妖 怪 の 書
妖 怪 の 書
YŌKAI MAKHLUK (CREATURE-BASED YŌKAI)
"Ryūsei" (流星) berarti "meteor", dan "Kumo" (雲) berarti "awan". Nama ini diberikan karena yokai ini sering muncul dalam bentuk awan yang bercahaya di langit malam dan menyembunyikan meteor yang melintasi bumi. Menurut legenda, Ryūsei Kumo pertama kali terlihat ketika meteor jatuh ke bumi, namun tidak menimbulkan kerusakan. Yokai ini dihubungkan dengan fenomena langit yang jarang terjadi, dan kemunculannya dipandang sebagai pertanda baik atau buruk, tergantung situasinya.
Visualisasi (Klik)
Klasifikasi:
Yokai Makhluk – mirip dengan hewan atau makhluk humanoid.
Sejarah Yokai:
Kemunculan Ryūsei Kumo pertama kali dicatat pada tahun 1374 M di masa Muromachi, ketika seorang pengamat bintang dari Kyoto melaporkan adanya awan bercahaya aneh yang bergerak melawan arah angin, dan diikuti oleh suara berdengung. Awan itu, menurutnya, berputar dengan cepat dan tampak seperti mengandung kekuatan besar. Selama berabad-abad, Ryūsei Kumo muncul sesekali, biasanya saat hujan meteor, tetapi jarang terlihat secara langsung oleh manusia karena kemampuan transformasinya yang membuatnya tampak seperti awan biasa.
Habitat:
Yokai ini tinggal di puncak gunung yang tinggi, sering ditemukan di sekitar Gunung Fuji, di mana awan cenderung terkumpul. Namun, ia juga bisa ditemukan di pegunungan terpencil atau daerah yang tidak dihuni oleh manusia.
Cara Menemukan dan Memanggil:
Ryūsei Kumo muncul ketika hujan meteor terjadi. Cara memanggilnya adalah dengan membakar dupa khusus yang terbuat dari serbuk meteor yang telah jatuh ke bumi, sambil menyebutkan nama-nama bintang besar dalam astrologi Jepang. Setelah dipanggil, yokai ini akan muncul dalam bentuk awan bercahaya. Namun, penting untuk tidak memanggil Ryūsei Kumo jika tidak diperlukan, karena kemunculannya sering dikaitkan dengan perubahan cuaca ekstrem.
Ciri Fisik, Sifat, dan Kebiasaan:
Ryūsei Kumo terlihat seperti awan bercahaya yang berputar dengan cepat, dengan inti yang berkilauan seperti meteor. Ia sangat cepat dalam bergerak dan bisa berubah bentuk menjadi berbagai macam awan. Yokai ini cenderung tenang dan hanya bergerak di malam hari, tetapi bisa menjadi ganas jika terganggu. Ia mampu memicu badai petir kecil jika marah, sehingga tidak boleh diprovokasi. Ryūsei Kumo dikenal cenderung menjaga gunung dan sekitarnya, namun sulit ditebak apakah niatnya baik atau jahat.
Yang Disuka:
Malam hari
Langit yang jernih
Diam di pegunungan
Yang Tidak Disuka:
Kebisingan
Suara keras
Manusia yang mencoba menyentuhnya
Cerita Pendek:
Di tahun 1456, ketika sekelompok pengelana melewati Gunung Haku, mereka mendengar suara gemuruh dari langit. Mereka melihat awan aneh yang bersinar dengan cahaya kebruan, melayang-layang seperti sedang mencari sesuatu. Satu di antara pengelana, yang penasaran, mencoba melemparkan batu ke arah awan itu. Segera setelah itu, petir menyambar dari langit, menewaskan sang pengelana di tempat. Orang-orang yang selamat melarikan diri dan menceritakan kejadian tersebut kepada penduduk desa terdekat, yang akhirnya menyadari bahwa mereka telah mengganggu Ryūsei Kumo. Sejak saat itu, orang-orang desa berhati-hati ketika melewati gunung di malam hari.
"Tatsu" (辰) berarti "naga", dan "Usagi" (兎) berarti "kelinci". Nama ini diberikan karena bentuk fisik yokai ini yang mirip kelinci dengan sisik naga di punggungnya. Yokai ini sering dikaitkan dengan kekuatan lunar dan air, serta dipercaya sebagai pelindung anak-anak yang tersesat. Nama ini muncul dari mitos bahwa kelinci yang hidup di bulan dikawinkan dengan naga laut, menciptakan makhluk yang bisa melompat antara langit dan laut.
Klasifikasi:
Yokai Makhluk – mirip dengan hewan atau makhluk humanoid.
