Suara gemuruh para siswa-siswi terdengar dari berbagai sisi di pagi yang disinari teriknya matahari. Jam menunjukkan pukul 07.50. Mereka berlomba-lomba berlari ke kelas masing-masing, menaiki anak tangga dengan perasaan senang karena upacara telah berakhir.
Namun, tidak demikian dengan aku dan kedua temanku. Aku, Sofia, dan Fathma tidak seperti murid lainnya yang langsung menuju kelas setelah upacara. Kami sudah memiliki rencana lain yang jauh lebih seru dibandingkan belajar di kelas. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sekolah sambil menunggu perencanaan perjalanan kami dimulai. Namun, aku dan Sofia belum meminta izin untuk tidak mengikuti pembelajaran hari itu.
Kami harus kembali ke kelas untuk meminta izin kepada guru mata pelajaran pertama. Tapi ternyata, semua guru di sekolah sudah tahu bahwa kami akan pergi bersama tiga guru pendamping dan teman-teman lainnya. Jadi, kami tidak perlu meminta izin lagi.
Sembari menunggu teman-teman lainnya berkumpul di perpustakaan, aku dan Fathma memanfaatkan waktu yang ada untuk sarapan terlebih dahulu agar energi kami terisi saat sampai di tempat tujuan. Aku makan nasi dan telur orak-arik yang kubawa dari rumah, sementara Fathma makan bakso aci yang dibelinya pagi tadi sebelum upacara di warung depan gerbang sekolah.
"Enak," kataku saat mencoba makanan milik Fathma. Sesekali aku meminum air mineral milikku karena sensasi pedas yang terasa di kuahnya, sampai-sampai aku harus membeli es teh manis untuk meredakan pedasnya. Tepat saat kami selesai makan, teman-teman lainnya mulai berdatangan dan bersiap-siap. Jumlah mereka tidak banyak, kurang lebih hanya sekitar 12 orang yang ikut.
Tak lama kemudian, Pak Sandy, Pak Aje, dan Pak Fajar datang memberi briefing kepada kami semua. Kami diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai apa yang harus dilakukan di sana, bukan hanya sekedar pergi. Kami diberikan misi penting yang perlu diselesaikan. Kami pun membawa tas menuju gerbang depan untuk foto terlebih dahulu, lalu aku, Sofia, Fathma, dan Dhiya menempati empat bangku di barisan paling belakang dalam mobil HiAce. Sebelum berangkat, tak lupa kami membaca doa untuk keselamatan di perjalanan.
Perjalanan menuju Islamic Book Fair (IBF) memakan waktu sekitar 30 menit. Selama perjalanan, kami tak banyak mengobrol, hanya sesekali. Sisa waktunya kami habiskan untuk tidur. Jujur saja, aku sangat mengantuk hingga rasanya aku hanya tidur selama lima menit.
Saat tiba di tujuan, kami terbagi menjadi tiga kelompok yang didampingi oleh guru-guru untuk memudahkan kami. Aku berada di kelompok Pak Sandy bersama Fathma dan Sofia. Hari itu menjadi hari yang membahagiakan bagi diriku dan kedua teman baikku karena kami berada di kelompok yang sama.
Setiap kelompok diberikan kertas berisi daftar buku-buku yang harus kami cari untuk dibeli. Kami memasuki gedung pameran buku yang sangat besar dan luas. Suhu ruangannya dingin meskipun dipenuhi oleh banyak orang di dalamnya.
Ternyata bukan hanya sekolah kami yang hadir di pembukaan pameran buku di Senayan itu, kami bertemu dengan banyak sekali peserta didik dari berbagai sekolah. Setiap individunya memicu pandangan asing bagiku karena aku tidak pernah melihat seragam yang mereka kenakan sebelumnya.
Karena ini adalah pembukaan pameran buku, banyak sekali koleksi buku yang diperjualbelikan di sini, mulai dari buku fiksi, non-fiksi, ensiklopedia, pengetahuan umum, dan masih banyak lagi yang tidak bisa kutuliskan satu per satu.
Di sini, kami ditugaskan untuk membeli semua buku yang terdapat pada kertas daftar isi yang kami pegang. Pak Sandy dan Pak Aje, sebagai petugas perpustakaan, Sofia sebagai Duta Perpustakaan, dan Dhiya, Ketua Klub Buku, ingin memenuhi aspirasi para peserta didik agar dapat mengembangkan minat membaca. Oleh karena itu, perpustakaan membuka wadah selebar-lebarnya untuk para peserta didik yang ingin meminta buku bacaan.
Buku-buku yang ada di daftar isi tersebut merupakan buku tambahan untuk koleksi perpustakaan sesuai permintaan siswa-siswi MTs Pembangunan. Kami, para peserta didik yang ikut serta dalam kegiatan belanja buku ini, adalah anggota Klub Buku. Anggota Klub Buku tidak sedikit, kok. Perpustakaan membagi dua sesi kunjungan pameran buku bagi para anggota. Sesi pertama adalah di Islamic Book Fair pada bulan Agustus ini, dan sesi kedua akan dilaksanakan pada bulan September nanti di pameran Indoensia International Book Fair.
