dengan optimisme bahwa mereka mungkin bisa mengusir Robita dari Laut Utara sebelum tahun baru. Dan tentu saja, namanya disebutkan di sana.
Pahlawan Laut Utara, Bastian Clauvitz.
Nama yang pernah dicela sebagai cucu pedagang barang bekas, anak durhaka yang membunuh ayahnya sendiri, dan orang kaya baru yang bertahta di atas besi tua dan darah, kini telah menjadi pelindung kerajaan. Bahkan kalangan sosialita di Ratze, yang selama ini menentang Bastian, pun mengubah sikap mereka.
Kemarin, sebuah acara penggalangan dana untuk membangun kapal perang baru untuk Armada Laut Utara diadakan di Teater Opera Ratze. Odette menatap lama foto Bastian yang terpampang di selebaran promosi yang ditempel di berbagai tempat.
Kau masih berada di atas papan catur, ya.
Saat menyadari hal itu, hatinya dipenuhi kesedihan.
Odette, yang tidak ingin mendengar nama pahlawan yang dikumandangkan oleh mulut-mulut yang dulu mencaci dan mengejek Bastian, pulang dengan jalan memutar. Hari ini pun akan seperti itu.
"Anda bangun pagi sekali!"
Pelayan yang turun dari tangga memasuki ruang tamu. Margarete, yang membawa anak-anaknya, mengikutinya dari belakang.
Odette meletakkan surat kabar dan memulai harinya dengan tenang.
Dia memeluk dan mencium Margarete dan ketiga anak anjingnya yang berlarian ke arahnya, lalu memberi tahu pelayan tentang tugas utama hari ini.
"Nyonya Countess Trie akan berkunjung. Siapkan makanan yang dia sukai."
"Ya, Nyonya. Jangan khawatir. Saya sudah sangat familiar dengan seleranya."
Pelayan itu mengangguk yakin. Meskipun sekarang dia bekerja sebagai pelayan di rumah ini, dia dulunya adalah pelayan keluarga Countess Trie.
Nyonya Countess Trie, yang menganggap rumah itu terlalu besar untuk diurus sendirian, mengirim seorang pelayan yang cakap. Odette menolak berkali-kali, tetapi tidak ada gunanya. Setelah berpikir keras, Odette menerima tawarannya dengan syarat dia yang akan membayar gajinya secara langsung.
Rumah baru yang disiapkan oleh Count Zendars dan Nyonya Countess Trie adalah sebuah townhouse di pusat kota Ratze. Meskipun ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan rumah bangsawan ternama di dekatnya, rumah itu tetaplah besar dan bagus untuk ditinggali sendirian.
Sudah tiga bulan berlalu sejak dia tinggal di sini, tetapi Odette masih sulit percaya bahwa dia memiliki rumah ini. Begitu pula dengan uang pensiun yang diterimanya setiap bulan.
Bastian memberikan uang kompensasi yang nilainya beberapa kali lipat dari bayaran kontrak yang telah disepakati. Itu sudah cukup mengejutkan, tetapi saat dia kembali ke Ratze, dia mendengar kabar lain.
Pengacara Bastian, yang mengunjungi rumah itu, mengatakan bahwa ada kepercayaan yang ditinggalkan untuk Odette. Dia akan menerima uang pensiun setiap bulan selama lima tahun ke depan, dan setelah itu dia bisa mengakhiri kontrak kepercayaan. Namun, untuk mengakhiri kontrak, dia harus menunjuk seorang pengelola aset atau membuktikan bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengelola asetnya sendiri.
Pengacara itu memohon agar Odette tidak tersinggung, karena itu hanyalah cara untuk melindungi Odette yang tiba-tiba memiliki kekayaan besar. Namun, Odette tidak pernah memiliki pikiran seperti itu. Sejak mendengarnya, dia menyadari apa yang dikhawatirkan Bastian. Dia menyadari betapa perhatiannya Bastian kepadanya. Semuanya.
Odette menarik napas dalam-dalam dan memandang ruang tamu yang mulai dipenuhi sinar matahari pagi musim dingin. Pandangannya yang tenang tertuju pada piano indah yang berdiri di dekat jendela.
Rumah ini sempurna sejak awal. Semua perabot, dekorasi, dan peralatan rumah tangga sudah lengkap. Count Zendars mengatakan bahwa itu semua berkat pemilik sebelumnya yang menjual semuanya secara paksa karena akan pindah ke benua baru. Piano itu pun menjadi milik Odette karena alasan yang sama, dan kondisinya hampir seperti baru karena jarang digunakan.
