Surabaya - Magang adalah sebuah aspek penting dalam proses pendidikan di berbagai institusi pendidikan tinggi, telah mengalami transformasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada transformasi pertama, pihak prodi Manajemen memutuskan untuk mengonversi magang menjadi program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Keputusan tersebut muncul karena diyakini bahwa KKN memberikan banyak manfaat lebih langsung kepada masyarakat agar nantinya mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuan teoritis mereka dalam konteks nyata. Transformasi ini mengarah pada peningkatan kesadaran sosial dan tanggung jawab mahasiswa, serta meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dan masyarakat. Meskipun pada transformasi pertama memiliki manfaat yang banyak, tetapi ada juga kritik terhadap perubahan ini.
Setelah dilakukan beberapa kali sosialisasi dari pihak prodi Manajemen dan LPPM terkait hal ini, pihak Prodi akhirnya memberikan sebuah keputusan. Berdasarkan surat edaran tentang Koordinasi Prodi/Fakultas dengan LPPM untuk Konversi KKN 2 SKS, menyatakan bahwa mahasiswa yang sedang melaksanakan kegiatan MBKM Magang Mandiri MSIB dan Studi Independen akan dilakukan kegiatan Pengabdian 90 Jam dengan kegiatan secara berkelompok sesuai zonasi agar memudahkan koordinasi dan pelaksanaannya. Kegiatan tersebut antara lain:
● Kegiatan CSR dari Perusahaan
● Kampanye CSR terkait perusahaan
● Pendampingan UMKM
● Penyuluhan ke UMKM/Masyarakat
● Pelatihan ke UMKM
● Kegiatan Sosial ke Masyarakat
Selain itu, terdapat Luaran Kegiatan Pengabdian Masyarakat yang ekuivalen dengan 90 Jam antara lain:
● Laporan Kelompok
● Logbook Kelompok
● Video Youtube Kelompok 2 Rekap, berupa Video After Movie dengan durasi 3-5 menit (Full Video bukan Foto)
● Berita Media Massa Kelompok 2 Artikel (dapat dimasukkan ke Website Mitra terkait).
Untuk menjadikan luaran kegiatan ini efektif dan bermanfaat, penting untuk kita dapat merencanakan secara cermat, mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, dan memastikan bahwa tujuan utama magang tetap tercapai. Dukungan dari institusi pendidikan dan tempat magang juga penting untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan luaran ini. Namun, hal ini dapat dianggap sebagai upaya yang cukup konkret dan terukur untuk memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa. Tanggapan ini tidak bersifat positif atau negatif secara khusus, karena manfaatnya akan sangat tergantung pada kualitas dan relevansi pengalaman yang diperoleh oleh mahasiswa selama 90 jam tersebut, serta apakah itu sesuai dengan tujuan program MBKM dan kebutuhan mahasiswa. Yang terpenting, mengambil sisi positif dari segala kegiatan yang diberikanlah yang harusnya kita fokuskan untuk saat ini sebagai tugas kita dengan nama 'mahasiswa'.