Sejarah Yokai:
Tatsu Usagi pertama kali dicatat dalam naskah kuno dari tahun 867 M, di awal zaman Heian. Para pelaut melaporkan bahwa mereka melihat kelinci besar yang berkilauan, melompat dari laut ke langit di malam bulan purnama. Yokai ini sering muncul di sekitar pulau-pulau terpencil dan pantai-pantai yang sepi, memberikan petunjuk kepada mereka yang tersesat di laut atau di hutan.
Habitat:
Yokai ini ditemukan di dekat perairan yang jernih, seperti danau gunung, laut, atau sungai besar. Ia juga bisa ditemukan di pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni, terutama di malam hari saat bulan purnama.
Cara Menemukan dan Memanggil:
Untuk menemukan Tatsu Usagi, seseorang harus berada di tepi pantai atau di atas kapal selama bulan purnama. Untuk memanggilnya, seseorang harus melemparkan batu kecil berwarna putih ke laut sambil menyebutkan nama-nama kelinci dan naga dalam legenda Jepang. Yokai ini akan muncul melompat dari laut atau sungai sebagai tanda kedatangannya.
Ciri Fisik, Sifat, dan Kebiasaan:
Tatsu Usagi terlihat seperti kelinci putih besar dengan sisik naga berkilauan di sepanjang punggungnya. Ia memiliki mata besar berwarna biru yang menyala dalam gelap, dan ia bisa melompat sangat tinggi, seolah-olah terbang. Sifatnya sangat pemalu, tetapi ia akan membantu siapa pun yang hilang atau tersesat, terutama anak-anak. Yokai ini sangat tenang dan damai, namun jika diserang, ia bisa memanggil badai besar.
Yang Disuka:
Bulan purnama
Laut dan sungai
Anak-anak
Yang Tidak Disuka:
Api
Perburuan
Orang dewasa yang serakah
Cerita Pendek:
Suatu malam di zaman Kamakura, seorang anak kecil tersesat di hutan dekat pantai. Saat malam semakin larut dan bulan purnama muncul, anak itu mendengar suara pelan di dekatnya. Saat ia melihat ke arah laut, Tatsu Usagi muncul, melompat dari air dan melompat ke hutan. Kelinci naga itu mendekat dan mengarahkan anak tersebut keluar dari hutan, hingga akhirnya si anak tiba di tepi pantai. Pagi harinya, ia ditemukan oleh para nelayan, aman dan tanpa cedera. Sejak saat itu, penduduk desa setempat percaya bahwa Tatsu Usagi adalah pelindung anak-anak yang hilang.
"Fukuro" (梟) berarti "burung hantu," dan "Kiba" (牙) berarti "taring." Nama ini berasal dari kombinasi sifat fisik yokai yang mirip burung hantu dengan taring yang panjang dan tajam seperti serigala. Fukuro Kiba dikenal sebagai makhluk yang hidup di hutan yang gelap dan sunyi, sering muncul dalam bentuk bayangan besar yang hanya terlihat melalui matanya yang bersinar di malam hari. Penamaan ini berasal dari kepercayaan bahwa yokai ini merupakan pelindung rahasia dari hutan-hutan kuno yang terlupakan.
Klasifikasi:
Yokai Makhluk – mirip dengan hewan atau makhluk humanoid.
Sejarah Yokai:
Kemunculan pertama Fukuro Kiba tercatat pada akhir zaman Kamakura, sekitar tahun 1330 M, ketika seorang pemburu melaporkan bahwa ia melihat bayangan besar di hutan yang matanya bersinar seperti bintang, dan ketika ia mendekat, ia mendengar bunyi dentingan taring di udara. Sejak itu, pemburu lain juga melaporkan melihat makhluk yang sama di hutan-hutan di wilayah Kiso. Dalam banyak cerita rakyat, yokai ini dikatakan menjadi penjaga dari rahasia hutan, menjaga agar manusia tidak merusak alam lebih jauh.
Habitat:
Yokai ini tinggal di dalam hutan lebat dan gelap yang jarang dimasuki manusia, seperti hutan-hutan di pegunungan atau daerah terpencil. Hutan-hutan di wilayah Tōhoku dipercaya menjadi salah satu habitat favorit Fukuro Kiba.
Cara Menemukan dan Memanggil:
Untuk menemukan Fukuro Kiba, seseorang harus memasuki hutan tua saat malam hari dan berhenti di tempat yang sangat gelap tanpa cahaya sama sekali. Yokai ini akan memanggil dengan suara seperti burung hantu namun lebih dalam dan menyeramkan. Jika ingin memanggilnya, seseorang harus meniru suara burung hantu sebanyak tiga kali, dengan nada yang rendah dan panjang. Jika panggilannya direspon, orang tersebut akan melihat mata bersinar di kegelapan.