"Eh, Nyonya?"
Suara pelayan yang pelan membangunkan Odette dari lamunannya.
"Maaf. Aku sedang memikirkan sesuatu."
Odette tersenyum ramah dan bergegas naik ke lantai dua untuk bersiap-siap pergi.
Sejak datang ke Ratze, dia bekerja di lembaga penasihat militer di bawah naungan Kementerian Angkatan Laut tiga kali seminggu. Dia langsung melamar setelah melihat iklan di surat kabar yang mencari sukarelawan untuk menerjemahkan surat-surat dari negara-negara sekutu. Petugas perekrutan yang awalnya bersikap seolah-olah tidak membutuhkan perempuan, berubah pikiran setelah melihat kemampuan Odette dalam berbahasa Pelia. Meskipun sudah bercerai, dia pernah menjadi istri seorang pahlawan dan keturunan keluarga kerajaan, yang menjadi keuntungan besar.
Odette, yang dinilai memiliki risiko rendah untuk menjadi mata-mata, ditugaskan di bagian penerjemahan dokumen militer dari Pelia. Sebagian besar dokumen penting ditangani oleh para prajurit, dan dia hanya membantu pekerjaan ringan. Namun, Odette tetap senang bisa bekerja untuk angkatan laut. Itu juga merupakan keuntungan karena dia bisa mendapatkan informasi dengan cepat jika sesuatu terjadi pada Bastian.
Karena sekarang dia tidak lagi memiliki hak untuk menerima kabar darinya.
Setiap pagi saat pergi ke Kementerian Angkatan Laut, Odette merasakan kenyataan itu. Dan dia selalu berangkat lebih awal dari waktu yang ditentukan. Hari ini pun demikian.
Odette mengenakan mantel abu-abu tua di atas blus dan rok sederhana. Dia melengkapi penampilannya dengan topi dan sarung tangan tanpa hiasan.
Odette bergegas keluar rumah.
Suara langkah kakinya yang berlari di atas jalanan yang membeku bergema di udara yang dingin dan bersih.
***
Suasana kapal menjadi lebih ceria setelah kapal pasokan datang.
Bastian, yang telah memeriksa kondisi dek buritan yang rusak akibat pertempuran kemarin, memasuki kapal setelah proses pembongkaran barang-barang pasokan hampir selesai. Antrean panjang mengular di depan kantor pos di lantai satu, para prajurit dan perwira sedang menunggu giliran untuk menerima surat.
Pandangan para prajurit dan perwira yang sedang tertawa dan bercanda dengan wajah gembira langsung tertuju pada Bastian. Mereka langsung mengubah ekspresi wajah mereka dan memberi hormat dengan suara lantang.
Bastian membalas dengan hormat singkat dan berbalik menuju koridor yang mengarah ke jembatan kapal. Saat dia melewati dapur, seorang prajurit pos buru-buru memanggilnya.
"Surat dan paket untuk Tuan Komandan."
Prajurit pos yang mengejarnya dengan langkah cepat menyerahkan sebuah amplop besar.
Bastian menerima amplop itu dan menuju ruang komandan. Dari dek kapal, dia bisa melihat laut yang dipenuhi sinar matahari keemasan sore hari.
Bastian menyalakan sebatang rokok dan memeriksa surat-surat itu. Dia menemukan banyak kartu ucapan tahun baru dari rumah keluarga Arden, perusahaan, dan teman-teman yang bertugas di front lain. Bibinya mengirim selimut rajutan buatan tangan sebagai hadiah. Saat dia menyadari bahwa tahun baru semakin dekat, dia tiba-tiba teringat pada perempuan itu.
Odette, yang lahir di hari terakhir tahun.
Meskipun sedang dalam masa perang, ulang tahunnya tahun ini pasti akan lebih baik daripada tahun lalu yang dia habiskan di neraka. Saat dia membayangkan kemungkinan Odette bersama Maximin von Zendars, dia terkekeh pelan, asap rokok mengepul keluar dari mulutnya.
Dia telah memastikan bahwa Count Zendars telah menepati janjinya melalui laporan yang dikirim oleh pengacaranya.
