Samick Artist Series
Menggunakan gitar merk Samick Artist Series sejak tahun 2000an. Gitar Samick Artist Series pertama KR 660 pernah dipakai tampil di Taman Hiburan Rakyat Purawisata Yogyakarta menjadi band undangan di acara Festival Musik Metal dan band undangan di acara PENSI Fakultas Seni Universitas Negeri Yogyakarta (waktu/tahun lupa). Gitar terakhir dan tetap tidak tergantikan Samick Artist Series type Less Paul. Biasa dipakai dikegiatan Ekskul Musik di sekolah sebelumnya di SMPN 2 Pagedangan.
Sebelumnya menggunakan gitar sendiri saat tampil biasanya menggunakan gitar panggung. Walaupun lebih bagus bila dilihat merk gitar yang disediakan dipanggung. Pak guru Awan tetap pakai gitar sendiri pakai Samick Artist Series.
Disuatu hari nanti ingin mendapatkan kembali gitar KR 660 kembali, walaupun kini sulit mendapatkan yang baru 100%
Lentera Hati ( 2004 )
Sebagai : Penulis Skenario, Storyboard, Mixing, Music Direct
Produksi : BLACK CINEMA Yogyakarta
Ricky Gondrong
Awan Uncle Cloud
Cahyo
Nopek
Pandi dkk
Vina Oktaviani
Bejo
Willa Cardina
Paul
Giri
Kunk
Arti Persahabatan
Siswa Ekskul Musik & Film SMPN 2 Pagedangan
Tahun : 2013 - 2019
Produksi : BadaiCinema
Arti Persahabatan 1
Arti Persahabatan 3
Arti Persahabatan 7
Membaca yang belum pernah dibaca sebelumnya
1996-1998 Coffin 115 genre Metal, Instrument : Drum
1998 SLIDE Instrumental band, Instrument : Guitar
1999-2000 U.A.P genre POP, Instrument : Guitar ( Additional Player )
1999-2003 DEVOURED genre Brutal Death Metal, Instrument : Guitar
2000-2003 MINDSCREAM genre Heavy Metal, Instrument : Guitar
2002 Gery and the band genre Pop, Instrument : Guitar ( Additional Player )
2002 Pesawat Tempur genre Melodic Punk, Instrument : Bass
2003 DEPREDATION genre Brutal Death Metal, Instrument : Guitar
2003 Cadenzza genre Slow Pop, Instrument : Guitar
2003 Detak genre Pop Rock, Instrument : Guitar
2010-kini The Teachers, Instrument : Guitar
Sporthall Kridosono MetalFestival 2002 DEVOURED
Universitas Mercu Buana Yogyakarta Manajemen Peduli Aids 1999 U.A.P
Universitas Mercu Buana Yogyakarta TPKustik 2000 U.A.P
Perumahan Pelestarian Lingkungan Hidup Kalpataru Gunung Sempu Yogyakarta 2000 GARY
Piyungan Wonosari 2002 MINDSCREAM
SMPN 2 Pagedangan Evaluasi Ekskul Musik
THR Purawisata MetalFest 2003 DEVOURED
Demonstrasi Gitar Ekskul Musik SMPN 2 Pagedangan 2010-2021
Detak 2003-2006
The Teachers
MetalFest UNY 2003 DEVOURED
MetalFest UPN 2002 DEVOURED
Parade Musik UNPROK 45 2001 DEVOURED
Lounching @ in the day 13 UPN 2002 DEVOURED
MIND SCREAM
Demonstrasi Gitar Bass Ekskul Musik SMPN 2 Pagedangan 2010-2021
Jogjakarta 2018
Bromo 2015
Perpustakaan UNY
Pendakian tahun 1998
Naik Via Cemoro Kandang
Turun Via Cemoro Sewu
Gunung Lawu (Hanacaraka: ꦒꦸꦤꦸꦁꦭꦮꦸ) adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Pulau Jawa, tepatnya di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Indonesia. Gunung Lawu memiliki ketinggian sekitar 3.265 mdpl. Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten, yaitu Karanganyar di Jawa Tengah, Ngawi, dan Magetan di Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat", yang diperkirakan terakhir meletus pada tanggal 28 November 1885[3][4] dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Studi pada 2019 tentang geothermal heat flow menyugestikan bahwa Gunung Lawu masih aktif sampai sekarang.[5] Pada tahun 1978, serangkaian gempa bumi dilaporkan dirasakan diarea sekitar Gunung Lawu dan diikuti oleh suara mirip dentuman dari arah gunung.[6] Gunung Lawu merupakan salah satu gunung terdingin di Jawa, setelah Gunung Semeru, dan Gunung Slamet yang merupakan titik terdingin di Jawa.[7]
Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous.