Setiap kelompok memutuskan untuk berpencar agar lebih mudah menemukan buku-buku yang jumlahnya mencapai puluhan dalam daftar isi. Kelompokku sudah mengunjungi berbagai stan buku, dan buku pertama yang kami temukan adalah novel fiksi yang diangkat dari cerita di aplikasi Wattpad atau Alternative Universe.
Kami sudah berjalan ke sana kemari hingga tiba di stan Cloud Books. Aku terpikat oleh salah satu buku yang menarik perhatianku sejak awal masuk ke sana, sebuah novel berjudul Lintang Hukum karya Wahyuni Albiy. Sebenarnya, aku tidak memiliki minat sedikitpun di bidang IPS, namun karena aku memiliki kemampuan debat dan sudah berpengalaman, aku jadi tertarik untuk membeli buku tersebut dengan uangku sendiri, bukan untuk koleksi perpustakaan, hehe.
Di situ, kami juga menemukan buku-buku yang ada di daftar isi untuk dibeli. Saat kami berada di kasir, kami diberikan voucher diskon dan gratis permainan spin wheel dengan hadiah "Gratis Merchandise" dan "Zonk".
Fathma menawarkan diri untuk memutar alat tersebut karena dirinya yakin akan hoki, katanya. Fathma memutar alat tersebut dan kami refleks berteriak histeris saat panah menunjukkan "Gratis Merchandise", artinya kami mendapatkan merchandise gratis dari Cloud Books! Karena kami tidak mendapat zonk, kami diberikan hadiah tambahan berupa foto menggunakan polaroid di photo-booth yang telah tersedia di sana.
Aku, Sofia, Fathma, dan Pak Sandy berpose satu kali. Saat hasil polaroidnya keluar, kami sungguh senang karena foto yang dihasilkan terlihat bagus dan sempurna. Bagiku, kenangan di stan Cloud Books merupakan yang paling berkesan di IBF karena meninggalkan jejak-jejak yang menyenangkan.
Kami bergerak menuju stan buku lainnya, lalu tanpa sengaja bertemu dengan kelompok Pak Fajar. Namun, saat kami sedang menyapa antar anggota kelompok, Pak Fajar pergi sendiri tanpa menyadari bahwa rombongannya tertinggal dari pandangannya. Pak Sandy akhirnya mengajak mereka bergabung dengan kelompok kami agar tidak tersesat.
Singkat cerita, setiap kelompok sudah selesai dengan kesibukan masing-masing dan berhasil menyelesaikan misi yang cukup melelahkan namun terasa singkat.
Kami keluar dari area pameran pada pukul 13.00. Tak terhitung berapa banyak langkah yang kami ambil selama tiga jam penuh di sana. Tidak heran kalau 95% dari kami merasa lapar. Pak Sandy menawarkan untuk makan di sekitar Senayan, dan kami menyetujuinya. Setiap orang diberikan budget Rp. 50.000 dari pihak sekolah hanya untuk makan, maka kami mencari tempat makan yang "worth to eat".
Destinasi pertama adalah makan ramen di Plaza Senayan. Kami menelusuri tempat parkir, tetapi tidak mendapatkan ruang kosong untuk memarkirkan HiAce yang kami tumpangi. Terpaksa, kami pergi ke tempat lain untuk mencari makan. Pak Sandy memberikan tawaran kedua, yaitu makan sate di tempat makan luar ruangan. Namun, takdir berkata lain sehingga kami diarahkan semesta untuk pergi ke Pondok Indah Mall.
Kapan lagi, kan, pergi ke PIM naik mobil sekolah, bareng tiga guru pula, hahaha. Aku yang menganggap PIM sebagai rumah kedua sontak menunjukkan kegembiraanku. Walaupun tujuannya untuk makan, bukan untuk jalan-jalan mengelilingi PIM 1, PIM 2, PIM 3, lalu balik lagi dari PIM 3 ke PIM 2, PIM 1, dan seterusnya sampai kakiku terasa panas karena lelah berjalan terlalu lama.
Kembali ke rencana awal kami yang ingin makan ramen, kami mencari tempat makan ramen yang harganya sesuai dengan budget yang kami miliki. Namun, karena kami parkir di PIM 1, aku menyarankan untuk makan di Bakmi GM yang letaknya hanya perlu naik satu lantai dari parkiran outdoor, supaya guru-guru dan teman-teman lainnya tidak kelelahan. Saranku disetujui. Tanpa berlama-lama, Pak Fajar segera meminta meja dan kursi sejumlah kami semua, dan beruntungnya kami mendapat tempat tanpa harus menunggu.
Kami memesan makanan sesuai selera masing-masing. Tidak sampai 20 menit, makanan kami sudah lengkap di hadapan kami tanpa ada yang kurang satupun. Kami pun segera menyantap dan menghabiskan makanan kami.
Selesai melakukan aktivitas utama kami, yaitu makan, kami memutuskan untuk langsung pulang ke sekolah, MP tercinta.
Ini merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dan menginspirasi untuk terus bekerja sama baik dalam tim maupun individu.
Wakil Ketua OSIS Periode 2024/2025 dan Anggota Book Club