妖 怪 の 書
妖 怪 の 書
YŌKAI ROH (SPIRIT-BASED YŌKAI)
"Kawa" (川) berarti "sungai," dan "Otoko" (男) berarti "pria" atau "laki-laki." Nama ini mengacu pada legenda makhluk roh yang muncul di tepi sungai, sering kali menyerupai seorang pria tua dengan jubah basah yang tampak seolah-olah dia adalah bagian dari air itu sendiri. Penamaan ini mencerminkan perannya sebagai penjaga sungai, sebagai manifestasi dari jiwa-jiwa nelayan atau orang yang tenggelam di sungai.
Klasifikasi:
Yokai Roh – berkaitan dengan dunia spiritual, khususnya sungai atau badan air.
Sejarah Yokai:
Kawa Otoko pertama kali diceritakan pada zaman Heian (794 M – 1185 M), di mana ia muncul sebagai roh yang menjaga sungai besar di sekitar ibu kota kuno Kyoto. Pada waktu itu, masyarakat percaya bahwa sungai adalah pintu gerbang ke dunia roh, dan Kawa Otoko berfungsi sebagai penjaga yang memastikan tidak ada jiwa yang melarikan diri atau tersesat. Selama berabad-abad, kepercayaan ini berlanjut, terutama di wilayah pedesaan Jepang, di mana orang-orang sangat bergantung pada sungai untuk irigasi dan transportasi.
Habitat:
Yokai ini tinggal di tepi sungai, terutama di tempat-tempat yang tenang dan jarang dilewati manusia. Sungai yang tenang dengan aliran lambat atau kolam yang dalam di sepanjang sungai sering menjadi habitat favorit Kawa Otoko.
Cara Menemukan dan Memanggil:
Untuk menemukan Kawa Otoko, seseorang harus berdiri di tepi sungai pada malam hari saat bulan purnama dan membiarkan sebagian air sungai membasahi kaki mereka. Untuk memanggilnya, orang tersebut harus menyebutkan nama seorang nelayan atau orang yang telah tenggelam di sungai itu, lalu menundukkan kepala seolah-olah memberikan penghormatan. Jika panggilannya berhasil, Kawa Otoko akan muncul dari air, menyembul dengan tenang, dan biasanya memberikan pesan terkait keselamatan atau peringatan terkait sungai.
Ciri Fisik, Sifat, dan Kebiasaan:
Kawa Otoko sering muncul sebagai pria tua dengan jubah basah yang menempel pada tubuhnya. Kulitnya tampak berwarna kebiruan, seperti tercampur dengan air, dan matanya terlihat buram, seolah-olah ia bisa melihat lebih dari sekadar dunia fisik. Ia cenderung pendiam, tetapi akan memberikan peringatan kepada mereka yang terlalu dekat dengan sungai, terutama saat air pasang. Yokai ini dikenal lembut dan penuh hikmah, tetapi jika ada yang merusak sungai atau melakukan tindakan yang tidak hormat, ia bisa menjadi marah dan menyebabkan kecelakaan di air.
Yang Disuka:
Aliran air yang tenang
Ketentraman malam
Bulan purnama
Yang Tidak Disuka:
Polusi sungai
Perusakan lingkungan air
Kebisingan di dekat sungai
Cerita Pendek:
Suatu malam di zaman Edo, seorang petani dari desa kecil di tepi Sungai Katsura memutuskan untuk membuang sampah ke sungai demi menghemat waktu. Ketika ia selesai, bulan purnama muncul di atas kepala, dan ia mendengar suara lembut di belakangnya, seolah-olah air berbicara. Saat ia berbalik, ia melihat Kawa Otoko berdiri di tepi sungai, menatapnya dengan mata buram. Yokai itu memberi tahu bahwa tindakan tidak hormat terhadap sungai akan membawa kutukan. Keesokan harinya, sawah petani itu tenggelam akibat banjir, dan ia segera meminta maaf di tepi sungai, memastikan tidak ada lagi sampah yang dibuang ke sana.
"Umi" (海) berarti "laut," dan "Tenjin" (天神) berarti "dewa langit." Umi Tenjin dianggap sebagai roh pelindung dari laut dan langit, diyakini muncul dari gabungan antara roh-roh laut dan roh-roh angin. Nama ini mencerminkan sifat dualistik yokai ini yang mengendalikan dua elemen alam yang sangat kuat: laut yang luas dan angin yang berkeliaran. Dia disebut demikian karena dipercaya bahwa ketika laut dan langit bersatu dalam badai, Umi Tenjin lah yang bertanggung jawab.
Klasifikasi:
Yokai Roh – berkaitan dengan elemen alam, khususnya laut dan langit.
Sejarah Yokai:
Umi Tenjin mulai dikenal pada zaman Muromachi (1336 M – 1573 M), ketika para pelaut dan pedagang laut melaporkan fenomena alam yang aneh saat badai besar melanda. Dikatakan bahwa mereka melihat sosok manusia raksasa yang tampak melayang di antara awan gelap di atas laut yang bergolak. Yokai ini dipercaya membawa badai dan ombak besar, dan karena itu para pelaut akan memberikan persembahan sebelum berlayar untuk menenangkan dewa roh ini.