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, yakni Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi bernama Hargo Dumilah.[7]
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Sedikit ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit, yaitu Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden ke-2 Indonesia, Soeharto.
Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan Majapahit (1400 M) pada masa pemerintahan Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Ingkang Jumeneng kaping 5 (Pamungkas). Dua istrinya yang terkenal ialah Dara Petak putri dari daratan Tiongkok dan Dara Jingga. Dara Petak melahirkan putra bernama Raden Fatah, sementara Dara Jingga melahirkan putra bernama Pangeran Katong. Raden Fatah setelah dewasa beragama islam, berbeda dengan ayahandanya yang beragama Budha. Bersamaan dengan pudarnya Majapahit, Raden Fatah mendirikan Kerajaan Demak dengan pusatnya di Glagah Wangi (Alun-Alun Demak).
Melihat kondisi yang demikian itu, hati Sang Prabu terusik. Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dalam semadinya didapatkannya wangsit yang menyatakan bahwa sudah saatnya cahaya Majapahit memudar dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan Demak.
Pada malam itu pulalah Sang Prabu dengan hanya disertai pemomongnya yang setia Sabdopalon diam-diam meninggalkan keraton dan melanglang praja dan pada akhirnya naik ke Puncak Lawu. Sebelum sampai di puncak, dia bertemu dengan dua orang kepala dusun yakni Dipa Menggala dan Wangsa Menggala. Sebagai abdi dalem yang setia dua orang itu pun tak tega membiarkan tuannya begitu saja. Merekapun pergi bersama ke puncak Harga Dalem.
Saat itu Sang Prabu bertitah, "Wahai para abdiku yang setia sudah saatnya aku harus mundur, aku harus muksa dan meninggalkan dunia ramai ini. Dipa Menggala, karena kesetiaanmu kuangkat kau menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi semua makhluk gaib dengan wilayah ke barat hingga wilayah gunung Merapi/gunung Merbabu, ke timur hingga gunung Wilis, ke selatan hingga Pantai selatan, dan ke utara sampai dengan pantai utara dengan gelar Sunan Gunung Lawu. Dan kepada Wangsa Menggala, kau kuangkat sebagai patihnya, dengan gelar Kyai Jalak.
Tak kuasa menahan gejolak di hatinya, Sabdopalon pun memberanikan diri berkata kepada Sang Prabu: Bila demikian adanya hamba pun juga pamit berpisah dengan Sang Prabu, hamba akan naik ke Harga Dumiling dan meninggalkan Sang Prabu di sini.
Singkat cerita Sang Prabu Brawijaya pun muksa di Harga Dalem, dan Sabdopalon moksa di Harga Dumiling. Tinggalah Sunan Lawu Sang Penguasa gunung dan Kyai Jalak yang karena kesaktian dan kesempurnaan ilmunya kemudian menjadi mahluk gaib yang hingga kini masih setia melaksanakan tugas sesuai amanat Sang Prabu Brawijaya.
