Volume dan Halaman : Volume 9 No 2, 10 Halaman
Penulis : Intan Novita Dewi, Krisnawanti, dan Adang Haryaman
Tanggal : 28 Desember 2023
Pada penelitian ini, membahas pentingnya pengukuran beban kerja mental untuk memastikan staff bekerja leboh proporsional dan produktif. Penelitian yang dilakukan di PT. XYZ menggunakan metode NASA-TLX, dengan responden terdiri dari staff Bidang Pengadaan dan staff Bidang Komersial. Hasil dari analisis penelitian ini didapatkan usulan sistem kerja yang seimbang dan diterapkan untuk karyawan.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor strategis pada semua kegiatan institusi atau organisasi. SDM yang handal dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan (Larasati 2018). Pada dasarnya seluruh aktivitas manusia memiliki beban kerja, baik beban kerja fisik maupun beban kerja mental, namun dengan kapasitas yang berbeda setiap orangnya. Perbedaan kapasitas beban kerja manusia disebabkan oleh tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia, ukuran tubuh dan karyawan yang bersangkutan (Haq, Wahyudin, dan Pratiwi, 2023).
Tingginya beban kerja akan berpengaruh signifikan terhadap tingkat produktivitas karyawan. Pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan metode subjektif terhadap beban kerja mentang yaitu menghitung denyut jantung (Satria, Tiara, dan Widjajanto, 2023) kemudian metode objektif dengan menggunakan indikator NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) dan metode RSME (Rating Scale Mental Effort). Tingkat kelelahan mental pada manusia dapat menyebabkan penurunan performansi kerja, ketelitian, persepsi, dan fungis kognitif seperti proses pengambilan keputusan, pemilihan respon dan eksekusi respon (Torrente et al., 2022). Untuk menghindari hal tersebut perlu diketahui tingkat beban kerja karyawan sehingga dapat diusulkan sistem kerja yang seimbang.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran beban kerja mental pada karyawan dan hasilnya digunakan dalam membuat sistem kerja yang seimbang untuk memastikan karyawan memiliki produktivitas yang optimal. Penelitian ini dilakukan pada dua orang Bidang Pengadaan dan tiga orang Bidang Komersial di PT. XYZ.
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap penelitian, yaitu kajian awal mengenai proses bisnis di PT. XYZ, pengumpulan data melalui kuesioner, dan Forum Group Discussion (FGD) untuk menganalisis hasil kuesioner. Kuesioner tersebut mengukur enam dimensi beban kerja mental NASA-TLX, responden memilih dimensi yang paling dominan dan dilakukan pembobotan untuk melihat dimensi mana yang paling dirasakan oleh pekerja. Skor dari pembobotan digunakan sebagai indikator tingkat beban kerja mental yang dirasakan oleh pekerja.
Hasil dari penelitian ini dengan melakukan pengukuran beban kerja mental menggunakan metode NASA-TLX, yang melibatkan pembobotan dan pemberian rating pada enam dimensi, yaitu: Kebutuhan Mental (KM), Kebutuhan Fisik (KF), Kebutuhan Waktu (KW), Performansi (P), Tingkat Usaha (TU), dan Tingkat Frustasi (TF) yang akan disebut sebagai indikator pengukuran beban kerja mental. Prosedur Pembobotan memerlukan perbandingan bentuk pasangan antara dua dimensi sebelum penilaian beban kerja dan menggabungkan enam peringkat skala individu menjadi skor akhir, sementara pada proses pemberian rating, responden diminta untuk memberikan rating terhadap keenam indikator beban kerja mental. Kuesioner tersebut berisi lima belas pasang dari keenam indikator dan responden diminta untuk memilih salah satu dari setiap pasangan.