Habitat:
Umi Tenjin tinggal di laut terbuka, terutama di daerah yang sering dilanda badai besar. Laut di sekitar pulau-pulau terpencil dan wilayah dengan arus laut yang kuat dipercaya sebagai tempat peristirahatannya.
Cara Menemukan dan Memanggil:
Untuk menemukan Umi Tenjin, seseorang harus berada di kapal di laut lepas saat badai besar terjadi. Untuk memanggilnya, para pelaut harus membakar dupa khusus yang terbuat dari campuran rumput laut dan angin laut yang dijemur. Sambil membakar dupa, mereka harus menyebutkan doa untuk menenangkan angin dan ombak. Jika berhasil, badai akan mereda, dan sosok Umi Tenjin dapat terlihat sekilas di antara awan-awan gelap.
Ciri Fisik, Sifat, dan Kebiasaan:
Umi Tenjin memiliki tubuh raksasa yang kabur, sering kali muncul sebagai siluet besar di antara badai. Wajahnya tidak terlihat jelas, namun sorot matanya bisa memancar dari balik awan. Dikatakan bahwa dia memiliki sayap besar yang terbentuk dari awan-awan badai dan tangan yang bisa mengendalikan ombak besar. Umi Tenjin bersifat netral, namun jika merasa dihina atau diabaikan, dia bisa menciptakan badai yang sangat merusak. Sebaliknya, jika dihormati, dia bisa melindungi kapal dari bahaya laut.
Yang Disuka:
Persembahan dari para pelaut
Ketentraman sebelum badai
Laut dan langit yang tak terjamah
Yang Tidak Disuka:
Kapal yang merusak ekosistem laut
Pelaut yang serakah
Pelayaran yang sembrono
Cerita Pendek:
Pada tahun 1450, sebuah kapal besar yang membawa sutra dari Cina ke Jepang terjebak dalam badai hebat di Laut Jepang. Para pelaut panik dan berdoa kepada Umi Tenjin, namun badai terus mengamuk. Tiba-tiba, kapten kapal ingat bahwa ia pernah mendengar legenda tentang dupa yang harus dibakar untuk menenangkan dewa laut. Dengan cepat, mereka membuat dupa darurat dari rumput laut yang tersisa dan membakarnya di dek. Awan-awan mulai membuka, dan di kejauhan, mereka melihat sosok raksasa yang melayang di langit, seolah-olah mengawasi kapal. Badai reda, dan kapal berhasil selamat sampai di pelabuhan Jepang tanpa kerusakan serius.
"Yurei" (幽霊) berarti "hantu" atau "arwah," dan "Kagehime" (影姫) berarti "putri bayangan." Nama ini merujuk pada roh wanita bangsawan yang telah lama meninggal, namun terus muncul sebagai bayangan tanpa wujud fisik di tempat-tempat tertentu, terutama di daerah di mana kekuasaannya pernah berlaku atau keluarganya pernah tinggal.
Klasifikasi:
Yokai Roh – terkait dengan dunia spiritual, Yurei Kagehime adalah roh yang muncul sebagai bayangan tanpa wujud fisik, terikat oleh kesedihan atau dendam.
Sejarah Yokai:
Dikisahkan pertama kali muncul pada zaman Sengoku (1467 M – 1603 M) di daerah provinsi Owari. Kagehime adalah putri dari seorang daimyo yang kehilangan nyawanya karena perebutan kekuasaan di antara para samurai. Setelah kematiannya, banyak prajurit melaporkan melihat bayangan seorang wanita muda di istana yang ditinggalkan. Dia dikatakan mencari keadilan atas pembunuhan keluarganya dan terus muncul di tempat-tempat yang pernah ia kuasai.
Habitat:
Yurei Kagehime sering terlihat di reruntuhan istana kuno, hutan yang gelap, dan tempat-tempat bersejarah yang telah lama terbengkalai. Dia tidak dapat pergi jauh dari tempat tinggalnya ketika masih hidup.
Cara Menemukan dan Memanggil:
Yurei Kagehime dapat muncul ketika seseorang masuk ke reruntuhan istana lamanya dengan membawa benda yang mengingatkannya pada masa lalunya, seperti sepotong pakaian tradisional atau lukisan keluarga. Untuk memanggilnya, seseorang harus menyebutkan nama keluarganya dengan hormat sambil menyalakan lentera dan membakar dupa putih. Jika dia dipanggil dengan benar, bayangannya akan muncul di dinding atau tanah, tanpa bentuk tubuh yang jelas, hanya siluet halus.
Ciri Fisik, Sifat, dan Kebiasaan:
Wujud Yurei Kagehime hanyalah bayangan tipis yang mengikuti gerakan orang di sekitarnya. Dia tidak berbicara tetapi bisa mengungkapkan emosi melalui perubahan bentuk bayangannya. Jika dia merasa marah atau tidak puas, bayangannya akan semakin gelap dan berat di udara. Dia sering muncul di malam hari, terutama saat bulan purnama. Meski ia cenderung pasif, ia bisa sangat berbahaya jika merasa terhina.
