by BPM UNDIRA
Bertepatan pada 96 tahun silam, Sumpah Pemuda dilahirkan. Salah satu momentum yang menjadi pergerakan bangsa ini lahir pada 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda adalah hasil dari dua kali pertemuan para pemuda Indonesia kala itu yang terlibat dalam Kongres Pemuda I (30 April 1926 – 2 Mei 1926, di Jakarta) dan Kongres Pemuda II (27 – 28 Oktober 1928, di Jakarta), yang pada akhirnya dalam Kongres Pemuda II terciptalah Sumpah Pemuda. Namun sayangnya, dengan usia Sumpah Pemuda yang semakin menua, semangat membara para kaum muda juga ikut menua seiring perkembangan zaman.
Di kalangan kaum tua, Gen Z hari ini dianggap sebagai kaum muda yang memiliki mental lemah, pemalas, kurang keterampilan, dan sederet stigma negatif lainnya. Pandangan seperti itu tidak luput dari kondisi objektif yang ada. Namun, tidak semua Gen Z memiliki sifat yang seperti itu. Masih ada para Gen Z yang memiliki jiwa besar, untuk terus menggelorakan spirit Sumpah Pemuda dalam bidang keilmuan maupun pekerjaannya masing-masing.
Spirit Sumpah Pemuda itu Bernama ; Abinaya
Abinaya Ghina Jamela adalah salah satu dari Gen Z yang menggelorakan spirit Sumpah Pemuda itu. Penulis cilik yang kerap disapa Naya, sudah menulis beberapa buku dalam usianya yang masih menginjak 15 tahun. Pada bulan Oktober 2023, Naya hadir sebagai pembicara alam perayaan UWRF 2023 atau Ubud Writers and Readers Festival, yang diselenggarakan di Bali. Hal itu menjadikan Naya sebagai penulis termuda yang hadir dalam salah satu gelaran festival sastra terbesar di Asia Tenggara itu. Naya merupakan salah satu jawaban dari tantangan dan stigma negatif perihal Gen Z yang selama ini dilontarkan oleh mayoritas kaum tua. Pada usianya yang baru menginjak 5 –6 tahun, Naya menerbitkan buku pertamanya yang berjudul ‘Resep Membuat Jagad Raya’. Buku yang terbit tahun 2017 itu mendulang banyak pengakuan, seperti penghargaan dari Kusala Sastra Khatulistiwa 2017 dari 10 besar nominasi. Kusala Sastra Khatulistiwa sendiri merupakan penghargaan sastra prestisius yang diberikan kepada penulis yang karyanya dianggap memberikan andil tertentu di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, ia juga memperoleh penghargaan lainnya, yaitu Tanah Ombak Award, KEHATI Award, sekaligus dinobatkan sebagai penulis kumpulan puisi tervaforit Anugrah Pembaca Indonesia tahun 2017 silam.
Memulai Langkah Berdampak, Ayo Gen Z Ambil Sikap
Sudah cukup menyebalkan mendengar semua stigma negatif tentang Gen Z selama ini. Apakah kita akan diam saja dengan zona nyaman dalam pandangan negatif yang dilontarkan ke kita? Atau harus keluar dari belenggu itu dan memulai langkah berdampak untuk mematahkan stigma tersebut? Memulainya tidak harus dengan langkah yang besar, yang terpenting bisa berdampak. Lakukan dari langkah kecil dengan sikap yang konsisten setiap waktunya, untuk bisa menjadi hal hebat di kemudian hari.
Apa kalian tahu Pandawara Group? Sekumpulan kecil Gen Z yang memulai langkah kecil dalam bidang lingkungan. Memulai dengan 5 orang yang melakukan pembersihan sungai, hingga hari ini bisa memiliki dampak besar dan menginspirasi kaum muda lainnya di berbagai daerah Indonesia untuk bisa melakukan hal yang serupa. Pandawara adalah contoh dari sekian banyak Gen Z yang berani memulai langkah kecil yang pada akhirnya bisa menjadi dampak besar karena konsisten dalam melakukannya.
Tantangan dalam bergerak tentu akan selalu ditemukan, baik yang skalanya kecil maupun besar. Namun bagi Gen Z yang menerapkan spirit Sumpah Pemuda, seharusnya tidak akan pernah bisa digoyahkan oleh badai sekencang apapun, demi meraih hal hebat yang dinginkan dan berdampak bagi banyak lapisan masyarakat. Jika kaum muda Gen Z enggan untuk mengambil langkah berdampak, niscaya peradaban bangsa ini akan mustahil bisa menuju ‘Indonesia Emas 2045’ yang selama ini selalu digelorakan dengan lantang.
Jadi, apa langkah berdampak dalam spirit Sumpah Pemuda bagi Gen Z? Masih mau berada dalam ruang sempit yang membuat kita sulit bergerak?. Atau memilih keluar ruangan tersebut dengan gagah sambil berteriak lantang “Aku Gen Z, aku kaum muda Indonesia, spirit Sumpah Pemuda akan ku jalankan, demi ‘Indonesia Emas 2045’ yang bukan hanya sekedar slogan”. Mengutip dari buku ‘Konspirasi Alam Semesta’ karya Fiersa Besari, ada sebuah kalimat bagus yang ingin aku bagikan. Kurang lebih kalimatnya adalah “Aku adalah seorang pesimis yang optimis. Pesimis bahwa Indonesia sedang dalam keadaan yang baik-baik saja, dan optimis bahwa akan datang masa, dimana Indonesia dalam keadaan yang lebih baik.” Mari bergerak, mari berdampak, dan mari mengambil sikap. Indonesia terlalu hebat untuk gagal, jika para Gen Z masih mau bergerak menggunakan hati dan akal.