Odette telah menetap dengan baik di Ratze. Hak milik townhouse yang dibeli Bastian untuknya telah sepenuhnya dialihkan ke namanya. Fakta bahwa perempuan yang dulu terlantar itu memiliki rumah sendiri memberikan ketenangan hati bagi Bastian.
Setelah menyingkirkan kartu ucapan dan hadiah dengan asal-asalan, Bastian berdiri di dek kapal, menghadap laut sambil merokok. Kapal perang Lei-bael telah ditugaskan untuk mengawal kapal pengangkut logistik yang melewati wilayah laut yang dijaga oleh armada Robita. Besok mereka akan memasuki wilayah aman.
Matahari musim dingin yang singkat mulai terbenam, dan laut berubah menjadi merah.
Bastian berbalik dan duduk di depan meja, membuka laci.
Yang tersisa hanyalah menunggu janji Kaisar terpenuhi.
Dia memahami bahwa itu adalah masalah yang sangat sensitif dan sedang dalam masa perang, sehingga pasti akan memakan waktu lama. Namun, sudah dua musim berlalu. Dia tidak bisa terus menunggu begitu saja.
Pahlawan Laut Utara.
Bastian tahu betul kekuatan yang dimiliki gelar itu. Dia juga tahu bagaimana menggunakan senjata itu.
Bastian, yang telah memantapkan tekadnya, mengambil pena dengan tangan yang tidak memegang rokok.
Suara pena yang bergerak cepat di atas kertas surat meresap ke dalam ruang komandan yang dipenuhi cahaya senja.
***
Mobil dan kereta kencana mewah bergantian melewati gerbang utama Istana Kekaisaran.
Kaisar berdiri di depan jendela ruang kerjanya, menyaksikan pemandangan itu. Karena ini adalah pertemuan untuk membahas urusan kerajaan, pertemuan hari ini akan diadakan di kediaman pribadi secara tertutup.
Pemulihan gelar bangsawan Helene.
Para pemuka kerajaan yang mendengar agenda pertemuan hari ini menunjukkan ketidaksetujuan mereka. Mereka tidak mengerti mengapa Kaisar membahas pemulihan gelar bangsawan untuk saudara perempuannya yang sudah meninggal di tengah-tengah perang yang melanda seluruh kerajaan. Karena itu, pertemuan ini tertunda hingga sekarang, tetapi Kaisar tidak bisa mundur lagi.
Sebuah surat datang dari front Laut Utara. Itu adalah kartu ucapan tahun baru yang dikirim oleh pahlawan yang menjaga laut kerajaan kepada Kaisar.
Sebelum tahun baru.
Bastian Clauvitz menetapkan batas waktu sesuai keinginannya. Dia mengatakan bahwa jika kesepakatan mereka tidak tercapai hingga saat itu, semangat juang mereka akan melemah. Dia menggunakan alasan dan tujuan yang masuk akal, tetapi pada dasarnya itu adalah ancaman dari seorang preman yang datang untuk menagih hutang. Dia benar-benar menunjukkan sifatnya sebagai keturunan seorang rentenir yang terkenal kejam.
Kaisar meletakkan kartu ucapan yang telah dibacanya berulang kali dan tertawa keras untuk pertama kalinya dalam waktu lama. Sekilas, Bastian tampak memegang kendali, tetapi pada akhirnya, Kaisarlah yang memenangkan permainan ini. Bastian telah secara tidak langsung mengakui bahwa kelemahannya adalah Odette.
Pada titik ini, Kaisar tidak lagi membenci Duke Dissen. Karena putrinya yang cantik, yang mewarisi sifat ayahnya, telah menjadi tali kekang yang mengendalikan anjing pemburu iblis itu.
Cinta, apa sebenarnya itu.
Kaisar tidak mengerti cinta itu sama sekali. Dia hanya merasa iba. Dan dia menghitung. Apa yang terbaik untuk kerajaan. Sekarang dia telah mencapai kesimpulan, yang tersisa hanyalah eksekusi. Akan sulit untuk mematahkan keinginan para kepala batu itu, tetapi dia bertekad untuk mencapai tujuannya dengan cara apa pun hari ini.
Kerajaan membutuhkan seorang pahlawan. Dan pahlawan itu menginginkan mahkota untuk istrinya yang telah dia tinggalkan.
Jadi, putri Helene harus mewarisi mahkota ibunya.
Demi kerajaan yang akan dilindungi oleh pahlawan.