Pendakian Gunung Lawu sudah dilakukan sejak awal abad ke-12. Pada masa kolonial, eksplorasi di Gunung Lawu didorong oleh berbagai kepentingan mulai dari pembukaan lahan pertanian, pemetaan, kondisi sosial, dan lain-lain.[12] Pendakian standar dapat dimulai dari tiga tempat (basecamp): Cemorokandang di Tawangmangu (Jawa Tengah), Candi Cetho di Karanganyar (Jawa Tengah), dan Cemorosewu, di Sarangan (Jawa Timur).[7]
Selain tiga jalur tersebut, ada beberapa jalur pendakian lain yakni Jalur Pendakian Jagaraga, Ngrambe, Jamus, Tambak, Sukuh, Pringgodani, Cemara Bulus, Mojosemi, Sidalangu, dan Maospati. Jalur pendakian tidak resmi ini sering digunakan masyarakat setempat untuk mencari kayu, mencari tanaman obat, ritual, dan kepentingan tertentu lainnya. Jalur pendakian Pringgodani tercatat dalam Serat Centhini sebagai jalur pendakian spiritual. Salah satu tokoh yang melalui jalur tersebut adalah Seh Amongraga. Serat Centhini Pupuh 417-421 menceritakan perjalanan Seh Amongraga memulai pendakian melalui Desa Gandasuli lalu menuju puncak Lawu.[13]
Melansir dari napaktilas.net, ada 5 jalur pendakian Gunung Lawu yang secara resmi dikelola oleh pemerintah daerah setempat. Berikut 5 jalur pendakian resmi di Gunung Lawu:
Jalur pendakian gunung Lawu via Cemoro Sewu
Jalur pendakian gunung Lawu via Cemoro Kandang
Jalur pendakian gunung Lawu via Candi Cetho
Jalur pendakian gunung Lawu via Singolangu
Jalur pendakian gunung Lawu via Tambak
Kelima jalur pendakian di atas dikelola secara resmi dan memiliki tiket pendakian resmi. Sehingga, jika ada kecelakaan di Gunung, tim SAR (Search and Rescue) dari basecamp setiap jalur pendakian akan segera melakukan pertolongan kepada pendaki.
Untuk pendaki pemula, jalur pendakian Cemoro Sewu adalah jalur yang paling direkomendasikan. Karena jalur Cemoro Sewu memiliki trek yang jelas, dan mudah. Jalur pendakian ini tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata.
Jalur pendakian melalui Cemoro Sewu memiliki waktu tempuh yang lebih singkat daripada jalur pendakian Gunung Lawu yang lain. Untuk pendaki pemula, waktu tempuh dari basecamp sampai puncak biasanya sekitar 7 jam perjalanan.
Jika pendaki naik dari jalur Cemoro Sewu, pendaki akan melalui lima pos dan dua sumber mata air. Pertama, pendaki akan melalui sumber air bernama Sendang Panguripan yang terletak di antara Cemorosewu dan pos 1. Pendaki kemudian melanjutkan pendakian hingga melewati pos 2 dan pos 3. Jalur pendakian setelah pos 3 hingga pos 4 sudah berupa tangga yang terbuat dari batu alam. Ketika sampai di pos 4, pendaki akan disuguhi pemandangan Telaga Sarangan dari kejauhan. Jalur pendakian dari pos 4 menuju pos 5 sudah tidak lagi securam jalur menuju pos-pos sebelumnya. Setelah pos 5, pendaki dapat menemukan sumber air Sendang Drajat. Di pos 5, pendaki bisa mendirikan tenda untuk beristirahat dan lanjut ke puncak keesokan harinya. Pendaki yang masih memiliki stamina juga bisa naik sedikit lagi ke area Hargo Dalem, di sana juga terdapat banyak tempat camping yang nyaman.[14]
Jalur pendakian selanjutnya adalah jalur pendakian Gunung Lawu via Cemoro Kandang. Pendakian melalui Cemoro Kandang akan melewati 5 selter dengan jalur yang relatif telah tertata dengan baik. Meskipun ketiga jalur pendakian tersebut sudah dikenal secara umum oleh kalangan awam para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu, sebenarnya terdapat satu jalur pendakian lain yang memiliki keunikannya tersendiri. Jalur pendakian tersebut adalah Jalur Pendakian Klasik Gunung Lawu via Singolangu. Jalur pendakian ini berada di Singolangu, Kelurahan Sarangan; atau sekitar 3 km dari Telaga Sarangan. Sesuai dengan namanya, jalur pendakian ini diyakini sebagai jalur pendakian tertua di antara semua jalur pendakian Gunung Lawu. Selain itu, jalur ini juga diyakini sebagai napak tilas Prabu Brawijaya V saat pergi ke Gunung Lawu untuk menghindari kejaran pasukan Raden Patah. Di sepanjang jalur pendakian ini nantinya para pendaki akan menemukan beberapa situs yang diyakini sebagai petilasan Prabu Brawijaya V. Adanya situs-situs petilasan tersebut semakin membuktikan bahwa jalur ini merupakan jalur pendakian tertua dan sudah ada sejak lama.