Ciri Fisik, Sifat, dan Kebiasaan:
Fukuro Kiba memiliki tubuh seperti burung hantu raksasa dengan taring panjang yang keluar dari rahangnya. Bulu-bulunya gelap dan hampir tidak terlihat dalam kegelapan, membuatnya sangat sulit untuk dilihat, kecuali untuk matanya yang menyala. Sifatnya sangat protektif terhadap hutan tempat ia tinggal, dan ia biasanya tidak menyerang kecuali merasa terancam atau terganggu. Yokai ini sangat pendiam dan bisa bergerak tanpa suara.
Yang Disuka:
Kegelapan
Ketentraman hutan
Angin malam
Yang Tidak Disuka:
Api
Orang yang merusak alam
Kebisingan
Cerita Pendek:
Pada abad ke-15, seorang tukang kayu dari desa kecil di wilayah Tōhoku masuk ke dalam hutan terlarang untuk menebang pohon-pohon tua yang dianggap sakral oleh penduduk desa. Saat ia mulai menebang salah satu pohon, suara burung hantu yang aneh terdengar di sekelilingnya. Tiba-tiba, bayangan besar dengan mata bersinar muncul di antara pepohonan. Taring yokai itu terlihat jelas di bawah cahaya bulan, dan tukang kayu itu merasa ketakutan. Ia melarikan diri, dan saat ia kembali ke desanya, pohon yang ia tebang telah tumbuh kembali seolah-olah tidak pernah disentuh.
"Isonade" (磯撫) berarti "menyapu pantai," dan "Kani" (蟹) berarti "kepiting." Nama ini mengacu pada kebiasaan yokai ini yang muncul di pantai, menyeret makhluk-makhluk kecil ke dalam air. Isonade Kani dikenal sebagai yokai yang mengintai di dekat pantai berbatu, menggunakan kaki-kakinya yang tajam dan cakar besarnya untuk menangkap mangsanya. Legenda mengatakan bahwa yokai ini muncul saat air pasang, menyapu pantai untuk mencari makanan.
Klasifikasi:
Yokai Makhluk – mirip dengan hewan atau makhluk humanoid.
Sejarah Yokai:
Isonade Kani pertama kali dilaporkan di masa Nara, sekitar tahun 728 M, ketika nelayan setempat mulai mengeluhkan banyaknya kepiting besar yang menyeret perahu-perahu kecil ke dalam laut. Yokai ini dianggap sebagai ancaman serius bagi mereka yang tinggal dekat pantai, dan mereka melakukan upacara untuk menenangkan roh laut yang diyakini menyebabkan kemunculan makhluk ini. Namun, beberapa kisah juga menyebutkan bahwa yokai ini bisa menjadi pelindung bagi mereka yang tidak mengganggunya, menjaga pantai dari bahaya laut lainnya.
Habitat:
Isonade Kani hidup di pantai berbatu, di daerah dengan arus laut yang kuat. Ia sering ditemukan di sekitar semenanjung kecil atau teluk yang sepi, di mana air pasang naik dengan cepat. Yokai ini juga bisa hidup di bawah laut, di gua-gua yang terendam air.
Cara Menemukan dan Memanggil:
Untuk menemukan Isonade Kani, seseorang harus berada di pantai berbatu saat air pasang. Untuk memanggilnya, mereka harus membakar campuran rumput laut kering dan kerang, kemudian melemparkannya ke laut sambil menyebutkan doa tradisional untuk roh laut. Isonade Kani akan muncul dari dalam air, biasanya saat matahari terbenam atau saat fajar.
Ciri Fisik, Sifat, dan Kebiasaan:
Isonade Kani terlihat seperti kepiting raksasa dengan cangkang berwarna hitam keunguan yang kasar, dihiasi dengan goresan dari batuan karang. Cakarnya sangat kuat dan tajam, mampu memecah batu karang. Meskipun ukurannya besar, yokai ini sangat cepat dalam bergerak, terutama di air. Sifatnya umumnya tenang dan pendiam, namun ia bisa menjadi sangat agresif jika merasa terganggu atau jika pantainya dirusak.
Yang Disuka:
Pantai berbatu
Ketenangan air pasang
Ikan kecil
Yang Tidak Disuka:
Perahu nelayan
Polusi di laut
Gelombang tinggi yang merusak habitatnya
Cerita Pendek:
Di tahun 795 M, seorang nelayan dari Semenanjung Kii menemukan cangkang kepiting raksasa yang terdampar di pantai setelah badai besar. Penasaran, ia mencoba mengambilnya sebagai tanda keberuntungan. Malam itu, saat ia kembali ke pantai untuk memancing, angin kuat muncul, dan air laut mulai menyapu daratan. Dari ombak yang datang, Isonade Kani muncul dan menyeret perahu nelayan tersebut ke laut. Sejak saat itu, para nelayan di sekitar daerah itu menghormati yokai ini dan tidak lagi mengambil cangkang kepiting besar yang terdampar di pantai.