Plagiarisme

SITIRAN, KUTIPAN DAN PLAGIARISME


Penyitiran adalah hal yang lumrah dalam penulisan ilmiah. Moeliono (2002) memberi definisi kutipan adalah “pengambilalihan satu kalimat atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan sendiri”. Dia tidak membedakan antara mengutip dan menyitir. Menurutnya menyitir adalah “menyebut atau menulis kembali kata-kata yang telah disebut (ditulis) orang lain”.


Penyitiran bisa dilakukan dengan cara mengutip dan melakukan parafrase. Parafrase adalah menuliskan kembali gagasan yang diperoleh dari satu atau berbagai sumber ke dalam satu kalimat dengan gaya dan kata-kata sendiri.


Sitasi dalam naskah adalah bentuk penghargaan dan pengakuan karya orang lain dalam menyusun gagasan dan argumen dalam suatu karya tulis. Dalam teks skripsi, pengakuan dan penghargaan itu terekspresi dalam bentuk nama besar penulis dan tahun terbit, misalnya: (Kershaw, 1975) atau (Anten & Ackerly, 2001). Dalam kondisi dimana penulis terdiri dari 3 orang atau lebih maka hanya nama penulis pertama yang digunakan, penulis lainnya diganti dengan istilah "et al." ("et alia"; "dan lainnya", atau "dan kawan-kawan") misalnya: (Wibisono, 2005).


Dalam pengertian praktis, sitasi adalah referensi pada sumber-sumber pustaka yang digunakan oleh seorang penulis. Batasan ini diadaptasi dari Merriam Webster Dictionary mengenai "citation". Sitasi diekspresikan dalam bentuk alfanumerik yang tersurat dalam tulisan akademik yang tercatat dalam daftar pustaka (atau bibliografi) yang digunakan. Sitasi adalah salah satu bentuk penghargaan terhadap relevansi tulisan orang lain dalam topik bahasan dimana sitasi itu muncul.


Tulisan atau sebutan yang dikutip kata per kata (verbatim) harus ditulis dengan menggunakan tanda kutip (=tanda petik). Jika panjangnya melebihi dua baris, kutipan ditulis dengan indentasi kiri dan kanan. Dalam format seperti ini, tanda kutip tidak diperlukan. Contoh disajikan pada Box 1. Setiap kutipan harus diberi sitasi. Orang yang tidak melakukan sitasi yang memadai atas informasi, argumen, atau ide penulis lain yang disitirnya akan dituduh “plagiat”.


Box 1. Contoh pengajuan argumen lewat kutipan.

Konservasi lahan gambut tidak dapat dipisahkan dari kepentingannya terhadap fungsi ekologi di mana lahan tersebut ditemukan. Bahkan kepentingan tersebut lebih luas dari pengaturan air di dalam daerah tangkapan di bagian hulu tapi juga di hilir seperti pendapat Wibisono (2005):

"Ekosistem gambut memberikan manfaat yang sangat luas bagi kehidupan di muka bumi karena merupakan habitat berbagai flora-fauna dan berperan sebagai pengatur tata air sehingga daerah di sekitarnya dapat terhindar dari intrusi air laut pada saat musim kemarau dan tercegah dari banjir saat musim hujan."


Dalam mengajukan argumen dan komunikasi ilmiah dan keilmuan, hindari kutipan verbatim. Seorang penulis yang baik harus mampu merangkum berbagai informasi yang berhubungan dengan argumen yang ingin dibangunnya dalam satu kalimat yang ringkas dan berisi. Sitiran adalah gagasan orang lain yang ditulis kembali dalam bahasa dan gaya sendiri.


Contoh-contoh kalimat yang merangkum beberapa gagasan dalam satu kalimat yang koheren disajikan dalam tiga kalimat berikut.

  • Analisis terhadap karakteristik habitat dan parameter lingkungan dilakukan dengan menggunakan Analisis Statistik Sederhana, sedangkan perbandingan pengaruh dari masing-masing kondisi lingkungan dianalisis dengan menggunakan Sidik Ragam, Analysis of Variance, ANOVA (Brower & Zar, 1977; Zar, 1984).

  • Dalam melakukan peringkasan data lapangan, dominansi jenis tumbuhan diurutkan berdasarkan besarnya parameter lapangan yang diamati (Kershaw, 1975; Keith, 2000; Anten & Ackerly, 2001).

  • Penelitian ini menggunakan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000 Lembar 2116-62 Tahele (Bakosurtanal 1995). Dalam pengamatan, citra satelit menggunakan rekaman yang diproduksi oleh Digitaglobe (2011) yang diakses dengan menggunakan piranti lunak Google Earth.


Daftar Pustaka

  1. Anten, N.P.R. & D.D. Ackerly. 2001. A new method of growth analysis for plants that experience periodic losses of leaf mass. Functional Ecology, 15:804–811.

  2. Bakosurtanal. 1995. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000 Lembar 2116-62 Tahele. Badan Koordinasi Survey Tanah Nasional. Jakarta.

  3. Brower, J.E. & J.H. Zar. 1977. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Wm. C. Brown. Iowa.

  4. Digitaglobe. 2011. Digitaglobe Image 10 Dec 2009. Diakses dengan peranti lunak Google Earth. New York.

  5. Keith, D.A.. 2000. Sampling designs, field techniques and analytical methods for systematic plant population surveys. Ecological Management & Restoration, 1(2):125-139.

  6. Kershaw, K.A.. 1975. Quantitative and Dynamic Plant Ecology. Edward Arnold. London.

  7. Moeliono, A.M.. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

  8. Wibisono, I.T.C., L. Siboro, dan I.N.L. Suryadiputra. 2005. Panduan Rehabilitasi dan Teknik Silvikultur di Lahan Gambut. Wetland International-Indonesia Program. Bogor.

  9. Zar, J.H.. 1984. Biostatistical Analysis. Prentice Hall. New Jersey.