Selanjutnya ada jalur pendakian Gunung Lawu via Singolangu. Pendakian melalui Jalur Klasik via Singolangu akan melalui 5 pos, yakni Pos 1 Kerun-Kerun, Pos 2 Banyu Urip, Pos 3 Cemaran, Pos 4 Taman Edelweis, dan Pos 5 Cokro Paningalan. Setelah melalui kelima pos tersebut, para pendaki akan sampai di Sendang Drajat, sebelum mencapai puncak Hargo Dalem dan Hargo Dumilah. Medan yang akan dihadapi oleh para pendaki sangat komplet, mulai dari medan yang landai hingga curam. Selain itu di jalur pendakian ini kondisi alam sangatlah asri, dengan berbagai jenis vegetasi tumbuhan dan satwa yang dapat ditemui sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, jalur pendakian Gunung Lawu via Singolangu memiliki daya tarik tersendiri untuk dicoba oleh para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu.
Objek wisata di sekitar gunung Lawu antara lain:
Kawah Telaga Kuning
Kawah Telaga Lembung Selayur.
Wana wisata sekitar Gunung Lawu
Sekitar Desa Ngancar:
Air Terjun Pundak Kiwo
Air Terjun Watu Ondo
Air Terjun Jarakan
Watu Ongko
Pasir Emas
Tawangmangu
Air Terjun Srambang
Cemorosewu
Komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran:
Air Terjun Parang Ijo
Air Terjun Penganti
Air Terjun Suwono
Kebun Teh Jamus
Air Terjun Selondo
Air Terjun Pengantin
Watu jonggol
Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Hargo Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Hargo Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, sementara Hargo Dumilah diyakini merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi.
Konon gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan berhubungan erat dengan tradisi dan budaya Praja Mangkunegaran. Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar si pelaku diyakini bakal bernasib naas.
Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani.
Kehadiran Pasar Setan di Gunung Lawu menjadi pembicaraan hangat di kalangan para pendaki, banyak para pendaki yang pernah mendengar suara bising, seperti berada di pasar, bahkan tidak jarang terdengar orang-orang yang menawarkan dagangan, saat melakukan pendakian di gunung Lawu. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, apabila anda mendengar suara bising di atas gunung Lawu, sebaiknya buanglah salah satu barang yang anda punya, sebagaimana orang yang sedang melakukan transaksi barter
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Lawu
Camping dan Trekking
CAMPING
2024
BANDUNG - NYAMPAY CAMP GROUND - BLOK Y9
BANDUNG - DJAMUDJU CAMP GROUND - BLOK B5
BANDUNG - NYAMPAY CAMP GROUND - BLOK Y6
BANDUNG - DJAMUDJU CAMP GROUND - BLOK D4
BANDUNG - NYAMPAY CAMP GROUND - BLOK A5
2025
SUBANG - SARIATER CAMP GROUND - BLOK RV A21
SUKABUMI - BUMI CAI CISALIMAR - DECK 3
BANDUNG - DJAMUDJU CAMP GROUND - BLOK A1
TREKKING
BOGOR - CURUG CIBINGBIN
BOGOR - CURUG LEUWI AREY
BOGOR - CURUG PUTRI KENCANA
BOGOR - CURUG CINTA
BOGOR - CURUG LOVE
BOGOR - CURUG BIDADARI
BOGOR - CURUG AREN
BOGOR - CURUG NGUMPET
BOGOR - CURUG KENCANA
BOGOR - CURUG KEMBAR BATULAYANG
BOGOR - CURUG LEUWI AREUY
BOGOR - CURUG GORDENG
BOGOR - CURUG KEMBAR
2025
BOGOR - CURUG LEUWI AREUY
BOGOR - CURUG GORDENG
BOGOR - CURUG KEMBAR
BOGOR - CURUG LEUWI AREUY
BOGOR - CURUG LEUWI AREUY
BOGOR - CURUG LEUWI AREUY