Yang Disuka:
Ketulusan hati
Benda-benda yang berasal dari zaman keemasannya
Malam yang tenang di bawah sinar bulan
Yang Tidak Disuka:
Kehancuran atau pengabaian tempat suci keluarganya
Perlakuan tidak hormat terhadap masa lalunya
Cahaya terang yang terlalu menyilaukan
Cerita Pendek:
Di suatu malam sunyi, seorang samurai yang tersesat di dalam reruntuhan istana kuno memutuskan untuk bermalam di sana. Saat bulan mencapai puncaknya, bayangan tipis seorang wanita muncul di dinding yang terbuat dari batu bata usang. Samurai itu menyadari bahwa ia berada di tempat yang suci, tempat arwah seorang putri tua bersemayam. Ia segera menunduk dan meminta maaf atas ketidaksengajaannya. Bayangan itu menghilang, meninggalkan kesan damai di udara malam, seakan-akan amarahnya telah teredam oleh rasa hormat yang ditunjukkan samurai tersebut.
"Inugami" (犬神) berarti "dewa anjing" atau "arwah anjing," dan "Onryo" (怨霊) berarti "arwah pendendam." Nama ini diberikan kepada roh seekor anjing yang dikorbankan secara brutal dalam ritual kuno, menyebabkan arwahnya berubah menjadi yokai pendendam. Nama ini menekankan sifat penuh dendam dan kesedihan dari roh tersebut.
Klasifikasi:
Yokai Roh – merupakan roh pendendam yang muncul dari ritual kekejaman, berhubungan dengan anjing yang telah mati dengan cara yang tidak wajar dan kini gentayangan sebagai yokai.
Sejarah Yokai:
Inugami no Onryo dikenal sejak zaman Edo (1603 M – 1868 M), ketika beberapa keluarga samurai mulai menggunakan praktik gelap yang melibatkan pengorbanan anjing untuk mendapatkan kekuatan supernatural. Salah satu keluarga melakukan ritual tersebut, dan arwah anjing yang dikorbankan, karena kemarahan dan penderitaannya, berubah menjadi yokai pendendam yang menghantui keturunan keluarga itu selama beberapa generasi.
Habitat:
Inugami no Onryo sering ditemukan di sekitar pemakaman, rumah-rumah keluarga samurai yang terkait dengan praktik tersebut, atau di hutan di mana pengorbanan terjadi. Dia cenderung mendekati tempat-tempat yang terkait dengan kematian atau kesedihan.
Cara Menemukan dan Memanggil:
Untuk menemukan Inugami no Onryo, seseorang harus mencari tanda-tanda perilaku aneh pada hewan anjing di sekitar pemakaman atau tempat peristiwa tragis. Untuk memanggilnya, seseorang harus menyajikan tulang anjing atau artefak yang pernah dimiliki keluarga yang terlibat dalam ritual, sambil mengucapkan mantra tertentu. Namun, ini sangat berbahaya karena arwah ini terkenal penuh dendam dan jarang bisa ditenangkan.
Ciri Fisik, Sifat, dan Kebiasaan:
Inugami no Onryo biasanya muncul sebagai bayangan anjing besar dengan mata merah menyala dan suara geraman yang menyeramkan. Ia bergerak cepat seperti kilat, meninggalkan jejak bau tanah yang basah. Sifatnya sangat agresif, terutama terhadap keturunan keluarga yang terlibat dalam pengorbanan yang telah dikisahkan dalam sejarah di atas. Yokai ini dikenal sering menyerang tanpa peringatan, menggigit atau mencakar, tetapi ia bisa menjadi pelindung jika merasa bahwa seseorang sedang dalam bahaya besar.
Yang Disuka:
Kesetiaan yang tak tergoyahkan
Keadilan bagi yang tidak bersalah
Kesedihan mendalam yang sejalan dengan kisahnya
Yang Tidak Disuka:
Kekejaman terhadap hewan
Pengkhianatan terhadap yang ia anggap tuannya
Kekuatan spiritual yang mencoba mengendalikannya
Cerita Pendek:
Di sebuah desa terpencil, keluarga samurai lama menderita serangkaian kematian misterius. Setiap kali, mayat ditemukan dengan bekas gigitan dan cakaran, meskipun tidak ada anjing di dekatnya. Seorang biksu yang diundang untuk membersihkan rumah tersebut mendapati bahwa roh Inugami no Onryo mengincar keluarga itu karena dosa-dosa leluhur mereka. Biksu itu mencoba menenangkan roh itu dengan melakukan pemurnian dan mengembalikan kehormatan kepada anjing yang telah dikorbankan, tetapi arwah itu terlalu kuat, dan ia hanya bisa memperlambat balas dendamnya, bukan menghentikannya sepenuhnya.