Responden diminta mengisi besar prosentase dari masing-masing indikator berkenaan dengan pekerjaan dari responden kemudian dilakukan pembobotan dimana bobot adalah produk dari besar nilai pada perbandingan berpasangan dengan besar nilai pembobotan pada setiap indikator. Dilakukan klasifikasi beban kerja setelah nilai produk diketahui untuk masing-masing indikator, selanjutnya nilai tersebut dijumlahkan untuk keenam indikator dan menjadi besaran nilai rata-rata weighted workload (WWL). Besar nilai WWL kemudian dibagi dengan jumlah perbandingan pasangan indikator yaitu 15. Sehingga menghasilkan besar nilai rata-rata WWL yang kemudian diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi beban kerja. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan nilai rata-rata skor NASA-TLX adalah 64,80, dengan nilai standar deviasi 8,76, nilai batas kelas atas 91,07, dan nilai batas kelas bawah 38,53. Nilai maksimum sebesar 77,33 dan nilai minimum sebesar 51,33 dari skor NASA-TLX. Dari nilai batas kelas maka tidak ada skor di luar batas kontrol, hal ini menunjukkan keseragaman data yang sesuai dengan prinsip uji keseragaman data sehingga data dapat digunakan untuk pengujian berikutnya.
Dari hasil analisis secara keseluruhan beban kerja mental Bidang Pengadaan dan Bidang Komersial di PT. XYZ tergolong tinggi. Beban kerja mental tertinggi dialami pada dimensi Kebutuhan Mental (KM), Performansi (P), dan Tingkat Usaha (TU). Staff B pada Bidang Pengadaan memiliki beban kerja tertinggi dengan rata-rata WWL 77,33 disebabkan oleh jenis pekerjaannya yang dilakukan secara manual, sistem pembagian kerja yang belum optimal, dan jumlah karyawan yang tidak sesuai dengan kapasitas pekerjaan. Kendala-kendala yang diakibatkan oleh kurang sesuainya SOP dengan pekerjaan saat ini. Melakukan perbaikan SOP, pembagian kerja yang lebih merata, dan peningkatan sistem akan membantu meminimalisir beban kerja mental staff Bidang Pengadaan dan Bidang Komersial PT. XYZ dan berimplikasi pada peningkatan produktivitas kerja karyawan.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan dari hasil pengolahan data dan analisis tingkat beban kerja mental menggunakan metode NASA-TLX pada staff Bidang Pengadaan dan Bidang Komersial PT. XYZ menunjukkan terdapat 6 dimensi yang mempengaruhi beban kerja mental, yaitu Kebutuhan Mental (KM), Kebutuhan Fisik (KF), Kebutuhan Waktu (KW), Performansi (P), Tingkat Usaha (TU), dan Tingkat Frustasi (TF). Analisis dilakukan terhadap lima orang staff, terdiri dari dua orang staff Bidang Pengadaan dan tiga orang staff Bidang Komersial menunjukkan tingkat beban kerja mental yang tinggi dengan skor rata-rata weighted workload (WWL) tertinggi didapatkan oleh staff B pada Bidang pengadaan sebesar 77,33. Usulan yang diberikan berdasarkan analisis beban kerja yaitu melakukan perbaikan SOP, pembagian kerja yang lebih merata, dan peningkatan sistem akan membantu meminimalisir beban kerja mental karyawan. Dari penelitian ini juga disarankan untuk melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai waktu siklus suatu aktivitas atau pekerjaan dan analisis kelayakan penambahan jumlah staff pada Bidang Komersial.
Penelitian ini terdapat kelebihan dalam menggunakan metode penelitian yang jelas yaitu metode NASA-TLX yang dikenal untuk melakukan pengukuran beban kerja mental karyawan. Dengan melakukan penelitian pada perusahaan yang nyata sehingga hasilnya dapat dijadikan wawasan untuk industri yang sama. Memberikan usulan perbaikan yang spesifik, seperti perbaikan SOP, pembagian kerja yang merata, dan peningkatan sistem.
Penelitian ini terdapat kekurangan dalam memberikan gambaran umum mengenai bagaimana hasilnya dapat diterapkan di industri. Kurang dalam menjelaskan bagaimana variabel-variabel tertentu diukur dan dianalisis.